Setelah menghabiskan berpuluh-puluh tahun hidup bersama, saling berbagi tawa dan rahasia, serta melewati masa senja bersama, namun apa yang akan terjadi ketika teman itu pergi selamanya?
Pertanyaan pedih inilah yang menjadi premis utama film Eleanor the Great rilisan tahun 2025, sebuah film drama yang menandai debut penyutradaraan Scarlett Johansson dengan skenario yang ditulis oleh Tory Kamen.
Film ini berpusat pada Eleanor Morgenstein (diperankan oleh June Squibb), seorang wanita lansia yang tinggal di sebuah apartemen di Florida.
Eleanor hidup bersama sahabat karibnya, Bessie (diperankan oleh Rita Zohar), ia merupakan penyintas tragedi Holocaust yang tersiksa oleh pengalaman mengerikan itu, termasuk ingatan akan saudara lelakinya yang tidak selamat akibat insiden tragis tersebut.
Keduanya melakukan segala hal bersama, mulai dari belanja mingguan, jalan-jalan bersama hingga menikmati siaran berita malam yang dibawakan oleh pembawa berita favorit mereka, Roger (diperankan oleh Chiwetel Ejiofor) dan berbagi kisah masa lalu yang kelam.
Titik balik utama film terjadi ketika Bessie meninggal dunia. Kematian Bessie menciptakan kekosongan besar dalam hidup Eleanor.
Begitu Bessie tiada, Eleanor meninggalkan Florida dan pindah ke apartemen kecil di New York, di mana ia tinggal bersama putrinya, Lisa (diperankan oleh Jessica Hecht), dan cucunya (diperankan oleh Will Price).
Namun, kepindahan ini justru membuat Eleanor merasa bosan dan semakin kesepian.
Lalu, atas dorongan putrinya, ia pun bergabung dengan Pusat Komunitas Yahudi di kota itu, secara tidak sengaja ia terperosok ke dalam pertemuan kelompok para penyintas Holocaust.
Untuk menarik perhatian atau entah mungkin untuk menghidupkan kembali kisah Bessie yang berharga, Eleanor mulai menceritakan kisah traumatis Bessie sebagai penyintas Holocaust, tetapi sebagai pengalamannya sendiri.
Kebohongan itu membuat Eleanor tiba-tiba menjadi perhatian dan mendapatkan rasa hormat.
Ia bahkan menarik minat seorang jurnalis muda bernama Nina (diperankan oleh Erin Kellyman) yang ingin menulis pengalaman Eleanor sebagai penyintas, kemudian mereka berdua saling menjalin pertemanan.
Jika ada satu alasan untuk menonton film ini, itu adalah akting luar biasa dari June Squibb. Squibb berhasil membuat kita mencintai Eleanor, bahkan ketika kita tahu tindakannya secara etis dipertanyakan.
Aktris berusia 90-an ini benar-benar memberikan makna mendalam pada film ini. Ia menghidupkan tokoh Eleanor melalui perpaduan sempurna antara sinisme yang cerdas, humor situasi yang menghibur.
Johansson, sang sutradara berhasil memusatkan ceritanya pada kedalaman drama karakter dan detail kecil kehidupan seorang lansia.
Pendekatan ini didukung dengan sentuhan emosional yang kuat, khususnya dalam mengeksplorasi tema kesepian, penuaan dan kehilangan.
Namun, mengingat betapa seriusnya kebohongan yang dilakukan Eleanor, penyelesaian konflik yang disajikan oleh film ini terasa terlalu dangkal dan simpel.
Hal tersebut membuat film ini gagal mengeksplorasi potensi dramatisnya secara penuh, sehingga meninggalkan resolusi yang terasa kurang tuntas bagi penonton.
Meski begitu, Eleanor the Great adalah tontonan yang menarik bagi mereka yang mencari drama yang jujur tentang penuaan dan duka. Terkhusus tentang kehilangan seseorang yang dicintai.
Scarlett Johansson berhasil menggambarkan bagaimana duka atas kehilangan orang yang dicintai dapat mendorong seseorang untuk mencari solusi demi mengisi kekosongan hidup mereka.
Pada akhirnya, kisah Eleanor the Great bagaikan sebuah api yang dibuat dari kayu hasil curian.
Eleanor menciptakan api tersebut bukan untuk tindakan huru-hara, melainkan untuk mencari kehangatan terakhir dari kisah yang bukan miliknya, sebuah upaya untuk melawan dinginnya kehilangan.
Secara keseluruhan, penulis memberikan skor untuk film ini sebesar 6.5/10.
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Kala Langit Abu-Abu: Rasa Tetap Sama, Kenyataan yang Berubah
-
Menyantap Sunyi dalam Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
-
Ulasan Buku The Demon of Unrest: Sejarah Kelam Dunia
-
Ulasan Film Qorin 2: Mengungkap Isu Bullying dalam Balutan Horor Mencekam
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
Terkini
-
Rekomendasi HP Android 3 Jutaan Terbaik: Mending Baterai Besar atau Layar Amoled?
-
SEA Games 2025 dan 3 Alasan Absennya Marselino adalah Kehilangan Besar bagi Garuda Muda
-
Hari Antikorupsi Sedunia: Harapan Terbesar Kini Ada di Anak Muda
-
Kunjungi Baby Andrew, DJ Bravy Bantah Rumor Balikan dengan Erika Carlina
-
Mata Perih Kayak Kena Semprot Merica? Ini 6 Cara Simpel Atasi Sindrom Mata Kering