Sebagai orang yang hidup dan dibesarkan di perkampungan, saya tahu betul bagaimana orang-orang di sini percaya terhadap hal-hal yang bersifat mistik. Namun setelah saya mengamati, kepercayaan kepada sesuatu yang dulunya sering dilakukan, kini sudah jarang terlihat untuk tetap dipraktikkan.
Terkait hal itu, setidaknya, saya menemukan lima hal tentang kepercayaan yang dianut oleh orang-orang di kampung saya Madura, tapi kini sudah jarang ditemukan.
1. Menabur garam pada hari Jumat Legi
Kita tahu, garam tak hanya dapat menjadi bahan penyedap rasa pada makanan. Pun kita tahu juga, bahwa garam katanya dapat disinyalir menjadi bahan penangkal penyakit untuk menolak bala. Misalkan, menabur garam di pekarangan rumah dapat mengusir marabahaya, seperti agar ular tidak masuk ke rumah kita.
Orang-orang di kampung saya, dulunya memang percaya terhadap mitos tersebut. Hal itu biasanya dilakukan di hari Jumat Legi, garam itu ditabur di pekarangan rumah berbarengan saat khotib Jumatan menyampaikan khutbah Jumat melalui toa masjid itu.
Tapi, dari pengamatan saya, keluarga saya dan tetangga sudah jarang melakukan ritual itu ketika Jumat Legi siang hari.
2. Membuat joran pancing dari ukuran orang yang meninggal
Di kampung saya, ketika ada orang yang meninggal, ukuran orang yang mati itu biasanya diambil oleh orang yang suka memancing untuk dijadikan joran pancing.
Bukan karena nggak usah membeli joran di toko-toko karena masalah harga, tapi karena diyakini: joran pancing yang berasal dari ukuran orang yang meninggal yang terbuat dari bambu itu, ketika memancing, ikan dapat diraih dengan mudah.
Meski mereka meyakini, ketika ukuran orang mati itu diambil, dibawa pulang untuk dijadikan joran, maka arwahnya selama tujuh malam akan menyambangi ukurannya itu, dan orang yang membawanya tadi. Namun, demi ikan saat memancing, rasa takut tak dipikir lagi.
Tapi, di kampung saya, hal tersebut kini sudah nyaris tak dipraktikkan lagi. Pengamatan saya, saat orang yang mati itu dikubur, maka ukurannya juga ikut dikubur. Orang yang hobi memancing, tak lagi meminta ukuran itu agar nggak dikubur sebab mau dijadikan joran pancing.
3. Berjalan di bawah keranda yang mengusung orang meninggal
Di kampung saya, orang yang sangat ketakutan saat malam hari sebab ada orang yang baru meninggal, perasaannya selalu tentang pocong, maka salah satu obatnya agar tidak ketakutan lagi, adalah berjalan di bawah keranda yang mengusung orang mati yang mau dikubur itu.
Ritualnya: masuk berjalan dari belakang keranda orang yang mengusung mayat sebanyak tiga kali. Dan saya pernah melihat hal itu dilakukan oleh tetangga saya.
Kini, nggak lagi ada. Entah mungkin tak berefek apa-apa setelah mencoba, atau memang sudah kebal dan suka menantang ketakutan yang menghantuinya.
4. Membuang bubur di pertigaan sebagai ritual membuang penyakit
Dulu, ketika saya sakit-sakitan, selain nama saya diubah sementara, adalah mengaji ayat-ayat Al-Qur'an dengan surat-surat tertentu.
Saat mengaji, selain di depannya ada cangkir atau gelas berisi air putih plus irisan pandan di dalamnya, juga ada bubur putih, wadahnya daun pisang berukuran kecil seperti sampan (perahu). Yang mana, bubur itu di atasnya dituangi kesumba atau pewarna yang beragam.
Setelah mengaji, selain air putih yang berisi irisan pandan tadi diminum oleh orang yang sakit, maka pada tengah malam bubur itu diletakkan di tengah jalan pertigaan terdekat. Tujuannya, agar yang sakit sembuh, juga semua keluarga agar selamat dari hal-hal yang tak diinginkan.
Sekarang, saya jarang banget menemukan bubur berwarna itu ketika melintasi pertigaan di kampung saya. Padahal, tak jarang saya mengetahui kalau tetangga saya masih rentan sakit. Baik sakit ringan maupun parah.
5. Arit ditelentangkan saat suara petir menggelegar
Dulu saya ingat betul waktu itu, saya sedang di rumah tetangga, hujan deras dan suara petir yang menggelegar bikin telinga jadi ditutup.
Reflek almarhum babak tetangganya saya itu mengambil arit yang biasa dibawa ngarit rumput, lalu arit itu diletakkan secara terlentang di atas genting langgarnya.
Tujuannya, katanya agar suara petir yang sadis itu tidak menyambar ke hal-hal yang tak diinginkan, seperti kepada orang, antena TV (dulu saat di kampung saya jarang parabola), dan sebagainya.
Kini hal itu jarang terlihat di kampung saya. Sekarang, ketika ada suara petir yang bikin kaget, reflek menyumbat telinga dan membaca selawat. Nggak menelentangkan arit.
Itulah lima kebiasaan atau tradisi yang sempat ada dan dipercaya oleh manusia di kampung saya, namun kini sudah jarang terlihat. Entah kalau di kampung halaman kamu, apa ada kepercayaan semacam itu? Masih berlaku atau juga sudah tinggal cerita?
Baca Juga
-
Final Piala Super Spanyol: Mengurai Benang Kusut Permasalahan Barcelona
-
Chat Dosen Pembimbing Harus Sopan biar Tugas Skripsi Lancar Itu Nggak Cukup
-
Wisata Goa Soekarno Sumenep: Dulu Berkawan Keramaian, Kini Berteman Kesepian
-
3 Cara agar Video TikTok Ditonton Banyak Orang meski Sedikit Pengikutnya, FYP Bos!
-
Jika Miranda Tak Kembali ke Barcelona, Apa Keuntungan Blaugrana?
Artikel Terkait
-
KPK Sebut Pimpinan Baru Punya PR Tunggakan Perkara hingga Terobosan Hukum
-
Sampang Mencekam: Konflik Pilkada Renggut Nyawa Pendukung Calon Bupati
-
Polisi Ungkap Motif Carok Maut di Sampang Madura, Berawal dari Ribut Dua Kubu Kiai
-
Hasil BRI Liga 1: Arema Sikat MU dalam Drama 6 Gol, Malut Hancurkan Persis Solo 3-0
-
Destinasi Liburan Akhir Tahun, Menikmati Tradisi Natal di 3 Negara Asia
Ulasan
-
Menguak Misteri Pembunuhan Sebuah Keluarga dalam Novel 'Pasien'
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
-
Belajar Berani Untuk Tidak Disukai Melalui Buku The Courage to be Dislike
-
Scrambled: Journeylism, Misteri Dokumen yang Hilang dan Musuh dalam Selimut
-
Ulasan Novel If You Need Me, Cerita Cinta Palsu yang Jadi Nyata
Terkini
-
3 Fakta Menarik F1 GP Las Vegas 2024, Max Verstappen Sah Jadi Juara Dunia
-
Piala AFF 2024: Vietnam Girang, Maarten Paes Tidak Perkuat Timnas Indonesia
-
Timnas Indonesia Diminta Tak Cepat Puas, Ini Pesan Mendalam Erick Thohir
-
Sejarah Baru! ATEEZ Jadi K-Pop Artist Ketiga dengan Album No. 1 Billboard
-
Manganya Berakhir, You and I Are Polar Opposites Siap Diadaptasi Jadi Anime