Dilansir dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan adalah keyakinan, pengetahuan, serta keterampilan yang memengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.
Semakin mudahnya akses ke segala informasi di dunia, salah satunya yaitu pengetahuan keuangan yang menyita perhatian kawula muda. Sebab, banyak ditemukan pengetahuan tentang instrumen-instrumen baru yang malang melintang dan menjadi tantangan bagi Gen Z dan Millenial.
BACA JUGA: Waspada Modus Penipuan Berupa Surat Undangan lewat Whatsapp, Jangan Asal Klik
Seperti hasil riset terbaru Katadata Insight Center (KIC) menyatakan, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 69,7 poin dari skala 0-100 poin pada 2023. Nilai ini meningkat dari 2020 yang sebesar 66,5 poin pada 2020. Kalkulasi riset ini menggunakan acuan pengukuran literasi keuangan dan inklusi keuangan 2018 dari OECD/INFE.
Survei sudah dilakukan pada 12–26 Juni 2023 terhadap 5.000 responden penduduk Indonesia yang ada di rentang usia 18-55 tahun di 34 provinsi yang tersebar secara proporsional sesuai jumlah penduduk Indonesia. Perbandingan gender responden terdiri dari 56,6% laki-laki dan 43,4% perempuan.
Namun, apakah indeks literasi keuangan adalah tanda bahwa Gen Z pandai kelola uang? Dilansir dari Digibank by DBS, Gen Z dan milenial cenderung bersikap FOMO yang mana mereka cenderung tidak berpikir dua kali dalam membeli sesuatu, padahal tidak ada tujuan yang jelas.
BACA JUGA: Analisis Debat Capres Ala Netizen, Siapa Paling Mendominasi?
Selain itu, pemahaman tentang investasi dan instrumen kelola keuangan lainnya matang secara teori, namun pada praktiknya, mereka kurang berpengalaman sehingga lebih rentan terhadap kegagalan. Sering juga ditemui mereka kurang berhati-hati dalam berprinsip terkait pinjaman online yang sempat marak di Indonesia. Akibat dari kecerobohannya, banyak dari mereka yang terjerat pinjaman online ilegal.
Di samping itu, mudahnya akses paylater yang disediakan oleh berbagai macam platform online mengubah perilaku mereka menjadi konsumtif. Dampak yang ditimbulkan bisa beragam, diantaranya, keuangan menjadi chaos, pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, hingga frustasi akibat salah mengambil keputusan. Sehingga, perlu sosialisasi yang lebih intens terkait mengelola keuangan untuk generasi milenial dan gen z.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'I DO', Siapkan Pernikahan dan Putus Rantai Trauma Keluarga
-
Gunung Bekel, Jalur Ziarah Peninggalan Majapahit Via Jolotundo
-
Mengenal 'Shinrin-yoku', Terapi Hutan ala Orang Jepang
-
Jamu Resmi Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, Tapi Anak Sekarang Lebih Pilih Boba
-
Gunung Penanggungan: Puncak Suci yang Tidak Cocok untuk Pendaki Pemula
Artikel Terkait
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Daftar Barang Tak Kena PPN 12 Persen Mulai Januari 2025, Apa Saja?
-
PPN Bakal Naik 12 Persen, Pengamat: Harus Kembali Disalurkan ke Masyarakat Menengah ke Bawah
-
Kasus Timah, Transaksi Bisnis BUMN Rentan Disalahartikan sebagai Korupsi
-
Benarkah Gen Z Tak Bisa Kerja dengan Baik?
Ulasan
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!