Meski bukan penggemar berat Star Wars dan hanya menonton beberapa film saja, namun saat tersiar kabar sutradara Zack Snyder akan menggarap masterpiece George Lucas turut mematik rasa penasaran saya.
Star Wars sendiri merupakan perpaduan gagasan George Lucas dari berbagai genre dan sutradara, tetapi menghasilkan dunia yang benar-benar orisinal dengan tema menarik, karakter yang luar biasa, dan analisis mendalam. Oleh karena itu, setiap karya yang terinspirasi darinya pasti mengundang ekspektasi kualitas yang serupa.
Sebagai catatan, Rebel Moon semula dianggap Zack Snyder sebagai proyek Star Wars, namun ketika Lucas Film menolak tawaran sang sutradara, "Rebel Moon" bakal punya universe sendiri yang dimulai dengan "A Child of Fire", diikuti oleh "The Scargiver" yang dijadwalkan tayang pada April 2024.
Meski "Rebel Moon: Part One - A Child of Fire" memiliki kesamaan dengan Star Wars seperti kekaisaran jahat, pemberontak, dan mengambil inspirasi dari budaya pop dan sejarah dunia, sayangnya, sejauh ini, terasa hanya sebatas permukaan.
Rebel Moon tidak mengungkapkan apa pun yang substansial dan, yang lebih mengecewakan, film ini menerapkan ciri khas keseriusan dan kemuraman ala Snyder yang justru meleset dari inti cerita.
Sinopsis
"Rebel Moon: Part One - A Child of Fire" menjadi pengenalan ke galaksi yang benar-benar baru, di mana penonton dibawa ke planet pertanian Veldt, saat sebuah komunitas hidup dan bekerja secara harmonis. Suatu hari, Imperium jahat muncul, menuntut desa menjual kelebihan biji-bijian mereka dengan harga yang tak sekilas tampak wajar.
Tawaran ini ditolak oleh pemimpin desa (Corey Stoll), karena Kora (Sofia Boutella), seorang pendatang baru, telah memberinya nasihat bahwa Imperium menginginkan segalanya.
Situasi ini berubah menjadi buruk, dan pemimpin desa mendapat pukulan keras dari Admiral Atticus Noble (Ed Skrein), yang mengatakan akan kembali dalam sepuluh bulan untuk panen berikutnya dan meninggalkan sejumlah garnisun untuk memastikan hal ini tercapai.
Ketika garnisun mencoba melakukan pelecehan terhadap salah satu gadis desa, Kora memberantas mereka dan pergi untuk mengumpulkan beberapa pejuang untuk membela pertanian dan melakukan pemberontakan.
"Rebel Moon: A Child of Fire" memiliki visual galaksi yang menarik, namun hanya sebatas itu. Lewat film ini penonton diajak mengunjungi banyak tempat untuk merekrut banyak karakter, tetapi mereka tidak lebih dari potongan pendek.
Ada dunia dengan tebing-tebing megah, tambang yang tercemar, dan bahkan dunia dengan kolosseum gladiator, tetapi tidak satu pun dari mereka terasa seperti tempat, hanya latar belakang planet untuk film menempatkan karakter di atasnya agar Kora dapat membawanya pergi selama pencarian.
Salah satu bagian yang lebih menarik dari Star Wars, dan fiksi ilmiah secara umum, adalah kemampuannya untuk mengambil bagian-bagian dari sejarah dunia nyata dan politik saat ini untuk mempengaruhi universe mereka. Rebel Moon pun melakukan ini, namun sebatas permukaan.
Tidak ada kritik cerdas terhadap 'western powers' atau komentar tentang politik modern yang mungkin membuat penonton berpikir tentang situasi di sekitar dan merenungkan kemungkinan terjadi di dunia nyata.
Meski fiksi ilmiah tidak selalu harus seperti itu, tetapi gambaran dan tema mendalam yang dapat diinspirasi olehnya absen, dan ini cukup mengecewakan untuk film yang ingin mengikuti jejak karya George Lucas.
Skor film "Rebel Moon: Part One - A Child of Fire" 45/100. Meski secara visual tampil mewah, namun kedalaman cerita belum tergali cukup dalam.
Selain itu, penggunaan slow motion yang hampir selalu ada di tiap adegan kadang menggaggu kenyamanan menonton. Semoga di Rebel Moon: Part Two - The Scargiver hal ini dapat menebus hal ini.
"Rebel Moon: Part One - A Child of Fire" tayang terbatas di bioskop 15 Desember dan rilis secara global di layanan nonton berbayar Netflix pada 22 Desember 2023.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Film 'The Zone of Interest', Potret Ganda sang Penjahat Perang
-
Rekomendasi 3 Sinema Mancanegara Buat Penggemar Film 'Siksa Kubur', Berani Nonton?
-
Ulasan Film The Night Eats the World, Kisah Sepi Penyintas Serangan Zombie
-
Review Anime 'Parasyte', Kompleksitas Hubungan Manusia dan Alien
-
Review Film Dokumenter 'Amy', Pergulatan di Balik Ketenaran Amy Winehouse
Artikel Terkait
-
Seri Rebel Moon Diadaptasi Menjadi Video Game, Rilis Tahun Depan
-
Star Wars: The Acolyte Resmi Putuskan Tak Lanjut Musim 2
-
Netflix akan Rilis The Seneschal, Podcast Fiksi yang Kisahkan Prekuel Rebel Moon
-
Lightsaber Nyata, YouTuber Ini Ciptakan Pedang Star Wars yang Bisa Memotong Baja!
-
Bintangi Serial The Acolyte, Lee Jung Jae Lakukan Ini Demi Dalami Karakter
Ulasan
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Film Raatchasan: Mengungkap Pelaku Pembunuh Berantai Para Remaja
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
Terkini
-
Sambut Hari Anak Sedunia PBB, Doyoung NCT Donasi Rp1,1 Miliar ke UNICEF
-
3 Film Korea yang Dibintangi Song Kang Ho, Ada Sporty hingga Mendebarkan
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
4 Tips OOTD Rok ala Zara Adhisty yang Girly Abis, Cocok Buat Hangout!
-
TVXQ Resmi Merilis Album Perayaan Debut 20 Tahun di Jepang Bertajuk 'Zone'