Kita semua pasti tahu, bahwasanya tak ada kebahagiaan yang bisa ditampilkan dalam perang. Meskipun memang, kita bisa saja melihat dari sudut pandang romantisme terhadap perang, seperti halnya heroisme yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh tertentu. Berbicara tentang perang, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas salah satu novel bertemakan perang karya salah satu pengarang ternama Amerika. Penasaran dengan novel yang akan saya ulas? Silakan baca artikel ini sampai tuntas!
Novel bertemakan perang yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah novel karya Ernest Hemingway yang berjudul A Farewell to Arms. Adapun novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1929 oleh Penerbit Charles Scribner's Sons yang berbasis di New York City. Dalam bahasa Indonesia, novel ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa versi, salah satunya ialah versi Penerbit Narasi yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2010, dengan judul Pertempuran Terakhir: Luka Batin Seorang Serdadu. Sementara itu, novel ini terdiri atas lima bagian, dengan masing-masing bagian memiliki sub-bagiannya, dan secara keseluruhan memiliki tiga ratus empat puluh delapan halaman termasuk indeks catatan badan.
Novel A Farewell to Arms karya Ernest Hemingway ini bercerita tentang seorang ekspatriat asal Amerika yang menjadi perwira dalam Perang Dunia Kedua, yang bergabung bersama pasukan Italia melawan Austria, bernama Henry Frederich. Adapun Henry Frederich merupakan perwira medis berpangkat letnan dalam kesatuan tentara Italia, yang memiliki tugas utama mengakomodasi para tentara Italia yang terluka. Pada bagian awal novel ini, diceritakan bahwa ketika perang masih belum memanas, Henry Frederich yang berada di wilayah Italia diajak oleh rekan sekamarnya yang bernama Rinaldi untuk menemaninya berkencan dengan seorang perawat bernama Catherine Barkley. Akan tetapi, usut punya usut, ternyata Rinaldi-lah yang sebenarnya ingin memperkenalkan Henry kepada Catherine.
Masih pada bagian pertama, ketika pertama kali bertemu dengan Catherine Barkley, Henry Frederich langsung mengaguminya. Setelah diberitahu oleh Rinaldi bahwa ia lebih cocok dengan Catherine daripada dirinya, Henry pun semakin sering berkunjung ke tempat Catherine di Vila Rumah Sakit Inggris. Namun demikian, ketika baru beberapa kali mengunjungi Catherine, Henry belum memiliki perasaan cinta yang sesungguhnya selain perasaan cinta yang dilandasi oleh rasa kesepian. Menyadari hal tersebut, Catherine pun menyinggung Henry dan hubungan keduanya pun sesaat retak.
Setelah meminta maaf kepada Catherine, Henry berjanji tidak akan meninggalkannya. Akan tetapi, Henry yang merupakan seorang perwira harus bersedia mengikuti perintah untuk berada di garis depan pertempuran menjelang dimulainya serangan terhadap Austria, dan ia pun terluka parah ketika pertempuran Italia-Austria terjadi. Alhasil, setelah dirawat selama beberapa bulan di rumah sakit, ia diharuskan kembali ke garis depan. Namun, ketika mengetahui bahwa Catherine akan pergi ke Swiss sebagai penduduk sipil, Henry pun mengikutinya, dan ia dianggap sebagai pengkhianat oleh tentara Italia.
Berdasarkan sinopsis di atas, tentu saja novel A Farewell to Arms ini tidak hanya mengangkat topik tentang perang. Lebih daripada itu, novel ini pun mengangkat topik seperti cinta, budaya, kemanusiaan, persahabatan, hingga ketuhanan. Sementara itu, novel A Farewell to Arms ini sebenarnya merupakan salah satu novel karya Ernest Hemingway yang bersifat semiotobiografi. Artinya, sebagian besar kisah dalam novel ini ditulis berdasarkan kisah hidup penulisnya sendiri. Dalam kisah hidupnya, Hemingway memang merupakan seorang perwira medis pada Perang Dunia Kedua, yang bergabung bersama pasukan Italia. Ia menjadi letnan medis yang bertugas mengangkut para tentara Italia yang terluka dengan menggunakan mobil ambulans. Pada suatu saat ketika sedang bertugas, Hemingway berusaha menolong salah seorang tentara Italia dari serangan musuh. Namun, ketika sedang menolong tentara tersebut, ia terkena pecahan mortir sehingga mengalami cedera kaki. Sedangkan mengenai topik cinta dalam novel ini, Hemingway menggunakan nama Catherine Barkley sebagai pengganti untuk nama Agnes von Kurowsky, seorang perawat yang merawatnya ketika ia mengalami cedera kaki dan berhasil membuatnya jatuh cinta. Namun demikian, hubungan keduanya tidak berjalan mulus, sebab Agnes von Kurowsky memutuskan hubungan dengannya secara sepihak setelah Hemingway pulang ke Amerika.
Beberapa kelebihan yang terdapat dalam novel ini, menurut saya, antara lain ialah isinya yang beragam. Seperti yang telah saya katakan di atas, bahwasanya novel ini mengangkat berbagai topik yang terjadi pada suatu masa. Hal tersebut tentu memberikan kita wawasan bahwasanya perang bukan hanya tentang perang, melainkan juga tentang cinta, pengorbanan, kesetiaan, keberanian, ketulusan, hingga kemanusiaan. Selain itu, gaya bahasa yang minimalis ala Hemingway pun tampaknya menjadi kelebihan dalam novel ini. Sebab dalam novel ini, bisa dibilang bahwa Hemingway mampu menggambarkan segala sesuatunya dengan padat dan ringkas. Dan menariknya, di tangan Hemingway, dialog antartokoh yang terdapat dalam novel ini menjadi lebih hidup, karena kekuatan emosional dan spontanitas para tokoh yang diciptakan oleh Hemingway. Menurut saya, novel A Farewell to Arms ini sangat cocok untuk kalian baca, karena isinya yang memuat berbagai hal serta gaya penulisan minimalis ala Hemingway yang sangat patut untuk kalian pelajari.
Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah novel karya Ernest Hemingway yang berjudul A Farewell to Arms. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk membacanya?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Mari Kembangkan Diri Bersama Buku Bertajuk 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif
-
Ulasan Tuan Besar Gatsby Karya F. Scott Fitzgerald, Salah Satu Novel Terhebat dalam Sastra Dunia!
-
Misi Evakuasi Para Tentara Inggris pada Perang Dunia II dalam Film Dunkirk
-
Ulasan Film The Pursuit of Happyness: Perjuangan Seorang Ayah Meraih Kesuksesan
-
Ulasan Film Fury: Pertempuran Sengit Melawan Satu Batalion Tentara Jerman
Artikel Terkait
-
Simpan Uang Tunai Nyaris Rp1 Triliun, Novel Baswedan Yakin Zarof Ricar Punya Catatan Suap Selama jadi Makelar Kasus
-
Novel Baswedan Duga Zarof Ricar Tak Sendirian Nikmati Duit Suap: Uangnya Besar, Pasti dengan Banyak Orang
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
-
Ulasan Novel Hujan Karya Tere Liye: Menemukan Harapan di Tengah Kesedihan
-
"Siapapun yang Menang, Hentikan Perang!" Warga Palestina di Gaza Bersuara di Pilpres AS
Ulasan
-
Ulasan Buku TAN: Menelusuri Jejak Kehidupan Tan Malaka Seorang Pejuang
-
3 Pesan AntiBullying dalam Buku Cerita Surat Dalam Balon
-
Ulasan Buku Insecurity is My Middle Name: Refleksi tentang Penerimaan Diri
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
Terkini
-
4 OOTD Hanni NewJeans yang Fashionable, Sontek untuk Tampil Lebih Chic!
-
Usung Genre Youth Romance, Ini 5 Pemain Utama Drakor Social Savvy Class 101
-
Pro dan Kontra: Kebijakan Cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, Benarkah Efektif?
-
Guru dan Masa Depan yang Dikorbankan: Refleksi Profesi yang Terabaikan
-
Intip 4 Look OOTD Trendi ala Danielle NewJeans, Ideal untuk Daily Wear!