Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Fachry Fadillah
Sampul Buku Digital "Metamorfosa Samsa" karya Franz Kafka (Dok. Pribadi/Fachry Fadillah)

Kita semua pasti tahu bahwasanya setiap karya sastra yang diciptakan tidak pernah berdiri sendiri (otonom), sekalipun karya sastra tersebut bersifat fantasi atau khayalan.

Memang, meskipun terdapat beberapa karya sastra yang bersifat fantasi, tetapi pada dasarnya setiap karya sastra yang diciptakan pasti mengandung pandangan hidup, gagasan, perasaan, atau pengalaman penulisnya sendiri maupun orang lain yang diamatinya.

Berbicara tentang karya sastra dan sifatnya yang berupa fantasi, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas salah satu novel karya salah satu sastrawan ternama asal Republik Ceko, yang bersifat fantasi tetapi sarat akan berbagai pengalaman hidup penulisnya. Penasaran dengan novel yang akan saya ulas? Silakan baca artikel ini sampai tuntas!

Novel fantasi karya sastrawan ternama asal Republik Ceko yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah novel karya Franz Kafka yang berjudul Metamorfosa Samsa. Adapun novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2018 oleh Penerbit BACA.

Dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Jerman, novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1915 oleh Kurt Wollf Verlag, seorang jurnalis dan editor yang bekerja di sebuah penerbitan di Leipzig, dengan judul Die Verwandlung. Sementara itu di Indonesia, novel ini telah diterjemahkan dalam berbagai versi, yang umumnya diberi judul dengan mengikuti terjemahan dalam bahasa Inggris, yaitu Metamorfosis.

Dalam karyanya ini, Kafka membagi kisahnya pada tiga bagian. Pada bagian pertama novel ini, Kafka menekankan narasinya kepada penggambaran fisik dan konflik batin si tokoh utama, yaitu Gregor Samsa, seorang pemuda yang bekerja sebagai salesmen di sebuah perusahaan kain, yang pada suatu pagi berubah menjadi seekor serangga yang menjijikkan ketika terbangun dari mimpi buruknya.

Pada bagian pertama ini, Kafka juga secara detail mendeskripsikan beberapa tempat yang menjadi latar tempat di sepanjang novel ini, yaitu kamar tidur Gregor Samsa dan beberapa ruangan pada apartemen keluarganya. Selain itu, masih pada bagian pertama, Kafka pun secara detail menggambarkan berbagai suasana yang terjadi, seperti halnya cuaca, sehingga suasana pada bagian pertama novel ini menjadi lebih hidup.

Secara keseluruhan, novel ini hanya menceritakan tentang konflik batin Gregor Samsa dan keluarganya. Namun demikian, dipercaya bahwa Gregor Samsa adalah alter ego dari Franz Kafka.

Pada novel ini, Kafka menggambarkan seluruh anggota keluarga Gregor Samsa secara berbeda, yaitu ibu dan adiknya yang digambarkan memiliki karakter yang lembut; serta ayahnya yang digambarkan memiliki karakter yang keras.

Lebih daripada itu, dalam novel ini pun Kafka menggambarkan perasaan Gregor Samsa yang tidak puas terhadap hidupnya dan kerap berputus asa, terutama karena tekanan pekerjaan dan keluarga.

Sekilas, novel Metamorfosa Samsa ini tampak seperti novel fantasi. Namun demikian, jika pembaca dapat cermat membaca novel ini serta membaca karya-karya Kafka yang lain, terutama surat-suratnya yang terdapat dalam buku kumpulan Surat Kepada Ayahnya, tampak jelas bahwa novel Metamorfosa Samsa ini merupakan novel simbolis yang mengisahkan kehidupan Kafka sendiri.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perasaan meaningless Kafka yang diakui dalam berbagai suratnya, yang merasa jijik terhadap dirinya sendiri, yang dalam novel ini disimbolkan dengan perasaan jijik Gregor Samsa terhadap dirinya sendiri yang telah berubah menjadi seekor serangga.

Selain itu, dalam novel ini, Kafka pun menggambarkan karakter Ayah Gregor Samsa sebagai orang yang keras dan galak, serta selalu menuntut Samsa untuk bekerja keras, yang mana dalam kehidupan pribadi Kafka pun ayahnya memiliki karakter yang serupa.

Beberapa kelebihan yang terdapat dalam novel ini, menurut saya, antara lain ialah sifatnya yang simbolis. Meskipun Kafka bisa saja menulis novel ini secara terang-terangan dan langsung menjelekkan orang-orang yang tidak disukainya dalam hidupnya, tetapi nyatanya Kafka lebih memilih menulis novel ini menggunakan perlambang (simbolis).

Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap tingkat estetika yang dicapai oleh novel ini, sebab novel ini terkesan tenang, hati-hati, dan tidak mengumbar perasaan penulisnya. Selain itu, kelebihan lain yang terdapat dalam novel ini, menurut saya, ialah penggambaran berbagai hal secara detail.

Bukan saja penggambaran detail terhadap berbagai latar (tempat, waktu, dan suasana), tetapi juga penggambaran detail terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh berbagai tokoh dalam novel ini. Menurut saya, novel ini sangat cocok untuk kalian baca, karena isinya yang menggugah daya pikir kritis kalian serta gaya bahasa yang unik ala Franz Kafka di sepanjang narasinya.

Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah novel karya Franz Kafka yang Metamorfosa Samsa. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian tertarik untuk membaca buku tersebut?

Fachry Fadillah