Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Foto Film 'Tuhan, Izinkan Aku Berdosa', (IMDb)

Dalam dunia perfilman Indonesia, adaptasi dari karya sastra seringkali menjadi titik awal bagi penggalian tema-tema mendalam yang memukau penonton. Hal ini juga terjadi dalam film terbaru karya Hanung Bramantyo, "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa", merupakan adaptasi dari novel berjudul: “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M. Dahlan. Perbedaan judul pada novel dan film, bukan tanpa sebab. Pengubahan itu terjadi karena judul aslinya dianggap sangat kontroversial. Dengan mengambil inspirasi dari sumber literatur nan kompleks, film ini membawa penonton dalam perjalanan penuh emosi dan refleksi tentang keberanian dalam menghadapi konformitas sosial serta mengejar kebebasan pribadi.

"Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" yang tayang terbatas di bioskop pada 16 Maret 2024, mengisahkan perjalanan Kiran (diperankan oleh Aghniny Haque). Awalnya dia santri yang taat beragama. Namun, hidup Kiran berubah drastis ketika dia terjebak dalam lingkungan yang dipenuhi dengan kemunafikan dan ketidakadilan.

Analisis:

Dalam "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" tersembunyi banyak hikmah dan makna yang dapat kita petik. Film ini bukan sekadar hiburan semata, melainkan juga sebuah cermin yang memantulkan realitas sosial dan spiritual yang terjadi di sekitar kita. Dengan mengulasnya, aku ingin sekali bisa mengajakmu merenungkan nilai-nilai terkandung di dalamnya, serta menggali pemahaman lebih dalam tentang agama, moralitas, dan kemanusiaan.

Pertama-tama, film ini mengajarkan kita untuk nggak mengotak-ngotakkan manusia berdasarkan label agama atau penampilan luar. Kiran, sebagai tokoh utama, awalnya memang santri taat beragama. Namun, perjalanan hidup menghadangnya, pada situasi sulit dan konflik yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang keyakinannya. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki cerita dan perjuangan hidupnya masing-masing, dan kita nggak boleh menghakimi seseorang hanya berdasarkan pandangan luar atau label semata. 

Selain itu, film ini juga mengajarkan tentang pentingnya mempertahankan integritas dan kejujuran dalam menjalani kehidupan. Meskipun Kiran menghadapi tekanan dan ketidakadilan, dia tetap berusaha mempertahankan nilai-nilai kebaikan dan moralitas yang diyakininya. Ini menjadi contoh bagi kita untuk tetap teguh pada prinsip-prinsip benar, meskipun dihadapkan pada godaan atau rintangan berat.

Selanjutnya, Film Tuhan Izinkan aku Berdosa, memberikan gambaran tentang bahaya radikalisme dan ekstremisme dalam beragama. Film ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kedamaian, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam beragama. Ini menjadi peringatan bahwa agama seharusnya menjadi sumber kedamaian dan kasih sayang, bukan alat untuk melakukan kekerasan atau penindasan terhadap orang lain.

Selain pesan-pesan moral yang kuat, film ini juga memberikan inspirasi melalui perjuangan tokoh utamanya, Kiran. Meskipun mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan, Kiran tetap berusaha untuk mencari jalan keluar dan memperjuangkan hak-haknya. Ini mengajarkan kita tentang kekuatan tekad dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup.

Film ini juga mengajarkan pentingnya untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita. Melalui perjalanan karakter Kiran, kita melihat bagaimana setiap pilihan yang diambilnya memiliki dampak luas, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. 

Bahkan film ini juga menyoroti pentingnya untuk terus berusaha mencari makna dan tujuan hidup, kendatipun di tengah-tengah kesulitan dan kegelapan. Seperti Kiran yang mengalami kebingungan dan keraguan tentang keyakinannya, dia tetap berusaha menemukan jalan yang benar bagi dirinya sendiri.

Dengan demikian, "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa", melalui cerita yang kompleks dan karakter-karakter yang kuat, film ini mengajarkan kita banyak hal tentang arti hidup, integritas, toleransi, dan perjuangan. Sebagai penonton, aku cukup puas dengan hasilnya, dan skor dariku: 7/10. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha