Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Lena Weni
Poster Film Humane (Prime Video)

Makin hari, bumi makin gamblang menunjukkan tanda-tanda kemundurannya. Kemuduran bumi yang kita lihat hari ini tentunya dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan manusia. Fenomena ini rupanya menjadi inspirasi bagi sutradara kondang, Caitlin Cronenberg, untuk membuahkan karya yang berjudul Humane

Humane sendiri berkisah tentang program ektrem para pemuka negara terkait kerusakan ekologi global yang kian mengkhawatirkan. Sebab kerusakan alam yang mengkhawatirkan, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi populasi manusia di muka bumi hingga mencapai 20%. Walau bukan melalui tindakan genosida, program ini diwarnai pro dan kontra. Program euthanasia ini sendiri diselenggarakan selayaknya sayembara dengan tanda kehormatan dan uang yang tak sedikit sebagai imbalannya. 

Suatu hari, seorang pria pensiunan wartawan mengundang seluruh anggota keluarganya untuk makan malam. Dalam pertemuan langka itu, ia mengumumkan bahwa dirinya dan pasangan telah mengikuti program euthanasia dari pemerintah. Anak-anaknya tentu terkejut dan menentang keputusan sepihak orang tua mereka.

Namun, meski demikian, mereka sama-sama tak berkutik ketika Bob, petugas euthanasia mengatakan pendaftaran program tersebut tidak bisa dibatalkan. Dan kalaupun si pendaftar kabur selayaknya kasus yang dihadapi keluarga tersebut, anggota keluarga yang lain wajib menggantikan. 

Ulasan:

Dari sederet film bergenre thriller yang saya saksikan, Humane hadir sebagai variasi yang menyegarkan! Tak seperti film thriller kebanyakan, film ini menghadirkan para pembunuh amatir yang berusaha membunuh untuk bertahan hidup. Jadi, agaknya kamu bisa membayangkan adegan-adegan pembunuhan yang mana para pembunuhnya merasa tidak tega dengan calon korbannya. Dan itu adalah suatu yang baru bagi saya! 

Seperti yang saya singgung sebelumnya, film ini tidak memuat adegan gore yang kelewat ektrem. Sebab itu memang bukan pesona yang coba ditonjolkan dalam film ini. Menurut saya, pesona dari film ini adalah narasinya! Yang mana sebab program euthanasia yang tak dapat dibatalkan, ada empat orang bersaudara yang saling mengajukan nama saudaranya untuk menjadi pengganti ibu sambung mereka yang kabur setelah mendaftar program euthanasia pemerintah. 

Menariknya, penulis cerita tak butuh mengarang situasi yang kelewat rumit untuk mengobarkan ketegangan. Cukuplah program euthanasia yang tak dapat dibatalkan sebagai pondasi cerita. Dan menurut saya itu adalah ide yang brilian, sebab kematian yang tiba-tiba sudah cukup menakutkan, apalagi kematian berencana yang tak diharapkan! 

Reaksi yang ditunjukkan dari keempat tokoh atas situasi tersebut menurut saya cukup realistis. Bagaimana pun keempat tokoh di film ini sudah menunjukkan nalurinya sebagai manusia yang selalu berusaha untuk bertahan hidup. Alhasil, alur cerita yang semula monoton dengan adegan diskusi keluarga berubah haluan menjadi tontonan yang sarat aksi kejar dan "tombak."

Saya juga tidak bisa mengatakan kalau film ini sempurna, sebab saya pun menemukan beberapa adegan kecil yang aneh. Misal, pada adegan Noah ketika memainkan piano untuk mengiringi detik-detik kematian ayahnya. Menurut saya adegan satu ini aneh namun entah mengapa saya memandangnya sebagai sentuhan humor yang cukup menggelitik. 

Dengan demikian, sebab narasi cerita yang unik dan realistis, visualisasi yang cantik,  serta akting para pemeran yang mengagumkan, saya merekomendasikan film ini sebagai tontonan yang patut kamu saksikan! Selamat menyaksikan! 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Lena Weni