Death Bell adalah film horor thriller lawas Korea yang dirilis pada tahun 2008 silam. Film ini dibintangi oleh Lee Beom-soo, Nam Gyu-ri, sampai Kim Bum.
Kisahnya tentang sekelompok siswa sekolah menengah yang tergabung dalam kelas khusus siswa peraih nilai tertinggi di sekolah. Para siswa tersebut diceritakan tengah dipersiapkan untuk mengikuti sebuah ujian penting di sekolah.
Ketika program itu berlangsung, secara mendadak siaran televisi disabotase sehingga menampakkan salah satu di antara mereka, yakni Min Hye-yeong terperangkap dalam box kaca yang perlahan terisi penuh oleh air. Semua siswa itu pun dipinta untuk menyelesaikan sebuah soal untuk menyelamatkannya.
Berbarengan dengan kejadian mengerikan itu, segala fasilitas komunikasi di sana terputus dan datang pula ultimatum dari pengeras suara bahwa tidak seorang pun dari mereka diizinkan untuk meninggalkan sekolah. Jika ada yang nekat melanggar, maka akan diganjar oleh kematian.
Situasi kian memanas ketika satu per satu dari mereka hilang secara mendadak dan menggantikan posisi yang tak kalah nahasnya dengan Min Hye-yeong.
Ulasan Film Death Bell
Film lawas Korea satu ini, agaknya kurang cocok dengan selera saya saat ini. Jika film ini saya tonton di tahun perilisannya, mungkin kesan saya terhadap film ini akan berbeda. Bagaimanapun tren penyajian film thriller horor belakangan ini mempengaruhi selera seseorang terhadap film, kan?
Tidak seperti film thriller horor Korea belakangan ini, perpindahan babak di 'Death Bell' menurut saya terlalu kasar dan mengganggu, plotnya pun melompat-lompat.
Jadi sewaktu menyaksikannya, saya selaku penonton harus "kejar-kejaran" memahami tiap adegan. Konsep cerita sebenarnya sudah kuat, namun sayangnya pengembangan narasinya amburadul.
Banyak kejanggalan yang mengganggu. Misal, ketimbang memilih narasi, pembunuh menculik korban, korban di Death Bell ini malah yang tampak sukarela petantang-petenteng menyerahkan diri sebagai korban, sedangkan sebagian korban lain hilang "tanpa kesan".
Kuis kematian di film ini pun gagal impresif, durasi lebih banyak dihabiskan untuk menggambarkan kebingungan para tokohnya, ketimbang fokus menyuguhkan tontonan game kematian itu sendiri.
Perwatakannya pun lemah, beberapa tokoh yang kebagian banyak sorot kamera di film ini, tak ada yang benar-benar berperan ataupun menonjol sebagai tokoh yang mengambil tindakan-tindakan penting. Kesimpulannya, saya kurang menikmati film ini dan sulit terkoneksi dengan beragam atmosfer suasana yang terbangun.
Namun, meski demikian kesan saya terhadap film ini, tentu pilihan akan kembali ke selera kalian masing-masing. Maka, tak menutup kemungkinan untuk film ini masuk kategori tontonan yang menarik buatmu!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
5 Film Korea 2025 Beragam Genre yang Pantang Buat Kamu Lewatkan, Ada Mickey 17
-
Ulasan Film The Call, Harga yang Harus Dibayar oleh Para Pengingkar Takdir!
-
Ulasan Better Man, Film Biopik Visioner dengan Eksekusi yang Cerdas
-
Ulasan Film With You in the Future, Saat Jatuh Cinta pada Orang yang Tepat
Artikel Terkait
-
Spring of Youth: Kisah Mahasiswa, Musik, dan Mimpi yang Tayang Mei Ini!
-
Segera Tayang di Bioskop, Begini Kisah di Balik Penggarapan Film Terikat Jalan Setan
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Dibintangi Marlon Wayans, Film Horor Bertajuk Him Bagikan Teaser Perdana
Ulasan
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
-
Baper, Film Jepang 'The Blue Skies at Your Feet': Cinta, Waktu dan Air Mata
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Desa Wisata Bromonilan, Menikmati Sejuknya Udara khas Pedesaan di Jogja
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Ondrej Kudela Antar Persija Jakarta Teguk Kemenangan, Persik Kediri Makin Terpuruk
-
Jawaban Ryan Coogler Soal Peluang Sekuel Film Sinners
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
-
Orang Baik Sering Tersakiti: Apakah Terlalu Baik Itu Merugikan Diri?