Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Vicky Nihalani
Cover buku Egosentris (DocPribadi/Vicky Nihalani)

Sebagai seorang penggila buku, terkadang kita menemukan permata tersembunyi yang benar-benar mengubah perspektif kita. Egosentris karya Syahid Muhammad adalah salah satu permata tersebut. Buku ini adalah cermin yang memantulkan kembali wajah kita dengan segala kekurangannya, sekaligus membuka mata kita tentang betapa kompleks dan dinamisnya sifat manusia.

Plot dan Alur Cerita

Di dalam Egosentris, Syahid Muhammad membawa kita menyusuri labirin kehidupan seorang pemuda bernama Raka. Sebagai seorang tokoh utama, Raka adalah personifikasi dari generasi muda yang tenggelam dalam hiruk-pikuk kehidupan kota, terjebak dalam pencarian jati diri, dan sering kali terombang-ambing oleh arus modernitas dan eksistensialisme.

Cerita dimulai dengan Raka yang berada di titik nadir kehidupannya. Ia merasa hampa meskipun memiliki segala sesuatu yang tampaknya sempurna di mata orang lain: pekerjaan yang baik, kehidupan sosial yang aktif, dan pacar yang cantik. Namun, seperti gunung es, banyak hal yang tersembunyi di bawah permukaan. Keadaan ini memicu perjalanan introspektif Raka yang penuh dengan konflik batin, pencarian makna, dan perjuangan melawan ego yang mendominasi kehidupannya.

Karakter dan Pengembangan

Syahid Muhammad dengan cemerlang menghidupkan karakter-karakternya melalui dialog yang natural dan deskripsi yang detail. Raka bukan sekadar karakter satu dimensi; dia adalah sosok yang kompleks dengan lapisan emosi dan pengalaman yang membuatnya sangat relatable.

Karakter-karakter pendukung, seperti Lila—pacar Raka, dan Dimas—sahabat karibnya, juga memiliki peran penting dalam alur cerita. Mereka bukan hanya tempelan, tapi menjadi katalisator bagi perkembangan karakter Raka. Lila, dengan kesabaran dan pengertiannya, sering kali menjadi cermin yang memantulkan kembali bayangan egois Raka, sementara Dimas adalah suara realisme yang sering kali membumi Raka dari lamunannya yang tinggi.

Tema dan Pesan Moral

Buku ini menggali dalam tema egoisme, pencarian jati diri, dan dampak dari ketidakpuasan yang terus-menerus terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Syahid Muhammad menggunakan metafora dan simbolisme untuk menyampaikan pesan bahwa ego yang berlebihan bisa menjadi penghalang terbesar dalam mencapai kebahagiaan sejati.

Egosentris juga menyentuh isu-isu sosial dan psikologis yang relevan dengan kehidupan modern, seperti tekanan sosial, depresi, dan alienasi. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa di balik senyum dan kesuksesan yang tampak, sering kali tersembunyi rasa sakit dan perjuangan yang tidak terlihat.

Gaya Penulisan

Syahid Muhammad menulis dengan gaya yang penuh imaji dan kaya akan deskripsi, namun tetap mudah dicerna. Aliterasi dan personifikasi digunakan dengan cerdas untuk memperkuat narasi dan memberikan kedalaman pada cerita. Gaya bahasanya yang kadang puitis memberikan sentuhan sastra yang menjadikan buku ini bukan hanya sebagai bacaan yang menghibur, tetapi juga menggugah pikiran.

Kesimpulan

Egosentris adalah sebuah karya yang mengajak kita untuk merenung dan meninjau kembali nilai-nilai yang kita pegang. Buku ini bukan sekadar cerita tentang seorang pemuda yang berjuang melawan egonya, tapi juga cermin bagi kita semua untuk melihat dan menilai diri sendiri.

Dengan karakter yang hidup, plot yang mendalam, dan tema yang relevan, Egosentris layak mendapat tempat di rak buku setiap pecinta sastra. Buku ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam pencarian egois, tetapi dalam keseimbangan antara mencintai diri sendiri dan menghargai orang lain.

Vicky Nihalani