Buku sepilihan puisi bertajuk Barista Tanpa Nama ini merupakan karya penyair Agus Noor. Selain dikenal sebagai budayawan dan penyair, Agus Noor kerap juga dikenal sebagai cerpenis. Ia menulis banyak prosa, cerpen, naskah teater, dan skenario sinetron.
Telah banyak penghargaan yang diterima Agus Noor. Salah satunya penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992. Mendapatkan sertifikat Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1992 untuk tiga cerpennya: “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru”, dan “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”.
Sementara cerpen “Pemburu” oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik yang pernah terbit di majalah tersebut selama kurun waktu 1990-2000. Juga cerpen “Piknik” masuk dalam Anugerah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk kategori cerpen.
Jika kita buka buku antologi puisi ini, pada puisi pertama kita sudah terhipnotis oleh diksi puisi ini, serta tanpa sadar kita seolah merasa bagian dari tokoh yang tertera dalam puisi-puisi tersebut.
Kumpulan puisi ini ditulis oleh Agus Noor selama rentang waktu 2010 hingga 2017 dan diterbitkan pada tahun 2018 oleh penerbit Diva Press, Banguntapan, Yogyakarta.
Sesuai dengan judul buku antologi puisi ini, Barista Tanpa Nama, nyaris semua puisi Agus Noor ini mengangkat topik mengenai kopi. Bagi penikmat atau pencinta kopi, akan lebih nikmat jika menyeruput kopi sambil disertai membaca buku kumpulan puisi ini.
Beberapa puisi dalam buku ini, sengaja Agus Noor persembahkan secara khusus kepada sahabat-sahabatnya. Seperti puisi Pagi di Secangkir Kopi yang dikhususkan kepada Peggy Melati Sukma.
Puisi Aku Masih Punya Puisi ditujukan kepada mendiang Umbu Landu Paranggi. Puisi Pada Sebuah Panggung dimaksudkan kepada Sudjiwo Tejo. Puisi Anjing dan Bir Kesembilan dikhususkan kepada Djenar Maesa Ayu, dan beberapa puisi lainnya.
Berikut petikan puisi Pagi di Secangkir Kopi yang dikhususkan kepada Peggy Melati Sukma.
Aku akan menjadi kopimu, yang rela mengendap sebagai kepedihanmu, yang sabar menghangatkan kesedihanmu.
Biarkan harum tubuhku, menenteramkan jiwamu.
Pada secangkir kopi ini, segala yang pahit bukanlah untuk menunda sakit.
Bukankah kita hidup untuk berbagi kecemasan agar saling menguatkan?
....
Sementara puisi yang ditujukan kepada Umbu Landu Paranggi, inilah ini kutipannya.
Kau lebih purba dari arca. Lebih tua dari kata. Ikan-ikan dan kerang di dasar samudera, menyimak serak suaramu, nasib sunyi puisi. "Penyair tak hanya menulis puisi, ia menulis takdirnya sendiri."
Lalu kusaksikan laut menjelma sabana. Kuda-kuda putih cahaya, berlarian dan terus berlarian. Dan derapnya mengendap dalam jantung kesepianmu.
Diksi yang digunakan sederhana dan mudah dipahami, seperti sedang bercerita. Cocok dibaca sambil ngopi. Puisi-puisi karya Agus Noor bukanlah puisi yang membuat kening berkerut, tetapi membawa kita dalam kehangatan, kelembutan, dan kelegaan.
Puisi Agus Noor penuh dengan kejujuran. Seolah ia mampu menghanyutkan serangkaian puisi-puisinya ke dalam perasaan pembaca. Kendatipun tertulis dengan diksi sederhana, tetapi maknanya tetap dalam dan menyentuh perasaan.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Barista Tanpa Nama
Penulis: Agus Noor
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, Juli 2018
Tebal: 172 Halaman
ISBN: 978-602-391-544-6
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
-
Samsung Segera Kenalkan Galaxy S25 FE, Dibekali Prosesor Exynos 2400 dan CPU 10 Core
-
Vivo X Fold 5 Resmi Masuk Indonesia, HP Lipat dengan Durabilitas Tinggi serta Engsel Kuat dari Baja
-
Menganalisis Ideologi Negara dalam Buku Ragam Tulisan Tentang Pancasila
Artikel Terkait
-
Pentingnya Menjaga Berat Badan dalam Buku Diet Sehat untuk Atlet
-
Ulasan Buku Refresh Your Heart, Mengubah Energi Negatif Menjadi Positif
-
Ulasan Novel Love Scenario: Ketika Pansos Jadi Jalan Pintas untuk Raih Karier Keartisan
-
Ulasan Buku Rayap Sang Arsitek Handal: Serangga yang Ahli Membangun Sarang
-
Ulasan Novel The Midnight Library, Pilihan di Masa Lalu Tidak Selalu Salah
Ulasan
-
Review Film Menjelang Magrib 2: Cerita Pemasungan yang Bikin Hati Teriris
-
Between Us: Sebuah Persahabatan yang Terluka oleh Cinta
-
Mengurai Cinta yang Tak Terucap Lewat Ulasan Buku 'Maafkan Kami Ya Nak'
-
Mahar Jingga: Cinta yang Halal Tapi Tak Selalu Membahagiakan
-
Ali Band dan Perayaan Musik Dansa dari Timur Tengah ke Jakarta
Terkini
-
Roblox Bukan Sekadar Game: Tempat Gen Z dan Alpha Nongkrong, Sampai Bikin Dunia Sendiri!
-
Melihat Gaya Komunikasi Menteri Keuangan Baru Purbaya Yudhi Sadewa, Bisa Diterima Gen Z?
-
Kawaii Sebagai Kekuatan Ekonomi: Pelajaran dari Jepang untuk Indonesia
-
4 Inspo OOTD Chaeryeong ITZY yang Wearable Banget untuk Daily Look!
-
Misteri Kursi Panas Pengganti Dito Ariotedjo: Beneran Bakal Diisi Raffi Ahmad?