Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Nursilaningsie Nurroso
Novel Turtles All the Way Down (DocPribadi/Nursilaningsie)

Novel Turtles all The Way Down merupakan novel terlaris karya penulis asal Amerika Serikat, John Green. Novel ini terbit pada tahun 2017 setelah karyanya yang juga mendunia yaitu The Fault in Our Stars. Seperti karya-karya sebelumnya, Turtles all The Way Down juga diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama. Film tersebut rilis pada tahun 2024 di situs streaming berlangganan Prime Video.

Novel Turtles all The Way Down berkisah tentang seorang gadis remaja yang sedang duduk di bangku SMA. Aza Holmes hanya tinggal berdua dengan ibunya sejak ayahnya meninggal dunia.

Aza yang tinggal di Indiana Polis, Amerika Serikat mengidap gangguan mental OCD (Obsesive Complusive Disorder) yang menyebabkan ia sulit menjalani kehidupan sehari-hari. Ia menjadi seseorang yang memiliki kecemasan dan rasa takut terhadap suatu hal secara berlebihan.

Sejak kecil Aza memiliki kebiasaan memenancapkan kuku ke jari tengahnya hingga menyebabkan luka. Aza melakukan tindakan itu secara berulang-ulang sebagai respon terhadap sesuatu yang ditakutinya. Namun setelahnya, ia semakin takut terinfeksi bakteri-bakreri yang akan masuk melalui luka di tangannya.

Tidak hanya itu, Aza juga sangat khawatir tentang bakteri yang berasal dari orang lain akan masuk ke dalam tubuhnya dan penyakit-penyakit yang akan diidapnya. Akibatnya, ia harus rutin mengunjungi psikiater untuk menyembuhkan gangguan mentalnya itu.

Suatu hari, Aza dan sahabatnya Daisy Remirez mendengarkan berita di radio bahwa ada seorang miliyader bernama Russell Picket telah kabur dari rumah karena terjerat kasus korupsi. Bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan Russell Picket kepada pihak kepolisian, maka akan mendapatkan kompensasi sebanyak seratus ribu dollar.

Daisy yang bekerja sebagai pegawai part time di sebuah kafe pun sangat bersemangat untuk ambil bagian menemukan jejak sang miliarder. Hal itu dikarenakan Daisy mengetahui bahwa Aza mengenal putra Russell Picket yaitu David Picket. Berkat paksaan Daisy, Aza akhirnya tidak kuasa penolak permintaan sahabatnya tersebut.

Keika berhasil menyelinap ke area kediaman Picket dan bertemu dengan Davis. Mereka diajak berkeliling rumah keluarga Picket yang sangat luas dan mengenang masa lalu mereka saat berada di perkemahan.

Empati Aza tergugah ketika melihat Noah, adik Davis yang selalu menanyakan keberadaan Ayahnya. Perasaan tersebut membuatnya bertekad menemukan Mr. Picket demi Noah. Aza sangat mengetahui rasa sedih Noah karena ia juga telah kehilangan Ayahnya.

Ketika dalam proses pencarian informasi dan petunjuk mengenai keberadaan Mr. Picket, Aza mengalami berabagai konflik. Hal tersebut terjadi karena Aza lebih sering memikirkan dirinya sendiri dan kecemasan berlebihan yang dialaminya sehingga hubungan dengan orang-orang terdekatnya menjadi renggang, terutama dengan sabatnya Daisy.

Sebenarnya alur cerita yang dibangun oleh John Green tidak berpusat pada pencarian sang miliarder, tapi tentang usaha Aza untuk dapat mengendalikan dan menahan pikiran cemasnya yang penuh dengan bakteri, penyakit, dan bahkan kematian.

Turltes All the Way Down mampu mengajak pembaca untuk menyelami pikiran Aza Holmes yang rumit dan penuh tanda tanya. Sang penulis, John Green berhasil mendeskripsikan secara jelas dan detail apa yang ada di benak Aza. Ganggaun kecemasan yang diderita Aza digambarkan seperti terperangkap ke dalam spiral yang semakin lama semakin kecil dan menyempit.

Walaupun cerita yang berfokus pada gadis remaja yang mengalami gangguan mental, tetapi pembaca tidak akan merasa bosan. Hal ini karena Green menggabungkan berbagai plot yang menggugah pembaca untuk menikmati novel ini dari halaman pertama hingga terakhir. 

Secara keseluruhan, Turltes All the Way Down merupakan karya apik yang menarik untuk dibaca. Di dalamnya mengandung berbagai pesan, seperti optimisme, peduli kepada orang lain, dan tidak berputus asa. Oleh karena itu, novel ini merupakan pilihan yang tepat bagi para pembaca yang menyukai cerita inspiratif dan emosional, terutama bagi pembaca yang sedang mengalami gangguan kecemasan.

Nursilaningsie Nurroso