Gadis Minimarket merupakan novel yang berasal dari negeri sakura Jepang dan resmi terbit pada tahun 2016. Sayaka Murata melalui novel ke sepuluhnya ini berhasil menarik perhatian publik internasional.
Novel ini sukses terjual sebanyak 1.5 juta kopi di Jepang dan menjadi novel pertama sang penulis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sementara itu di Indonesia, Gadis Minimarket edisi terjemahan dirilis pada bulan Agustus 2020.
Gadis Minimarket atau dalam bahasa Inggrisnya berjudul Convenience Store Woman mengangkat kisah tentang seorang perempuan yang menginjak usia akhir tiga puluhan. Perempuan tersebut bekerja sebagai pegawai paruh waktu di sebuah minimarket.
Keiko Furukura adalah tokoh utama dalam novel ini. Sejak usia belia, ia telah memiliki sudut pandang yang berbeda dari mayoritas orang dalam menyikapi suatu hal. Akibatnya, orang-orang memandangnya sebagai perempuan yang aneh dan tidak normal, sehingga harus "disembuhkan".
Kata "disembuhkan" dalam hal ini berarti membawa Keiko ke psikiater atau psikolog untuk diperiksa kondisi kejiwaannya. Hal ini dilakukan karena ada beberapa kejadian di mana Keiko bertingkah janggal atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Meskipun sudah bekerja dan hidup mandiri, orang-orang di sekitarnya tetap mengajukan kritik terhadap perilaku Keiko yang tidak lumrah dan berbeda dengan perempuan lain seusianya. Banyak dari mereka yang mengajukan berbagai jenis pertanyaan. Salah satunya yaitu, mengapa ia masih betah melajang di usia yang hapir memasuki kepala empat?
Tentu saja orang-orang tidak hanya bertanya seputar masalah pernikahan, tapi juga mengenai pekerjaannya sebagai pegawai paruh waktu di minimarket yang telah dijalaninya hingga belasan tahun. Mengapa Keiko tidak mencari pekerjaan tetap saja di suatu perusahaan?
Bagi Keiko minimarket adalah tempat yang memberinya kenyamanan dan kebahagiaan. Rutinitas yang ia lakukan setiap hari sebagai pegawai minimarket seperti menata produk makanan/minuman, menyapa pelanggan, dan menghitung belanjaan pembeli di mesin kasir sudah tumbuh dalam dirinya dan sangat ia nikmati.
Di dalam minimarket, ia dapat belajar berbagai hal yang berguna untuk bersosialisai dengan orang lain. Misalnya, Keiko suka sekali meniru gaya berbicara orang lain dan mulai memperhatikan penampilan agar terlihat lebih menarik.
Keiko tidak pernah peduli terhadap pendapat dan pendangan orang lain tentang dirinya. Menurutnya, kehidupan yang ia jalani sekarang terasa normal dan baik-baik saja. Ia juga tidak pernah marah atau kesal dengan asumsi-asumsi orang lain perihal status pekerjaannya dan kehidupan pribadinya.
Saat Keiko sudah merasa tenang dengan kehidupannya, muncullah pegawai minimarket yang baru bernama Shiraha. Lelaki ini memiliki sifat pemalas dan meremehkan pekerjaan pegawai minimarket.
Shiraha suka sekali berceloteh tentang bagaimana seharusnya kehidupan berjalan. Bukan hanya itu, ia juga suka mengkritisi masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Kehadiran dan perkataan Shiraha membuat Keiko dilanda dilema. Ia berpikir untuk menjadi manusia normal yang sesuai dengan pandangan kebanyakan orang. Keiko mulai mencari pekerjaan tetap dan berbohong kepada orang lain bahwa Shiraha merupakan kekasihnya.'
Namun ketika Keiko berusaha untuk hidup normal sesuai standar masyarakat, ia menyadari bahwa hidup tidak selalu harus sepadan dengan tuntutan orang. Keiko juga berhak menjalani kehidupan ideal yang sesuai dengan kriteria yang ia buat sendiri.
Alur cerita yang ditulis Sayaka Murata dalam Gadis Minimarket sangat berkaitan erat dengan kehidupan kaum hawa yang sedang menginjak usia tertentu. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang mulai bermunculan dan kebanyakan bersifat menyebalkan. Seolah-olah perempuan mempunyai tanggal kadaluarsa dan segala sesuatu di ukur berdasarkan angka.
Gadis Minimarket membuat pembaca merefleksikan diri dan sadar, bahwa kehidupan seseorang tidak bisa diintervensi oleh orang lain. Seseorang tidak boleh menuntut orang lain untuk bersikap, berperilaku, dan memiliki pandangan yang sama. Hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki standar dan pandangan hidup masing-masing.
Secara keseluruhan, novel Gadis Minimarket sangat apik dan dapat membawa pembaca menyadari bahwa adanya diskriminasi dan stereotip terhadap kelompok tertentu yang memiliki perspektif berbeda dengan kelompok lainnya. Novel ini cocok untuk para pembaca yang sedang mengalami situasi sulit dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ekspektasi orang lain.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Jack Ma Karya Adhani J. Emha: From Zero to Hero
-
Menggali Potensi Diri Lewat Buku 10 Jalan Memahami Diri Sendiri
Ulasan
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!