Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Alexander Joy
River (IMDb)

Apakah Anda pernah membayangkan bagaimana rasanya terjebak dalam pusaran waktu yang berulang setiap dua menit? 

Film River produksi Jepang, garapan Junta Yamaguchi dan ditulis oleh Makoto Ueda, menawarkan premis yang segar dan unik dalam subgenre time loop.

Dibintangi oleh para aktor lokal seperti Riko Fujitani, Yuki Tarigoe, Saori, Munenori Nagano, dan Shiori Kubo, film ini mengajak kita pada petualangan penuh humor dan keanehan di sebuah losmen tua di Kibune, Kyoto.

Cerita dimulai di sebuah losmen yang tenang, tempat Mikoto (Fujitani) bekerja. 

Suatu hari, keanehan mulai terjadi ketika seluruh orang di losmen mengalami "deja vu" setiap dua menit. Mereka pun berusaha mencari tahu penyebab anomali waktu ini dan bagaimana cara melepaskan diri dari siklus tersebut. 

Seiring berjalannya waktu, ketegangan meningkat dan kekacauan pun tak terhindarkan.

Yang membuat River berbeda dari film time loop lainnya adalah keterlibatan semua karakter dalam anomali ini. 

Biasanya, formula time loop hanya melibatkan satu atau dua individu yang terjebak dalam waktu yang berulang. Namun, dalam River, semua karakter mengalami kesadaran dan situasi yang sama, menciptakan peluang besar untuk menggali sisi humor. 

Misalnya, ketika mereka berniat berkumpul di satu tempat, setelah loop terjadi, mereka pun kompak bergegas ke lokasi tersebut. Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam film sejenis.

Pendekatan sinematografi dalam River juga menambah kesegaran cerita. 

Setiap loop berdurasi sekitar dua menit disajikan dalam real time tanpa jeda melalui teknik long take yang didominasi oleh follow shot. Kamera bergerak dari satu ruang ke ruang lain dalam losmen, menciptakan suasana yang dinamis dan penuh kejutan. 

Klimaks film ini pun mengejutkan dan mengubah segala motif kisah yang diarahkan sejak awal, membuat penonton tidak mampu menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun, di luar inovasinya, River memiliki beberapa kejanggalan dalam penceritaan. 

Sejak awal, banyak karakter tampak seperti sudah memahami konsep time loop, seolah-olah anomali ini adalah sesuatu yang wajar. Bahkan, satu tokoh mampu menjelaskan fenomena ini secara ilmiah dengan begitu rinci. Tidak ada kecemasan atau rasa panik yang sewajarnya terjadi dalam situasi seperti ini. 

Selain itu, latar yang berubah-ubah setiap kali terjadi loop, seperti pergantian musim dari semi ke panas hingga salju, tidak mendapatkan penjelasan yang memadai.

Secara keseluruhan, River adalah eksplorasi time loop yang segar melalui percampuran genre, sinematografi, setting eksotis, dan humor. 

Film ini membuktikan bahwa subgenre ini masih bisa berkembang lebih jauh. 

Meskipun bukan yang terbaik untuk formulanya, River setidaknya berhasil menaikkan genre dan subgenrenya satu level lagi.

Apakah Anda siap untuk menyaksikan petualangan penuh humor dan keanehan di losmen tua ini? 

Saksikan River dan rasakan sendiri keunikannya yang membawa Anda pada pengalaman baru dalam film time loop.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Alexander Joy