Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan besar Indonesia, telah meninggalkan kita pada 2020. Meskipun beliau telah tiada, karya-karyanya tetap hidup dan terus menginspirasi pembaca, salah satunya adalah Sepasang Sepatu.
Buku ini merupakan contoh nyata betapa Sapardi mampu mengangkat hal-hal sederhana dalam kehidupan menjadi sesuatu yang penuh makna, dan ini yang selalu saya kagumi dari beliau.
Sepasang Sepatu adalah cerita yang terkesan sangat sederhana, namun dalam. Di dalamnya, Sapardi menggunakan sepatu sebagai metafora untuk menggambarkan hubungan antar manusia, khususnya hubungan cinta.
Sepatu, yang selalu ada pasangannya, menjadi simbol dari dua orang yang saling melengkapi, berjalan bersama dalam hidup ini.
Namun, seperti halnya sepatu yang bisa rusak atau kotor, hubungan juga menghadapi ujian dan tantangan. Kadang, hubungan yang indah pun harus melewati kesulitan, salah paham, atau perbedaan.
Dalam buku ini, Sapardi tidak mencoba membuat cerita yang rumit atau penuh kejutan. Sebaliknya, beliau memilih untuk menyajikan kisah yang tenang, dengan bahasa yang lembut namun penuh makna.
Sapardi memiliki kemampuan luar biasa untuk membuat pembaca merasakan setiap emosi yang ada dalam cerita—baik itu rasa cinta, kesedihan, atau kebingungannya.
Dengan bahasa yang puitis namun mudah dipahami, ia mengajak kita untuk melihat kehidupan dengan cara yang lebih dalam dan penuh perasaan.
Bagi saya pribadi, Sepasang Sepatu terasa sangat menyentuh. Meskipun cerita ini singkat, namun pesannya tetap membekas.
Ada sesuatu yang hangat dan dekat dalam cerita ini, seperti mengingatkan kita pada hubungan kita dengan orang terdekat, atau bahkan pada diri kita sendiri yang sering kali merasa kesepian meskipun berada dalam keramaian.
Namun, di balik kesederhanaan itu, saya merasa cerita ini terlalu cepat berakhir. Mungkin karena kedalaman pesan yang terkandung dalam setiap paragrafnya, saya berharap bisa lebih lama menyelami kisah ini.
Tapi, justru hal itu yang membuat Sepasang Sepatu begitu berkesan. Sapardi mengajarkan kita bahwa kadang-kadang, kisah yang paling dalam bukanlah yang terpanjang, melainkan yang bisa menyentuh hati kita dalam waktu singkat.
Meskipun Sapardi Djoko Damono sudah tidak ada lagi di dunia ini, karya-karyanya akan terus hidup. Sepasang Sepatu adalah salah satu karya yang mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini, kita tak pernah benar-benar berjalan sendirian.
Seperti sepasang sepatu, kita selalu membutuhkan pasangan untuk melangkah bersama.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
-
Review Novel 'The Grapes of Wrath': Melawan Nasib, Mencari Keadilan
-
Perampasan Aset Koruptor: Keadilan yang Tidak Boleh Dikompromikan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
Marak Kasus Pelecehan, Cinta Laura Ungkap Kesedihan: Hati Aku Hancur
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Ulasan
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Terkini
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin