Sal Priadi selalu punya cara unik untuk menyampaikan cinta melalui lirik puitisnya. Dalam lagu "I'd Like To Watch You Sleeping," ia menghadirkan gambaran hubungan yang penuh keintiman, kehangatan, dan imajinasi liar yang terasa seperti puisi. Lagu ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga eksplorasi tentang rasa takut kehilangan, harapan, dan keindahan kebersamaan.
Lirik pembuka, "I’d like to watch you sleeping, lebih sering menganga," terdengar sederhana namun penuh makna. Dalam kalimat itu, ada kejujuran dan kenyamanan dalam menerima pasangan apa adanya. Bahkan hal yang paling biasa sekalipun, 'menganga saat tidur' diangkat menjadi sesuatu yang romantis dan menenangkan.
Lagu ini juga menyiratkan ketakutan mendalam akan kehilangan. "Aku banyak takutnya, misalnya kehilangan dirimu sekali lagi," menggambarkan bagaimana cinta bisa membuat seseorang rentan, tetapi juga lebih menghargai kehadiran orang tercinta. Ketakutan akan patah hati disandingkan dengan kebahagiaan berada di dekat seseorang yang dianggap sebagai "orang favorit nomor satu."
Bagian paling imajinatif dari lagu ini muncul ketika Sal menggambarkan perjalanan dalam mimpi. Ia mengajak kita membayangkan bermain di awan, berenang di samudra, hingga berubah menjadi bulir hujan yang menyirami bumi. Lirik ini menghadirkan visual yang indah dan metafora mendalam tentang kebersamaan yang memberi kehidupan dan harapan, seperti hujan setelah kemarau panjang.
Nada melankolis dari lagu ini berpadu dengan lirik yang penuh kerinduan dan keinginan. "Bawalah kembali jiwa yang luka, dan perasaan yang lemah ini," menjadi puncak emosional dari lagu ini, seolah mengungkapkan kerinduan yang mendalam untuk merasakan keutuhan bersama orang yang dicintai.
Secara musikal, "I’d Like To Watch You Sleeping" memanfaatkan melodi lembut dan aransemen sederhana untuk menonjolkan kekuatan liriknya. Lagu ini bukan sekadar musik, melainkan pengalaman mendalam yang mengajak pendengar merenungi cinta dan kerentanannya.
Dengan lirik yang seperti puisi dan melodi yang menyentuh, Sal Priadi berhasil menciptakan karya yang terasa sangat personal, namun juga relevan bagi siapa saja yang pernah jatuh cinta. Jadi, apakah kamu juga ingin "tinggal di belakang gigi" seseorang yang kamu cintai?
Tag
Baca Juga
-
Stop Barter Kuno! Permen Bukan Mata Uang Wahai Para Tukang Fotokopi
-
Kesejahteraan atau Keterasingan? Gen Z dan Paradoks di Tengah Badai Digital
-
Dua Sisi Mata Uang Asmara Kampus: Antara Support System dan Pembatal Mimpi
-
Kalau Nggak Upload Instagram, Liburannya Nggak Sah?
-
Gen Z Lebih Pilih Sehat Mental Dibanding IPK Cumlaude, Salahkah?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Jogja Jelang Senja: Berbeda dalam Doa, Menang dengan Keyakinan
-
Novel Behind Closed Doors: Sandiwara Mengerikan dalam Kehidupan Pernikahan
-
Novel Turning Seventeen: Kehidupan Remaja yang Kompleks dan Penuh Rahasia
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Rumah Rindu: Saat Hati Perempuan Menjadi Medan Pertarungan Moral
Terkini
-
Tak Hanya Season 3, Anime The Apothecary Diaries Siap Rilis Film Orisinal
-
6 Outfit Girly Minimalis Kapook Ploynira yang Super Stylish untuk Kencan
-
Meme Bahlil Dilaporkan, Warganet: Siap-Siap Satu Indonesia Masuk Penjara
-
4 Lip Tint Transferproof Rp20 Ribuan, Tidak Luntur Meski Dipakai Seharian!
-
Prekuel Weapons Resmi Diproduksi, Siap Ungkap Asal-usul Aunt Gladys