Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Buku Penakluk Badai (Doc.Pribadi/Fathorrozi)

Buku Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN merupakan karya sastra yang penuh dengan kekuatan narasi dan menggugah emosi. Buku dengan tebal 562 halaman ini menawarkan kisah yang menggabungkan elemen sejarah, perjuangan, dan filsafat kehidupan, yang dikemas dengan sangat menarik.

Buku novel biografi yang diterbitkan oleh Republika Penerbit pada Agustus 2018 ini, berhasil mengundang perhatian pembaca dengan gaya penceritaan yang mendalam dan penuh makna.

Di dalamnya banyak mengisahkan perjalanan hidup Kiai Hasyim Asy'ari serta perjuanganya untuk membebaskan negara Republik Indonesia dari penjajah. Aguk Irawan dengan gamblang menceritakan detik-detik Kiai As'ad menyerahkan tongkat kepada Kiai Hasyim sebagai tanda restu berdirinya organisasi Nahdhatul Ulama. 

"Saya diutus oleh Kiai Kholil untuk memberikan tongkat ini kepada Kiai," setelah duduk di ruang tamu, Santri As'ad tanpa berbasa-basi lagi langsung mengutarakan apa yang diniatkan sejak dari Madura dan menyerahkan tongkat itu kepada Kiai Hasyim.

"Terima kasih. Terima kasih," tongkat kemudian berpindah tangan dari Santri As'ad ke Kiai Hasyim. Saat menerima tongkat itu, sungguh Kiai Hasyim seperti tak kuat menahan haru. (Halaman 262).

Juga dengan jelas penulis menggambarkan suasana kedatangan rombongan perwakilan Sekutu yang mendarat di Surabaya dan beberapa pelabuhan lainnya secara serentak pada 16 September 1945.

Beberapa Kiai NU dan tokoh nasionalis seperti Jenderal Soedirman pemimpin PETA kemudian berkumpul pada malam hari di kediaman Kiai Hasyim untuk membicarakan sikap menghadapi suasana genting itu.

"Kita sudah tahu, kalau Sekutu bersama Belanda sudah merencanakan dengan masak-masak bahwa negeri yang sudah merdeka ini akan dijadikan jajahannya kembali, bagaimana pendapat Kiai?" tanya Jenderal Soedirman kepada Kiai Hasyim.

"Mencintai negeri adalah bagian dari iman, karenanya wajib kita mempertahankan kemerdekaan!" jawab Kiai Hasyim tanpa ragu sedikit pun.

"Apa kita lihat perkembangannya dulu, Kiai?" tanya Kiai Wahab Hasbullah.

"Perkembangan bagaimana maksud Kangmas?" Kiai Hasyim balas bertanya.

"Ya, kalau mereka terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa kedatangan mereka ke negeri ini memiliki maksud untuk kembali menjajah, saya setuju kita harus terus pertahankan republik ini. Tetapi kalau kedatangan mereka untuk mengadakan kerja sama secara baik-baik demi kesejahteraan umat di negeri ini, ada baiknya kita berikan kesempatan sekali lagi," jelas Kiai Wahab Hasbullah, sedikit lebih lunak. (Halaman 389).

Kiai Hasyim akhirnya menyudahi percakapan penting tersebut, dan semua sepakat bahwa mereka akan kembali bergerak atau bertempur jika memang Sekutu membawa keributan atau hendak kembali menjajah bangsa yang sudah berdaulat.

Novel Penakluk Badai ini sangat layak dibaca oleh siapa saja yang ingin merenung tentang makna kehidupan, perjuangan, dan ketahanan mental. Aguk Irawan MN berhasil menyajikan sebuah kisah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan filosofis yang mendalam. Bagi pembaca yang menyukai cerita yang penuh makna dengan karakter yang kuat, buku ini adalah pilihan yang tepat.

Selamat membaca!

Identitas Buku

Judul: Penakluk Badai

Penulis: Aguk Irawan MN

Penerbit: Republika Penerbit

Cetakan: I, Agustus 2018

Tebal: 562 Halaman

ISBN: 978-602-5734-17-5

Fathorrozi 🖊️