Pernahkah membayangkan jika waktu yang kita jalani bisa berbaur, menggabungkan masa lalu dan masa kini dalam satu tarikan napas? Bagaimana rasanya jika sebuah kota, dengan segala sejarah dan kehidupan modernnya, terjerat dalam pergulatan waktu yang saling bertabrakan?
"Bogor Mengaduk Waktu" karya Avia Maulidina mengangkat tema yang mengundang pemikiran tersebut, menjelajahi konsep waktu, kenangan, dan perubahan dalam sebuah kisah yang penuh misteri dan tantangan.
Novel ini bercerita tentang Catur, seorang remaja yang tiba-tiba terjebak dalam realitas di mana dua garis waktu—Bogor tahun 1923 dan 2023—bercampur dan saling mempengaruhi.
Dalam keadaan ini, Catur menyadari bahwa kunci untuk memecahkan masalah ini terletak pada ayah kandungnya yang hilang. Bersama teman-temannya, ia berusaha mencari ayahnya sambil mencoba mengembalikan keseimbangan waktu di kota tersebut.
Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Waktu bukan sekadar sekadar urusan jarak, tetapi juga sesuatu yang bisa memengaruhi takdir dan mengancam kehidupan yang ada.
Tema utama buku ini adalah pergulatan antara masa lalu dan masa kini, serta bagaimana keduanya memengaruhi kehidupan seseorang. Sebagai pembaca, kita diajak untuk merenungkan hubungan antara ingatan, peristiwa sejarah, dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Di tengah cerita yang penuh dengan unsur fiksi ilmiah, novel ini juga menggali nilai-nilai budaya dan sejarah Kota Bogor yang menjadi latar cerita.
Dalam hal ini, buku ini tidak hanya menyajikan kisah petualangan, tetapi juga mengajak pembaca untuk lebih mengenal sejarah lokal yang mungkin selama ini terabaikan.
Dari perspektif sosial, "Bogor Mengaduk Waktu" menyentuh isu penting tentang bagaimana identitas dan sejarah dapat membentuk masa depan.
Konflik yang muncul antara masa lalu dan masa kini dapat dianggap sebagai representasi dari ketegangan yang sering kali terjadi dalam masyarakat kita, di mana kita harus menemukan cara untuk menjaga akar budaya dan tradisi sambil beradaptasi dengan perubahan zaman.
Proses pencarian Catur dan teman-temannya menggambarkan upaya untuk menyeimbangkan dua dunia yang berbeda—masa lalu yang penuh dengan kenangan dan masa kini yang terus berubah.
Sebagai kesimpulan, "Bogor Mengaduk Waktu" bukan sekadar cerita tentang perjalanan waktu, tetapi juga sebuah refleksi mengenai pentingnya menghargai sejarah sambil terus bergerak maju.
Avia Maulidina membuktikan kalau ia mampu menghadirkan cerita yang tak hanya menarik, tetapi juga membawa pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang hubungan kita dengan masa lalu dan masa depan, serta bagaimana kita bisa menemukan jalan untuk menyeimbangkannya.
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
Ulasan
-
Kebun Jati Pancawati, Spot Camping dan Piknik di Caringin Bogor
-
Ulasan Film Waktu Maghrib 2: Sumpah Serapah yang Bikin Desa Kacau!
-
Review Film 100 Yards: Konflik Dua Murid, dan Seratus Yard Kehormatan
-
Ulasan Novel The Little Prince: Persahabatan Antara Pilot dan Pangeran Kecil
-
Film Jumbo 10 Juta Penonton: Sebuah Mimpi yang Kini Jadi Kenyataan!
Terkini
-
Samsung Galaxy Z Fold 7 Segera Meluncur, Usung Kamera 200 MP dan ROM 1 TB
-
Jadwal MotoGP Aragon 2025: Persaingan Makin Ketat, Ducati Terancam?
-
Netflix Bagikan Teaser Film Frankenstein, Siap Tayang November 2025
-
Cermin Keberagaman! Saatnya Merangkul Kecantikan Inklusif di Era Modern
-
Dari Ladang ke Meja Makan: Bahaya Mikroplastik dalam Pertanian