Bayangkan kamu punya pasangan yang selalu setia, nggak pernah marah, selalu mendukung, dan nggak pernah ngeluh. Dia selalu bilang "iya" buat semua keinginanmu, selalu ada kapan pun kamu butuh, dan nggak pernah bikin kamu kecewa. Kedengarannya seperti hubungan impian, kan?
Namun, kalau semua itu ternyata bukan karena perasaan tulus, melainkan karena dia diprogram untuk begitu, masihkah itu disebut cinta?
Itulah ide yang diangkat dalam ‘Companion’, film sci-fi thriller terbaru yang tayang pada 31 Januari 2025. Disutradarai Drew Hancock dan dibintangi oleh Jack Quaid serta Sophie Thatcher, film ini membawamu ke dunia di mana teknologi bisa menciptakan pasangan yang "sempurna"—atau setidaknya, sesuai dengan keinginan pemiliknya. Uh, menarik ya?
Alur Singkatnya
Josh (diperankan Jack Quaid) punya pacar bernama Iris (Sophie Thatcher), yang tampaknya sangat mencintainya. Dia perhatian, nggak pernah protes, dan selalu ada untuk Josh. Namun, ada satu masalah besar: semua itu bukan hal yang alami. Iris bukanlah seseorang yang memiliki perasaan sendiri—dia hanyalah pasangan yang sudah diprogram sesuai keinginan Josh.
Ught! Asli ini menarik banget deh. Penasaran kelanjutannya? Tonton dong!
Seberapa Dekat Kaitan Film Companion dengan Film-Film Se-tema?
Kalau dipikir-pikir, ini bukan pertama kalinya film mengeksplorasi hubungan antara manusia dan teknologi dalam konteks romantis.
Her (2013) film favoritku, misalnya, juga mengangkat tema serupa, tapi dari sisi yang lebih emosional. Film yang disutradarai oleh Spike Jonze ini bercerita tentang Theodore (Joaquin Phoenix) yang jatuh cinta dengan Samantha, sebuah sistem operasi berbasis AI yang suaranya diisi sama Scarlett Johansson.
Awalnya hubungan mereka terasa begitu nyata—Samantha mengerti Theodore, selalu ada untuknya, bahkan bisa bercanda dan ngobrol layaknya manusia. Namun, semakin lama, Theodore mulai sadar kalau Samantha bukan manusia. Dia hanyalah program yang bisa berkembang sendiri, bahkan melampaui manusia. Di sini, pertanyaannya bukan sekadar "apakah AI bisa mencintai?" tapi lebih ke "apakah manusia benar-benar bisa jatuh cinta pada sesuatu yang nggak bertubuh sungguhan dan emosi alami?"
Sementara Film Her menampilkan sisi romantis dari hubungan manusia dengan AI, Ex Machina (2015) yang menurutku sangat mind blowing, membawa tajuk ini ke arah yang lebih gelap.
Film Ex Machina tuh mengikuti kisah Caleb (Domhnall Gleeson), programmer muda yang diundang untuk menguji kecerdasan buatan bernama Ava (Alicia Vikander). Seiring berjalannya waktu, Caleb mulai percaya Ava benar-benar memiliki kesadaran dan emosi layaknya manusia. Namun, yang nggak dia sadari, Ava juga punya rencana sendiri—dan dia bukan sekadar robot yang bisa dikendalikan.
Film Ex Machina ngegambarin hubungan antara manusia dan AI nggak selalu tentang cinta, tapi juga tentang manipulasi, dominasi, dan ketidakpastian antara siapa yang benar-benar mengendalikan siapa.
Kalau bicara soal pasangan "sempurna" yang sebenarnya dikendalikan, sulit untuk nggak menyebut ‘The Stepford Wives’. Film ini punya dua versi, yang pertama dirilis pada 1975 dan remake-nya keluar di 2004. Ceritanya tentang seorang wanita yang pindah ke kota kecil bernama Stepford, di mana semua istri di sana tampak terlalu sempurna—terlalu cantik, terlalu patuh, terlalu bahagia.
Lama-kelamaan terungkap kalau mereka semua ternyata bukan manusia biasa, melainkan istri-istri yang sudah "diubah" agar menjadi pasangan ideal sesuai keinginan suami mereka. Ini bukan lagi soal cinta, melainkan soal kontrol total atas seseorang yang seharusnya punya kehendak bebas.
Melihat tren film-film ini, ada satu kesimpulan yang bisa ditarik: hubungan yang sehat harusnya dibangun atas dasar kesetaraan, bukan kontrol. Nah, Film Companion mencoba mengangkat tajuk ini dengan caranya sendiri.
Yakin, deh, Film Companion menarik dari segi akting dan cerita. Hanya saja eksekusinya masih kurang kuat. Jelas film ini mengandung ide menarik tapi kurang tajam dalam menyampaikan pesannya. Nggak cuma di situ, bahkan untuk urusan babak ketiga terasa dimudahkan sekali eksekusinya. Terlepas dari itu semua, Film Companion sudah cukup komplit, biarpun kalau dibandingkan dengan Film Her atau Film Ex Machina, film ini masih terasa dangkal.
Film ini sangat layak kamu tonton!
Skor: 3,5/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Pantangan di Gunung? Percaya atau Nggak, Mending Jangan Nantangin!
-
Film 1 Kakak 7 Ponakan Tembus 1 Juta Penonton, Bukti Diterima Hati Penonton
-
Film Petaka Gunung Gede: Visualnya Oke, Akting Cakep, Tapi ....
-
Review Film Lagu Cinta Untuk Mama: Drama Simpel, Klise, Tapi Mengaduk Emosi
-
Adab Aktor Buruk yang Meruntuhkan Performa Film A Business Proposal
Artikel Terkait
-
Pantangan di Gunung? Percaya atau Nggak, Mending Jangan Nantangin!
-
Film 1 Kakak 7 Ponakan Tembus 1 Juta Penonton, Bukti Diterima Hati Penonton
-
Film Petaka Gunung Gede: Visualnya Oke, Akting Cakep, Tapi ....
-
Rahasia Kelam di Balik 'Desa Mati', Film Horor yang Bikin Merinding!
-
Review Film Lagu Cinta Untuk Mama: Drama Simpel, Klise, Tapi Mengaduk Emosi
Ulasan
-
Ulasan Novel The Magical Language of Others: Perbedaan Budaya dan Bahasa
-
Ulasan Cerita Kapal Kertas: Melawan Rasa Insecure dalam Suatu Hubungan
-
Review Manhwa Traces of the Moon: Definisi Sudah Jatuh Tertimpa Tangga!
-
Film Petaka Gunung Gede: Visualnya Oke, Akting Cakep, Tapi ....
-
Menjalani Hidup dengan Tenang dalam Buku Hujan Bahagia
Terkini
-
Jual 1 Juta Album dalam Sepekan, Idola Virtual PLAVE Banjir Pujian Warganet
-
Reuni dengan Fans Jepang Setelah 6 Tahun, EXO-CBX Spoiler Aktivitas Terbaru
-
Pantangan di Gunung? Percaya atau Nggak, Mending Jangan Nantangin!
-
5 Pemeran Pendukung Drama Korea Kick Kick Kick Kick, Ada Jeon Hye Yeon!
-
Bukan NJZ, ADOR Minta Media Pakai Nama NewJeans: Kontrak Masih Sah