Film horor Indonesia terbaru "Pabrik Gula" (2025) merupakan adaptasi dari kisah urban legend yang viral di media sosial beberapa tahun silam.
Disutradarai oleh Awi Suryadi yang sebelumnya sukses dengan "KKN di Desa Penari", film ini mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada 31 Maret 2025 bertepatan dengan momen libur Lebaran.
Produksi film ini ditangani oleh MD Pictures, rumah produksi yang telah melahirkan banyak film horor sukses di tanah air.
"Pabrik Gula" menawarkan pengalaman menonton yang unik dengan tersedia dalam dua versi: versi bioskop reguler (17+) dan versi uncut (21+). Film ini juga tersedia dalam format IMAX untuk pengalaman menonton yang lebih imersif.
Untuk penonton internasional, film ini mulai tayang di Amerika Serikat pada 18 April 2025.
Sinopsis: Teror di Balik Dinding Pabrik Tua
Film ini mengisahkan sekelompok buruh musiman yang bekerja di sebuah pabrik gula tua peninggalan kolonial Belanda di Jawa Timur.
Fadhil (Arbani Yasiz), seorang pemuda lugu, bergabung dengan tim yang dipimpin oleh Naning (Erika Carlina), wanita tangguh yang sudah lama bekerja di pabrik tersebut.
Awalnya, semua berjalan normal hingga suatu malam, beberapa pekerja mulai mengalami gangguan gaib. Suara-suara aneh, penampakan sosok misterius, hingga kejadian kesurupan mulai menghantui para buruh.
Investigasi mengungkap bahwa pabrik tersebut menyimpan rahasia kelam terkait ritual-ritual mistis masa lalu. Para pekerja harus menghadapi teror yang semakin menjadi-jadi sambil terus mencoba memecahkan misteri di balik kutukan pabrik gula tersebut.
Review Film: Lebih dari Sekadar Film Horor Biasa
"Pabrik Gula" berhasil menciptakan atmosfer horor yang kental melalui setting pabrik tua yang autentik. Penggunaan lokasi nyata bekas pabrik gula kolonial menambah kesan realisme yang menakutkan.
Film ini tidak hanya mengandalkan jumpscare semata, tetapi membangun ketegangan secara perlahan melalui pengembangan karakter dan latar belakang cerita yang kuat.
Hal yang menarik, di balik elemen horornya, film ini menyentuh beberapa isu sosial yang relevan. Penggambaran kehidupan buruh pabrik gula yang keras dan eksploitatif menyiratkan kritik terhadap sistem kerja yang tidak manusiawi.
Latar belakang kolonial pabrik tersebut juga menjadi metafora untuk menyoroti warisan kelam penjajahan yang masih membayangi masyarakat modern.
Meskipun ulasan ini berfokus pada versi bioskop reguler, penting untuk menyebutkan bahwa versi uncut (21+) menawarkan pengalaman yang lebih intens.
Versi uncut menyajikan adegan-adegan horor yang lebih grafis dan mendalam, termasuk beberapa scene yang dipotong dalam versi reguler untuk menyesuaikan dengan rating usia.
Durasi versi uncut juga lebih panjang sekitar 10 menit, memberikan penjelasan lebih lengkap tentang mitologi dalam cerita.
Sebagai kesimpulannya, "Pabrik Gula" berhasil menjadi film horor Indonesia yang tidak hanya menakutkan tetapi juga memiliki kedalaman cerita.
Kombinasi antara elemen supernatural dan kritik sosial yang tersirat membuat film ini layak ditonton tidak hanya oleh penggemar genre horor.
Dari pemeran utamanya yang solid dan sinematografi yang memukau, film ini membuktikan bahwa industri film horor Indonesia terus berkembang dengan kualitas yang semakin matang.
Buat kamu yang ingin pengalaman menonton lebih intens, versi uncut bisa menjadi pilihan, meskipun dengan catatan bahwa beberapa adegan mungkin terlalu kuat untuk penonton yang lebih sensitif.
Akhir kata, "Pabrik Gula" benar-benar sukses menghadirkan tontonan horor yang segar dengan sentuhan budaya lokal yang kental, sekaligus membuktikan bahwa film horor Indonesia mampu bersaing secara kualitas dengan produksi internasional.
Selain tayang di Indonesia dan Amerika Serikat, film ini juga akan dirilis di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei mulai Mei 2025.
Rencananya, "Pabrik Gula" juga akan diputar di festival-festival film internasional untuk memperkenalkan kekayaan cerita horor berbasis budaya lokal Indonesia kepada penonton global.
Dari berbagai pencapaian ini, "Pabrik Gula" patut diapresiasi sebagai salah satu karya terbaik dalam genre horor tanah air tahun ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
-
Review Film High Rollers: Antara Cinta dan Misi Mustahil di Meja Perjudian
-
Deretan Fakta Drama Korea Karma, Dibintangi Park Hae Soo hingga Gong Seung Yeon
-
Teror di Bioskop! 4 Film Horor Indonesia Tayang April 2025
-
Disambut Antusias, Film Pabrik Gula Akhirnya Tayang di Amerika
-
Sinopsis Godaan Setan yang Terkutuk, Ketika Ruqyah Menjadi Teror Mengerikan
Ulasan
-
Film Audrey's Children, Kisah di Balik Terobosan Pengobatan Kanker Anak
-
Ulasan Novel The Pram: Teror Kereta Bayi Tua yang Menghantui
-
Review Film Magic Farm: Kisah Kru Dokumenter Nyasar yang Dibalut Satir Gokil
-
Ulasan Novel Holly: Rahasia Mengerikan di Balik Rumah Pasangan Terhormat
-
Dari Anak Nakal Jadi Pahlawan Kota: Kisah Seru di Balik The Night Bus Hero
Terkini
-
Mau Gaya Manis Tapi Tetep Chic? Coba 5 Hairdo Gemas ala Zhang Miao Yi!
-
5 Karakter Kuat One Piece yang Diremehkan Monkey D. Luffy, Jadinya Kalah!
-
Infinix Note 50X 5G+ Masuk ke RI Bareng Note 50S 5G+, Harga Tidak Sama
-
PSS Sleman Belum Aman dari Zona Degradasi Walau Kalahkan Persija, Mengapa?
-
5 Rekomendasi Serial Kerajaan Netflix yang Tak Kalah Seru dari Bridgerton