Sebagai penonton yang juga suka drama medis, yakin deh, rasa-rasanya selalu penasaran dengan series yang hadir di ranah genre semacam itu. Misalnya, Series The Resident yang tayang sejak 2018-2023 telah menarik perhatian, meskipun (mungkin) buat penonton yang nggak terlalu terlalu sering menonton series beginian.
Jika Sobat Yoursay mau tahu lebih banyak apa-apa saja yang terasa selepas menonton series ini, jangan skip ya! Yuk lanjut baca sampai tuntas!
Sekilas tentang Series The Resident
Series The Resident yang disutradarai banyak sutradara, kisaran ± 50-an sutradara (tergantung episode mana yang dibuat) dan di antaranya: Rob Corn (sebanyak 20 episode), Paul McCrane (sebanyak 7 episode), serta masih banyak sutradara lainnya, kisahnya mengikuti perjalanan dokter magang baru, Dr. Devon Pravesh (Manish Dayal), yang mulai bekerja di rumah sakit Chastain Park Memorial di Atlanta.
Dr. Devon Pravesh berada di bawah pengawasan Dr. Conrad Hawkins (Matt Czuchry), seorang residen senior yang terkenal karena metodenya yang jauh dari cara-cara standar lama, memang sih kasar, tapi efektif dalam menangani pasien.
Sebenarnya ada apa di antara mereka berdua? Tentu Sobat Yoursay harus nonton sendiri. Dan, gimana dengan kesan-kesannya? Jauh lebih menarik jika kita langsung masuk topik utama.
Impresi Selepas Nonton Series The Resident
Serius deh, butuh waktu lama menamatkan series ini, sampai-sampai sering kualihkan dengan tontonan lainnya. Ups.
Dengan jumlah total ± 107 episode, sejak episode pertama, jelas kalau Conrad bukanlah dokter biasa. Ya, dia punya pendekatan yang lebih pragmatis dan terkadang melanggar aturan demi menyelamatkan nyawa.
Premisnya sebenarnya ada potensi, tapi eksekusinya terasa terlalu familier dan klise.
Gini lho. Karakter Dr. Conrad seolah-olah merupakan campuran dari beberapa dokter fiksi terkenal seperti Dr. House dari House M.D., atau misal dalam Dr. Cox dari Scrubs. Sayangnya, alih-alih menghadirkan sesuatu yang segar, Series The Resident justru terjebak dalam trope (semacam elemen atau pola) yang sudah terlalu sering digunakan alias basi.
Nggak hanya Conrad, karakter lainnya pun tampak stereotip dari drama medis pada umumnya.
Misalnya ada Dr. Randolph Bell (Bruce Greenwood), kepala rumah sakit yang maunya untung terus ketimbang memprioritaskan keselamatan pasien, dan Dr. Mina Okafor (Shaunette Renee Wilson), dokter yang sering diremehkan karena statusnya sebagai imigran. Sementara itu, ada juga perawat Nic Nevin (Emily VanCamp), yang jadi love interest-nya Conrad dan juga punya subplot sendiri yang mencoba mengangkat isu etika dalam dunia medis.
Seenggaknya itu yang kurasakan. Jika Sobat Yoursay mencari drama medis yang lebih fokus pada aspek kedokteran, mungkin kamu akan kecewa. Series The Resident lebih menonjolkan konflik interpersonal dan ketidakadilan sistem rumah sakit dibandingkan realisme prosedur medis. Tentu saja, kritik terhadap sistem kesehatan swasta di Amerika bisa jadi tema yang menarik, tapi dalam series ini terasa dipaksakan dan nggak terlalu mendalam.
Banyak adegan dalam series ini yang terasa dilebih-lebihkan untuk kepentingan drama. Salah satu contohnya adalah bagaimana rumah sakit ini digambarkan seolah-olah penuh dengan dokter yang nggak kompeten dan hanya peduli pada keuntungan finansial.
Dalam satu adegan, kepala rumah sakit secara terang-terangan menyatakan kalau mereka lebih baik membiarkan pasien meninggal daripada merawatnya jika nggak punya asuransi kesehatan. Meskipun realita sistem medis memang banyak kekurangannya, pendekatan yang digunakan Series The Resident terasa terlalu manipulatif dan nggak sepenuhnya akurat.
Selain itu, ada banyak momen di mana keputusan medis tampak dibuat hanya untuk meningkatkan ketegangan naratif, bukan berdasarkan logika medis yang sebenarnya. Yang jelas, kalau kamu penonton yang paham betul dasar tentang dunia kedokteran, kemungkinan besar kamu akan merasa frustrasi dengan cara series ini menggambarkan prosedur dan etika kedokteran.
Jujur, aku merasa Series The Resident nggak benar-benar buruk, tapi juga bukan yang istimewa.
Skor: 3/5
Baca Juga
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
-
Review Film Dont Lets Go to the Dogs Tonight: Hidup di Tengah Peperangan
-
Review Film Three Kilometres to the End of the World: Potret Aib Terpilu
-
Review Film Saint Clare: Niat Jadi Horor Ilahi, Hasilnya Malah Sesat
Artikel Terkait
-
Honda CBR Series Panaskan Mandalika Racing Series 2025, Siap Pertahankan Tahta
-
Ulasan Film Bidaah, Series Malaysia yang Viral: Kelompok Ajaran Menyimpang
-
Terobosan Medis 2025: Pengobatan Revolusioner untuk Kanker, Jantung, dan Parkinson di Depan Mata
-
Aksi Solidaritas Tenaga Kesehatan Indonesia untuk Palestina
-
Review Pulse: Series Medis Netflix yang Tegang, Seksi, dan Penuh Letupan
Ulasan
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
Terkini
-
Review Poco F7: HP dengan Snapdragon 8s Gen 4 dan Storage 512GB Super Lega
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!
-
Kalahkan BLACKPINK, NCT Dream Raih Trofi Pertama Lagu BTTF di Music Bank
-
Payment ID: Awal dari Negara Polisi Finansial?