Ketika membaca judul novel The Hen Who Dreamed She Could Fly karya Sun-mi Hwang, kalian pasti menganggap ini kisah tentang hewan saja. Tapi, aslinya lebih dari itu.
Meski tampak terlihat kurang menarik (judulnya saja ayam?), tapi ceritanya menarik banyak pembaca di seluruh dunia.
Meski tampak sederhana dengan tokoh utama seekor ayam betina, novel ini menyimpan kekuatan emosional dan filosofi kehidupan yang dalam, menjadikannya bacaan menyentuh untuk semua usia.
The Hen Who Dreamed She Could Fly bercerita tentang seekor ayam petelur. Ia hidup di kandang kecil. Impiannya sederhana, yaitu bisa mengerami telurnya sendiri hingga anaknya menetas.
Namun, dalam sistem peternakan yang kejam, ayam seperti Sprout hanya dianggap mesin penghasil telur.
Ketika ia tak lagi produktif, ia dibuang. Dari titik ini, dimulailah perjalanan penuh perjuangan, kesepian, dan keberanian dari seekor ayam yang menolak menyerah pada takdirnya.
Kehidupan Sprout disini digambarkan sangat dikendalikan oleh sistem. Makan, bertelur, semuanya diatur oleh sistem.
Karena itu, ia merasakan kehidupan bebas. Hidup di luar kandang dan merawat anaknya, meskipun harus menghadapi kerasnya dunia di luar sana.
Di balik narasi sederhana ini, kita menemukan banyak lapisan.
Namun justru dalam perjuangan itulah makna cinta sejati, pengorbanan, dan kebebasan menjadi nyata.
Gaya penulisan Sun-mi Hwang sederhana dan lembut, tapi penuh makna.
Dalam setiap bab nya, pembaca bisa mengambil pesan moral yang penting. Kita semua harus bisa mengerti apa tujuan kita. Dengan begitu, kita akan memiliki keberanian untuk menghadapi semua masalah.
Sama halnya dengan ayam ini. Ia menolak menjadi roda yang terus diputar sistem. Sehingga ia berkeinginan untuk keluar dan menjalani apa yang dia mau dan mencapai tujuannya.
Kisah ini juga menyinggung tema pengasuhan, perbedaan, dan keberanian menerima kenyataan yang tak selalu ideal.
Tapi menariknya, keibuan dalam buku ini tidak terbatas pada relasi biologis .
Dalam bahasa Inggris, kita bisa "mothering" siapa saja, tetapi “fathering” terbatas pada asal usul darah.
Ketika Sprout memutuskan untuk pergi dari kandang, ia menemukan banyak masalah.
Ia harus menghadapi ancaman dari predator dan hewan lain. Tak hanya itu, ia bahkan harus merawat anak bebek yang bukan darah dagingnya.
Namun, itulah makna cinta sejati dan pengorbanan.
Hubungan antara Sprout dan anak bebeknya menunjukkan bahwa kasih sayang tidak selalu berasal dari hubungan darah. Dengan adanya rasa sayang, maka sebuah keluarga bisq terbentuk.
Melalui Sprout, kita belajar bahwa menjadi seorang ibu bukan soal melahirkan, tapi soal mencintai dengan seluruh keberanian dan kerentanan kita.
Dan bukankah itu yang kita semua butuhkan? Sedikit keberanian untuk mencintai, kegigihan untuk bertahan, dan semangat untuk tetap bermimpi meski dunia menertawakan kita.
The Hen Who Dreamed She Could Fly adalah dongeng kecil yang menampar halus. Tentang hidup yang keras, musuh yang selalu ada, dan keinginan besar untuk menjadi diri sendiri tanpa kehilangan kehangatan hubungan manusia.
Pada akhirnya, mungkin, seperti Sprout, kita semua hanya ingin belajar terbang.
Secara keseluruhan, The Hen Who Dreamed She Could Fly adalah cerita fabel modern yang menyentuh hati dan membangkitkan refleksi.
Melalui kisah ini, kita menemukan arti pengorbanan seorang ibu secara luas. Meski digambarkan secara sederhana oleh seorang ayam, tapi maknanya sangatlah mendalam.
Sebuah karya yang akan tinggal lama dalam hati pembacanya, dan cocok untuk siapa saja yang mencari bacaan singkat namun bermakna dalam.
Baca Juga
-
Ulasan City of Ash and Red, Novel Thriller Psikologis yang Menyesakkan
-
Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia
-
Ulasan Novel Good Son: Kisah Anak yang Dituduh Membunuh Ibunya
-
Strange Tales from a Chinese Studio, Dongeng Absurd Tiongkok di Abad ke-17
-
Ulasan Novel The Hole: Imajinasi yang Terkunci dan Tubuh yang Lumpuh
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Ana Uhibbuka Fillah Ustaz: Mencari Makna Cinta Untuk Tuhan
-
Mengupas Novel The Siren: Sudut Pandang Penulis dan Editor
-
Ulasan City of Ash and Red, Novel Thriller Psikologis yang Menyesakkan
-
Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia
-
Ulasan Novel Denting Lara: Ketika Cinta Datang di Waktu yang Salah
Ulasan
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
-
Ulasan Buku How to Say Babylon: Membebaskan Diri dari Rantai Patriarkal
-
Ulasan Novel Love at the Rooftop: Penantian Lama yang Tidak Sia-Sia
-
Ulasan Novel Ana Uhibbuka Fillah Ustaz: Mencari Makna Cinta Untuk Tuhan
Terkini
-
Be Alright oleh IVE: Berpikir Positif dan Tak Perlu Takut Hadapi Masa Depan
-
Tayang Hari Ini! 3 Alasan Drama Korea Netflix Trigger Tak Boleh Dilewatkan
-
Sinopsis Justifiable Defense Episode 1: Bai Jingting Terlibat Pembunuhan
-
Dear Timnas Indonesia, 3 Pakem Ini Perlu Dijaga untuk Tumbangkan Thailand
-
Redmi K Pad Siap Debut Global, Tablet Mungil yang Diklaim Tandingan Serius iPad Mini