Film "Petak Umpet", dirilis pada akhir tahun 2024. Film ini hadir sebagai karya horor lokal yang berani menyelipkan unsur drama keluarga di dalam narasinya. Disutradarai oleh Rizal Mantovani, dan didukung oleh rumah produksi ternama, film ini menyuguhkan pendekatan yang menyegarkan bagi penggemar genre horor.
Kisahnya berpusat pada Rahman, seorang remaja yang lebih memilih tenggelam dalam dunia digital ketimbang menghabiskan waktu dengan sang adik, Sari.
Suatu hari, saat Sari bermain petak umpet dengan teman-temannya, ia tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Kejadian tersebut menjadi titik awal dari rentetan misteri, yang kemudian mengarah pada sosok gaib legendaris Indonesia yaitu, Wewe Gombel.
Menariknya, film ini mengambil inspirasi dari kisah viral yang ada di platform digital, seorang anak dikabarkan menghilang karena ulah makhluk mistis tersebut. Dengan mengadaptasi cerita populer, film ini berhasil membangun kedekatan emosional dengan penonton yang telah familiar dengan legenda urban tersebut.
Salah satu kekuatan utama dari film ini adalah kemampuannya dalam menyatukan genre horor dengan konflik sosial. Sang sutradara sendiri pernah menyatakan bahwa kasih sayang antaranggota keluarga menjadi kunci dalam menyelesaikan konflik yang disajikan.
Secara visual, film "Petak Umpet" menyajikan atmosfer yang mencekam melalui tata cahaya dan lokasi yang mendukung. Meskipun begitu, film ini mendapatkan beberapa kritik dari penonton karena tampilan makhluk supranatural yang dianggap kurang menakutkan secara visual.
Penampilan Randy Martin sebagai kakak yang diliputi rasa bersalah, serta Alesha Fadillah sebagai sang adik yang polos, berhasil membawakan karakter masing-masing dengan sangat baik. Namun pada pengembangan karakter, dinilai masih bisa lebih dalam untuk menyentuh sisi emosional penonton.
Dari segi alur cerita, meskipun ide dasarnya menarik, perjalanan ceritanya dinilai cukup bisa ditebak. Beberapa elemen horor, seperti jumpscare, terasa digunakan secara berulang hingga efek kejutnya berkurang. Dengan durasi yang tidak terlalu panjang, sekitar satu setengah jam, film ini mampu menyampaikan inti ceritanya dengan cukup padat.
Namun, eksplorasi terhadap latar belakang makhluk mitos "Wewe Gombel" tersebut masih terasa kurang, hal ini menyisakan banyak pertanyaan bagi penonton yang ingin tahu lebih dalam tentang makhluk mitos tersebut.
Film "Petak Umpet" mencoba tampil berbeda dari film horor Indonesia kebanyakan dengan menonjolkan dinamika keluarga sebagai benang merah. Walau penyampaiannya belum sepenuhnya sempurna, namun untuk mengangkat pesan moral film ini sangat terasa.
Bagi pencinta kisah-kisah legenda lokal, film ini dapat menjadi salah satu adaptasi yang cukup layak untuk ditonton di waktu luang. Meski tidak cukup mengerikan, film ini tetap berhasil menyuguhkan nuansa mistis yang kuat bagi yang membuat penonton merasa takut.
Nilai tambah lain dari film ini adalah refleksi tentang pentingnya perhatian orang tua terhadap anak. Hal tersebut tersirat jelas dalam bagaimana karakter-karakternya menghadapi konflik.
Dengan demikian, film ini dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, tidak hanya penggemar horor, tetapi juga keluarga yang ingin mendapatkan pesan mendalam dari sebuah film.
Film ini masih dapat ditemukan di berbagai platform penayangan. Bagi yang ingin merasakan sensasi horor bercampur drama emosional, "Petak Umpet" bisa menjadi pilihan menarik.
Sebagai karya yang menggabungkan elemen mistis dengan drama domestik, film ini membuka kemungkinan baru dalam narasi horor Indonesia. Ia membuktikan bahwa rasa takut tidak selalu datang dari kegelapan, tetapi juga dari kurangnya perhatian di dalam rumah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Perjuangan Melawan Kemiskinan dan Tradisi Kaku dalam Novel Bertajuk Kemarau
-
Ulasan Novel Pachinko, Kisah Tiga Generasi Keluarga Korea di Jepang
-
Ulasan Novel Dirty Little Secret, Perjuangan Penebusan Cinta dari Masa Lalu
-
Ulasan Novel Missing Ex Karya Merinda, Misi Mencekam Mencari Mantan Kekasih
-
Ulasan Novel Rasina, Perjuangan dan Ketabahan Rasina di Era Penjajahan
Artikel Terkait
-
Review Film That They May Face the Rising Sun: Sederhana tapi Begitu Lembut
-
Film Rumah Untuk Alie Angkat Isu Bullying, Tayang di Bioskop 17 April 2025
-
Membaca Kritik Film Jumbo: Kala Imajinasi Diadili Moral Publik
-
Sinopsis Film Pinjam 100 The Movie, Dipromosikan Ketua PFN Ifan Seventeen
-
Ulasan Film With You in the Future, Saat Jatuh Cinta pada Orang yang Tepat
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Punya Mata Batin, Sara Wijayanto Akui Belajar dari Makhluk Tak Kasat Mata
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Sambut Akhir Pekan, Ini 5 Rekomendasi Drama China Fantasi yang Tayang 2025
-
SEA Games: Misi Timnas Indonesia Hindari Jegalan Myanmar Demi Semifinal
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali