Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
Novel The One and Only Bob (goodreads.com)

Setelah meraih kesuksesannya di Novel The One and Only Ivan, Katherine Applegate kembali melanjutkan kisah penuh makna dalam sekuelnya, The One and Only Bob.

Kali ini, tokoh sentralnya adalah Bob, anjing kecil berbulu cokelat yang dikenal dengan sifat cerewet, sinis, dan terkesan acuh meskipun di balik itu semua tersembunyi hati yang penuh kasih.

Bob kini tidak lagi hidup di jalanan. Ia tinggal bersama Julia, gadis penyayang yang dulu sering mengunjungi Ivan saat masih berada di dalam kandang di pusat perbelanjaan.

Walau kehidupannya kini lebih nyaman, bayang-bayang masa lalu Bob sebagai anjing terlantar belum sepenuhnya hilang. Kenangan akan masa kecil yang pahit dan saudari kandungnya yang terpisah darinya terus menghantui.

Segalanya berubah saat badai besar datang, mengancam nyawa Ivan dan Ruby, dua sahabat lama Bob.

Kondisi darurat ini membuat Bob harus keluar dari zona nyamannya dan menempuh sebuah petualangan yang sarat risiko.

Selain menyelamatkan para sahabat, perjalanan Bob kini semakin jauh dan menantang. Kisah ini juga menjadi kesempatan bagi Bob untuk menghadapi luka lama nya serta menemukan jati dirinya.

Jika kisah Ivan dibalut dengan nuansa reflektif dan tenang, maka cerita Bob hadir dengan alur yang lebih cepat dan bersemangat.

Gaya penceritaan khas Applegate tetap terasa melalui narasi yang padat, mengalir, dan penuh daya sentuh emosional.

Namun perspektif Bob yang tajam, kocak, dan jujur memberikan warna baru yang segar menggabungkan sisi lucu dengan pesan yang menyentuh.

Tidak hanya itu, karakter Bob disini juga mengalami perkembangan dengan cermat dan mendalam. Walaupun tubuhnya kecil dan ucapannya sering tajam, ia adalah makhluk yang loyal dan penuh perhatian.

Dalam petualangannya, Bob belajar bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemampuan untuk bertindak walau ketakutan masih ada.

Perjalanan emosional Bob menjadi salah satu daya tarik utama buku ini. Ia mulai menerima luka-luka lamanya dan berdamai dengan masa lalu.

Pertemuan Bob dengan saudari kandungnya yang selama ini hilang menjadi titik balik emosional dalam perjalanannya, sekaligus simbol dari proses pendewasaan dirinya.

Melalui potongan-potongan memori masa lalu, Applegate menyelipkan jejak trauma yang pernah Bob alami. Namun, ia melakukannya dengan ringan dan tidak membebani cerita.

Hal ini membuat cerita yang ditunjukkan memiliki banyak kata positif yang bisa diambil oleh pembacanya. Sehingga, pembaca tidak akan merasa bahwa perjalanan Bob terasa menyedihkan.

Sehingga, pembaca dapat mengartikan bahwa masa lalu kelam bukan akhir dari segalanya, dan siapa pun berhak untuk tumbuh serta menyembuhkan diri.

Hubungan antara Bob, Ivan, dan Ruby juga tetap menjadi bagian yang hangat dalam buku ini. Ketulusan hati mereka menunjukkan bahwa keluarga sejati tidak selalu ditentukan dalam hubungan sedarah, melainkan oleh kasih sayang dan kebersamaan.

Hal ini membuktikan bahwa setiap makhluk, sekecil apa pun, memiliki kisah istimewa yang pantas didengar dan dikenang.

Sentuhan humor khas Bob yang lugas dan sarkastik justru memberi daya tarik tersendiri, membuat buku ini bisa dinikmati oleh pembaca dari berbagai kalangan dan usia.

Menurut saya, buku ini menjadi pilihan yang ideal untuk pembaca usia menengah, baik dibaca sendiri maupun dinikmati bersama pendamping seperti orang tua atau guru.

Tak hanya menyuguhkan kisah yang menghibur, novel ini juga mengandung nilai-nilai penting tentang keberanian dalam menghadapi ketakutan, memaafkan masa lalu, serta arti sejati dari persahabatan yang tulus.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ardina Praf