Apa jadinya jika seseorang yang seharusnya menegakkan hukum justru menjadi koruptor, dan satu-satunya orang yang berani membongkar kebenaran adalah mantan polisi yang baru keluar dari penjara?
Spenser Confidential hadir membawa pertanyaan itu ke dalam dunia aksi brutal, humor sarkastik, dan misteri penuh tikungan. Dengan latar kota Boston yang keras dan penuh konflik, film ini menjadi hiburan yang tak hanya memacu adrenalin, tapi juga mengajak kita berpikir: masih adakah ruang untuk keadilan di tengah sistem yang korup?
Sinopsis Spenser Confidential
Film ini dibuka dengan sosok Spenser (Mark Wahlberg), seorang mantan polisi Boston yang dipenjara karena memukuli atasannya sendiri—seorang kapten yang terbukti korup.
Setelah lima tahun menjalani hukuman, Spenser akhirnya bebas dan bertekad untuk meninggalkan masa lalu, serta memulai hidup baru di luar kota.
Namun, rencananya langsung buyar ketika dua polisi tewas dalam waktu berdekatan, salah satunya adalah kapten yang dulu mengirimnya ke penjara.
Merasa ada yang janggal, Spenser kembali terjun ke dalam dunia yang coba ia tinggalkan, kali ini bukan sebagai polisi, tapi sebagai “detektif dadakan”.
Ia tidak sendiri. Bersama Hawk (Winston Duke), petarung MMA yang tinggal bersamanya di rumah pelatih boxing mereka, Spenser menyelami konspirasi besar yang melibatkan kepolisian, pengembang properti, narkoba, dan korupsi yang mengakar.
Review Spenser Confidential
Salah satu kekuatan utama film ini adalah chemistry antara Spenser dan Hawk. Karakter mereka sangat kontras—Spenser keras kepala, impulsif, dan punya “sense of justice” yang tinggi; sementara Hawk lebih tenang dan pragmatis, tapi siap tempur kapan saja. Dinamika keduanya menghadirkan banyak momen lucu dan menyentuh, menjadikan film ini tidak sekadar aksi tanpa jiwa.
Peter Berg, yang sudah sering bekerja sama dengan Wahlberg, kembali menampilkan penyutradaraan yang cepat dan lugas. Gaya kamera handheld, dialog yang kasar namun alami, serta tempo yang konsisten membuat penonton tidak sempat bosan.
Boston bukan sekadar latar, tapi terasa seperti karakter tambahan. Mulai dari aksen, lingkungan kelas pekerja, hingga ketegangan sosial yang tersirat, semuanya memperkuat atmosfer cerita.
Meski menyenangkan, film ini tidak lepas dari kelemahan. Alur cerita tentang korupsi di tubuh kepolisian terasa terlalu familiar dan mudah ditebak. Penonton berpengalaman bisa memetakan plot twist bahkan sebelum karakter menyadarinya.
Beberapa karakter pendukung juga terasa tempelan. Cissy (Iliza Shlesinger), pacar Spenser yang blak-blakan, hanya muncul untuk memberi bumbu komedi, tanpa kontribusi signifikan terhadap pengembangan cerita. Sementara isu sistemik seperti rasisme struktural atau tekanan sosial yang sebenarnya potensial, hanya disentuh di permukaan.
Apakah Spenser Confidential memberikan perspektif baru soal keadilan dan sistem yang rusak? Tidak juga. Tapi film ini tahu siapa target penontonnya—penikmat aksi cepat, investigasi ringan, dan humor khas Mark Wahlberg. Film ini tidak revolusioner, tapi sangat menghibur.
Cocok bagi penonton yang ingin menikmati film aksi yang tidak terlalu berat, dengan karakter-karakter menyenangkan, sedikit misteri, dan banyak pukulan.
Film ini memang terlihat didesain menghibur secara instan dan cepat sehingga alur cerita dikemas dengan simpel. Jadi, memang cocok untuk penonton seperti pekerja yang sudah menghabiskan waktu seharian di kantor dan ingin melepas penat dengan menonton di rumah dan langsung tidur. Selain itu, Peter Berg memang ingin menunjukkan budaya lokal dari Boston melalui film ini.
Untuk film aksi komedi seperti Spenser Confidential, bagi saya sudah cukup memberikan tontonan yang klasik dan natural tanpa harus dipaksakan karena membawa budaya lokal. Jadi, saya tidak begitu berharap lebih dari film ini.
Jika kamu suka film buddy-cop dengan vibe santai ala Boston, Spenser Confidential bisa jadi pilihan yang pas untuk akhir pekan.
Rating pribadi: 8,8/10
Baca Juga
-
Review Public Disorder, Kehidupan Keras Polisi Italia Menghadapi Huru-Hara
-
Chatbot Layanan Publik: Solusi Digital atau Sumber Frustrasi Baru?
-
Dear Writer, 5 Tools Ini Bisa Bikin Performa Menulis Lebih Keren
-
Review Series La Palma, Liburan Keluarga yang Berakhir dengan Bencana Tragis
-
Dear Parents, Ketahui 5 Risiko Tersembunyi Penggunaan Aplikasi AI pada Anak
Artikel Terkait
-
Film Panji Tengkorak: Nostalgia Komik yang Siap Hidup di Layar Lebar
-
Review Public Disorder, Kehidupan Keras Polisi Italia Menghadapi Huru-Hara
-
Puncaki Box Office, Thunderbolts* Debut Rendah Dibanding Film Marvel Lain
-
Joe Taslim Comeback dengan Gaya Baru, Mortal Kombat 2 Siap Gebrak Bioskop!
-
Sinopsis Thudarum, Film India yang Dibintangi Mohanlal dan Shobana
Ulasan
-
Review Film April Come She Will, Menguji Arti Sejati Sebuah Hubungan
-
Saat Teknologi dan Sejarah Bertarung Hebat dalam Novel Palagan Nusantara
-
Jakarta Tak Pernah Netral: Makna Hidup dalam Novel Sisi Tergelap Surga
-
Misteri Rumah Tua dan Penyihir Jahat dalam Novel House of Secrets
-
Review The Luckiest Man in America: Keberuntungan di Panggung Game Show
Terkini
-
5 Drama Hits Ryeo Un yang Wajib Masuk Watchlist, Terbaru Weak Hero Class 2
-
4 Ide Outfit Simpel ala Chanyeol EXO yang Cocok untuk Aktivitas Sehari-hari
-
Siap Hadapi 2030: Tips Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi dan Pendidikan
-
4 Inspirasi OOTD Edgy Look ala Felix STRAY KIDS yang Mudah untuk Disontek
-
Momen Unik Tim Indonesia di Sudirman Cup 2025, Fans Service dan Usaha 200%