Terkadang saking nyamannya kita menjadi seorang anak, kita lupa bahwa orang tua kita juga adalah anak dari seseorang. Terkadang saking kesalnya, kita marah dan menyalahkan takdir kenapa kita harus lahir di dunia. Sama halnya seperti kita yang baru pertama kali menjalani hidup, seorang ibu juga baru pertama kali belajar menjadi orang tua.
Identitas Buku
- Judul: Si Anak Cahaya
- Pengarang: Tere Liye
- Penerbit: Republika Penerbit
- Tahun Terbit: Desember 2018
- Tebal: 421 Halaman
Novel ini membawa kita kembali ke masa kecil Nurmas — sosok yang kelak dikenal sebagai “Mamak” dalam seri Anak-Anak Mamak (Pukat, Burlian, Eliana, Amelia). Namun kali ini, panggung utamanya bukan untuk anak-anak Mamak, melainkan untuk sang Mamak sendiri. Inilah kisah tentang bagaimana ia tumbuh, belajar, dan membentuk karakter yang kelak menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Potret Masa Kecil di Tahun 50-an
Tere Liye dengan detail memotret suasana Indonesia di era 1950-an. Dari kebiasaan anak-anak menulis di sabak, suasana pasar yang riuh, hingga latar sejarah besar seperti perkembangan komunisme pada masa itu. Sentuhan ini membuat cerita terasa hidup, seolah pembaca benar-benar berjalan di jalan tanah kampung atau duduk di serambi rumah kayu sambil mendengar kabar radio.
Bagi yang tumbuh di desa, novel ini seperti mesin waktu. Ia menghidupkan kembali aroma tanah basah, canda anak-anak yang berlarian tanpa alas kaki, dan kehangatan interaksi antarwarga yang jarang ditemui di era digital.
Cerita yang Sederhana, Pesan yang Dalam
Kisah dalam Si Anak Cahaya mungkin tampak sederhana — keseharian Nurmas di sekolah, bermain bersama teman, atau membantu orang tua. Namun di baliknya, terselip nilai-nilai universal: kesederhanaan, kerja keras, kejujuran, rasa hormat pada guru, dan cinta orang tua.
Tere Liye juga menyelipkan momen yang mengharukan, terutama saat cerita menyentuh hubungan Nurmas dengan orang tuanya. Ada satu bab yang hampir pasti membuat mata berkaca-kaca, membangkitkan rasa rindu akan pelukan orang tua.
Kritik Sosial yang Relevan
Meski berlatar masa lalu, pesan novelnya sangat relevan dengan zaman sekarang. Tere Liye mengajak kita merenung: di era ketika anak-anak lebih memilih bermain game di gadget daripada bermain petak umpet di gang, ketika orang tua lebih sibuk membalas pesan di ponsel daripada menjawab pertanyaan anaknya, adakah kita masih menanamkan karakter seperti yang dimiliki Nurmas?
Novel ini menjadi pengingat bahwa karakter kuat dibentuk oleh interaksi nyata: didikan orang tua yang tegas namun penuh kasih, peran guru yang membimbing dengan hati, dan pengalaman hidup yang ditempa langsung oleh lingkungan.
Sisi Edukasi Kesehatan
Menariknya, Tere Liye juga menyelipkan pesan edukasi di bidang kesehatan. Salah satunya menyoroti bagaimana seorang dokter tidak bisa asal mendiagnosis penyakit tanpa pemeriksaan menyeluruh. Pesan ini disampaikan lewat sudut pandang Nurmas sebagai masyarakat awam, yang awalnya mengira penyakit bisa disembuhkan hanya dari cerita gejala. Sentuhan ini memberi nilai tambah, membuat pembaca bukan hanya terhibur, tapi juga belajar.
Bagi pembaca setia Tere Liye, Si Anak Cahaya adalah tambahan manis dalam serial Anak-Anak Mamak. Namun, beberapa pembaca mencatat adanya ketidakkonsistenan detail waktu dan karakter dibanding seri sebelumnya. Konfliknya pun terasa lebih datar dibanding kisah anak-anak Mamak, walau kekuatan novel ini justru ada pada nuansa nostalgia dan pesan moralnya.
Bahwa Semua Ibu juga Seorang Anak
Si Anak Cahaya adalah kisah hangat yang cocok dibaca semua usia. Ia mengajak kita tersenyum, tertawa kecil, bahkan menitikkan air mata. Lebih dari itu, novel ini adalah undangan untuk kembali menghargai nilai-nilai yang perlahan memudar di tengah arus modernisasi — kesederhanaan, ketulusan, dan cahaya kebaikan yang bersinar dari hati.
Bagi yang belum pernah membaca seri Anak-Anak Mamak, novel ini bisa menjadi pintu masuk yang tepat. Dan bagi yang rindu masa kecil di kampung, bersiaplah: setiap halaman Si Anak Cahaya adalah perjalanan pulang.
Baca Juga
-
Saatnya Dunia Pendidikan Berbenah: Peningkatan Kualitas Bukan Angka Semata
-
Membongkar Sesat Pikir: Ikhlas Demi Surga Bukan Alasan Menggampangkan Hak Guru
-
Hari Hutan Indonesia: Seruan dari 1,4 Juta Suara untuk Hutan
-
Ulasan Novel Bumi Karya Tere Liye: Dunia Fantasi Tak Cuma Werewolf!
-
Ulasan Novel Ceros dan Batozar: Rahasia Kelahiran Tuan Muda Ali
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Nine Month Contract: Hubungan Kontrak yang Tumbuh Menjadi Cinta
-
Potret Rumitnya Keluarga dalam Film My Mother's Wedding
-
Novel Pasar Gubahan Kuntowijoyo: Menilik Kuasa di Dalam Pasar
-
SEVENTEEN Thanks: Rasa Terima Kasih Tulus untuk Semua Cinta Selama Ini
-
Berlogika di Manhwa Isekai Lewat Must the Reincarnated Mother Always Die?
Terkini
-
Cherrypop Festival 2025 Hari Kedua: Genre dan Penonton yang Lebih Beragam
-
Lebaran Skena di Cherrypop Festival 2025 Day 1, Kumpulan Band Memukau
-
Sinopsis Andaaz 2, Film India Terbaru Natasha Fernandez dan Aayush Kumar
-
Anime Etoile Blossoming in Paris Tayang Perdana 13 Maret 2026
-
idntt unevermet Ungkap Pertemuan Pertama Penuh Takdir di Lagu You Never Met