Film Maggie merupakan film debut dari sutradara dan penulis naskah Yi Ok-seop, yang sebelumnya dikenal lewat film pendeknya Girls on Top. Film yang dirilis tahun 2018 ini mengusung genre komedi indie yang unik, nyeleneh, dan penuh kejutan.
Cerita film ini bermula di sebuah rumah sakit bernama The Love of Maria di Seoul. Seorang perawat bernama Yoon-young (Lee Ju-young) menduga bahwa rontgen vulgar yang ditemukan di rumah sakit, menampilkan pasangan sedang berhubungan intim yang ternyata adalah dirinya bersama pacarnya, Sung-won (Koo Kyo-hwan).
Karena merasa malu, ia berniat mengundurkan diri. Namun keesokan harinya, Yoon-young justru mendapati bahwa hampir semua staf tidak masuk kerja, kecuali atasannya yang aneh, Dr. Lee (Moon So-ri).
Situasi semakin aneh ketika lubang-lubang besar (sinkhole) mulai bermunculan di berbagai penjuru kota. Sementara itu, ada seekor ikan lele peliharaan pasien yang tampaknya ikut memengaruhi jalannya cerita, membuat film ini terasa makin aneh dan sulit ditebak.
Review Film Maggie
Maggie bukanlah film Korea biasa. Film ini memadukan narasi terpisah, narasi suara, animasi dan struktur alur yang tidak linear.
Ada adegan-adegan aneh, dialog yang tidak biasa, dan momen yang terasa seperti dongeng, yang semuanya dikemas dengan gaya visual yang penuh warna dan estetika khas indie.
Namun, di balik kekacauan dan keabsurdannya, film ini sebenarnya menyimpan satu tema utama yaitu tentang kepercayaan.
Yoon-young adalah sosok yang ingin mempercayai orang lain, tetapi dunia di sekitarnya tidak selalu memberinya alasan untuk itu.
Melalui berbagai kejadian kecil yang kadang tampak tidak saling berhubungan, film ini mengajak penonton untuk merenungkan apakah kepercayaan masih relevan di dunia yang penuh kebohongan, ketidakpastian, dan absurditas.
Meskipun alur cerita terasa terpecah-pecah dan kadang membingungkan, kekuatan film ini terletak pada detail-detail kecil yang lucu dan menyentuh.
Humor dalam film ini bukanlah humor tawa lepas, melainkan humor halus yang kadang dibumbui oleh kesedihan.
Penggunaan narasi, kostum yang mencolok, judul-judul babak yang terpisah, dan pengaturan set yang estetik juga menambah film ini jadi lebih menarik. Bahkan suasana rumah sakit yang selalu kosong pun menjadi bagian dari komedi visualnya.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Maggie bukan film untuk semua orang. Bagi sebagian penonton, alurnya mungkin terasa tidak fokus dan terlalu acak.
Beberapa subplot yang menarik, seperti kisah teknisi rontgen, atau para pasien rumah sakit yang sering bertengkar, tidak dikembangkan lebih lanjut.
Tapi, bukankah lebih baik kita suka film yang membuat kita penasaran dan ingin tahu lebih, daripada film yang terlalu panjang namun tak meninggalkan kesan?
Dari sisi teknis, Maggie cukup solid. Penyutradaraan Yi Ok-seop menunjukkan potensi besar sebagai sutradara muda yang berani bereksperimen.
Akting Lee Ju-young dan Moon So-ri juga patut diapresiasi. Meski karakternya dibuat sengaja agak jauh dan misterius, mereka berhasil membawa pesona tersendiri ke dalam cerita.
Pada akhirnya, Maggie adalah film yang lebih cocok dinikmati sebagai pengalaman daripada sekadar hiburan.
Film ini mungkin terasa seperti kumpulan cerita pendek yang disusun secara acak, namun di balik itu ada refleksi tentang kehidupan, cinta, absurditas, dan kepercayaan yang dibungkus dalam gaya yang segar dan berani.
Jika kamu penikmat film indie yang mencari tontonan unik, penuh gaya, dan sedikit melenceng, maka Maggie adalah pilihan yang menarik. Film ini membuktikan bahwa di balik kekacauan dan keganjilan, bisa jadi punya makna yang lebih dalam.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Cafe Sawah Pujon Kidul: Oase Pedesaan dengan Pemandangan Memukau di Malang
-
Sarinah Jakarta: Ruang Publik dengan Gaya Kekinian di Jantung Ibu Kota
-
Membongkar Sisi Kreatif Fandom K-Pop di Tengah Stigma Sosial
-
6 Rekomendasi Film Disutradarai Park Chan Wook, Terbaru Ada No Other Choice
-
Perpustakaan Cikini: Ruang Publik Modern Favorit di Jakarta
Artikel Terkait
-
Raih Skor 93 Persen, Bloodlines Jadi Film Terbaik dari Final Destination
-
Review Film The Kiss: Antara Cinta, Belas Kasih dan Beban Jadi Orang Terhormat
-
Elle Fanning Resmi Bintangi Film Hunger Games: Sunrise on the Reaping
-
Ulasan Bills, ENHYPEN Ungkap Tagihan yang Harus Dibayar Usai Putus Cinta
-
Bintangi Film Assalamualaikum Beijing 2: Lost in Ningxia, Baskara Mahendra Dituntut Fasih Mandarin
Ulasan
-
Berita dari Kebayoran: Sebuah Kritik Sosial Karya Pramoedya Ananta Toer
-
Review Film The Kiss: Antara Cinta, Belas Kasih dan Beban Jadi Orang Terhormat
-
Cafe Sawah Pujon Kidul: Oase Pedesaan dengan Pemandangan Memukau di Malang
-
Menyusuri Dunia Sihir Topi Ajaib Bersama Cordelia dalam Novel The Hatmakers
-
Asyiknya Movie Maraton Semaleman Bareng Besti di Lagu TWS "Now Playing"
Terkini
-
Film Assalamualaikum Beijing 2 - Lost in Ninxia: Spiritual dan Cinta Baru
-
Prioritas yang Salah: Ketika Baznas Pilih Beli Mobil Ketimbang Bantu Rakyat
-
Yoasobi Kembali Menangkan 'Gold Award' di JASRAC 2025 Berkat Lagu 'Idol'
-
Raih Skor 93 Persen, Bloodlines Jadi Film Terbaik dari Final Destination
-
Mungkinkah PDI-P tanpa Mak Banteng?