Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Athar Farha
Rosalinde Mynster dan Esben Smed dalam Film The Kiss (IMDb)

Apa yang akan kamu lakukan jika satu-satunya cara untuk membantu seseorang adalah dengan mengorbankan harga dirimu sendiri? Pertanyaan itulah yang terus membayangi sepanjang nonton ‘The Kiss’, film terbaru garapan sutradara asal Denmark, Bille August, yang pernah meraih penghargaan prestisius: Palme d’Or Pelle the Conqueror. 

Nah, kali ini, Bille August mengadaptasi novel klasik karya Stefan Zweig berjudul Beware of Pity secara bebas, menjadi drama yang lembut sekaligus memilukan.

Menarik, bukan? Jangan skip dan kepoin buat yang mau tahu detail kisahnya!

Sekilas tentang Film The Kiss

Perdana tayang di Warsaw Film Festival pada Oktober 2022, kisahnya berpusat pada Anton (diperankan Esben Smed). Dia tuh perwira muda Denmark yang berasal dari keluarga miskin, yang menyimpan luka dan malu imbas kelakuan ayahnya yang meninggalkan dirinya dan keluarga. Pada saat itu, situasi semacam aib keluarga, memang terasa sangat memalukan di mata orang-orang. 

Ibunya berharap agar Anton bisa memperbaiki nama baik keluarga dengan bergabung dalam batalyon elit militer. Namun untuk itu, Anton membutuhkan dukungan finansial.

Urusan Finansial bakal kelar sama bibinya, tapi untuk itu, Anton harus berjanji penuh akan mengembalikan kehormatan keluarga, barulah sang bibi mau membantunya. 

Anton memang menyedihkan. Dia hidup dalam bayang-bayang standar kehormatan yang kaku, dan tampak nggak pernah punya ruang untuk merasakan atau sekadar mengaku bahwa yang namanya manusia pun punya perasaan.

Segalanya mulai berubah saat Anton diundang makan malam sama sosok bangsawan, Baron Løvenskjold (Lars Mikkelsen). Di sana, Anton bertemu dengan Edith (Clara Rosager), putri sang Baron yang cantik tapi memiliki disabilitas fisik.

Disabilitas Edith, Anton ketahui saat mereka menari bareng. Saat itu Anton terkejut menyadari Edith menggunakan penyangga kaki. 

Bukannya bersimpati, Anton malah panik, dan justru kabur. Bagian ini agaknya bikin ngelus dada deh,. 

Keesokan harinya, Anton mencoba menebus kesalahan dengan mengirimkan setangkai mawar putih. Edith pun mengundangnya untuk datang minum teh. 

Hubungan mereka pun mulai tumbuh, di tengah kecanggungan dan harapan. Namun, seperti kata Dr. Faber (David Dencik), si dokter keluarga, bilang bahwasanya: “Yang namanya pity atau belas kasih bisa jadi jebakan. Terlalu dalam mengasihani orang lain bisa berubah menjadi cara untuk melarikan diri dari rasa bersalah.”

Kisah pun terus berlanjut sampai menemui akhir yang cukuplah Sobat Yoursay kulik sendiri. 

Impresi Selepas Nonton Film The Kiss

Suka deh sama interpretasinya terkait gimana film ini nggak pernah bersandar pada kisah cinta klasik. Ini bukan kisah romansa yang manis atau tragis semata.

Justru, film ini menggali sisi yang jarang kita lihat dalam hubungan antar manusia: Perbedaan antara cinta dan rasa kasihan, antara niat baik dan kewajiban moral, antara ingin menolong dan merasa bersalah.

Anton, dalam usahanya menjadi pria terhormat, justru terjebak dalam definisi kehormatan yang sempit. Dia tahu, menikahi Edith memulihkan kehormatan keluarganya dan memenuhi harapan sang ibu dan bisa menyelamatkan sang putri dari kesepian, bahkan membuat dirinya terlihat seperti pahlawan. Namun, apakah itu cinta? Atau hanya bentuk pengorbanan yang salah arah? Itulah gejolak batinnya. 

Cukup dengan sorot mata Anton, aku bisa tahu kalau Anton sedang bertarung melawan dirinya sendiri. Dan buat karakter Edith, dia tuh bukan sosok lemah yang hanya menunggu dikasihani lho. Dia pintar, kritis, tapi juga sangat rapuh. Dan perpaduan karakter Edith bikin aku nggak berhenti memperhatikannya setiap kali muncul di layar.

Sinematografinya, asli, ngasih gambar-gambar indah dengan kesan melankolis. Lanskap berkabut, kastil megah yang kayaknya terasa dingin, dan kontras tajam antara kehidupan bangsawan dan dunia militer. 

Film ini pun nggak mengarah pada klimaks dramatis ala film Hollywood, tapi lebih ke yang disebut hening yang begitu menghancurkan. Film ini jelas begitu lembut dan menyayat tanpa harus berdarah-darah. 

Skor: 3,5/5

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Athar Farha