Tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol pada 16 April 2014 menjadi salah satu luka yang paling menyakitkan dalam sejarah Korea Selatan.
Dari 476 penumpang yang berada di dalam kapal, sebanyak 304 orang dinyatakan tewas, sebagian besar di antaranya adalah siswa sekolah menengah atas yang sedang dalam perjalanan studi.
Lebih memilukan lagi, banyak dari mereka diminta tetap berada di dalam kapal yang perlahan tenggelam, sementara kapten dan beberapa kru justru menyelamatkan diri terlebih dahulu.
Kisah nyata yang mengguncang ini menginspirasi sutradara Lee Jong-un untuk membuat film Birthday yang rilis pada tahun 2019, yang secara emosional menggambarkan kehidupan keluarga yang ditinggalkan salah satu anaknya dalam tragedi tersebut.
Film ini bercerita tentang pasangan suami istri yang kehilangan putra mereka dalam tragedi Sewol. Sang ayah, diperankan oleh aktor Sol Kyung-gu yang telah lama bekerja di Vietnam dan baru kembali ke Korea.
Ia pulang ke rumah yang sudah terasa asing, dengan istri yang penuh amarah dan putri kecil yang nyaris tak mengenalnya.
Sang ibu, diperankan oleh Jeon Do-yeon, menyimpan luka mendalam dan emosi yang terpendam. Interaksi keluarga kecil ini penuh ketegangan dan keheningan yang menyayat hati.
Review Film Birthday
Film ini bukanlah dokumenter, melainkan drama fiksi yang dibangun berdasarkan peristiwa nyata, dengan fokus pada sisi manusiawi dan proses berduka yang tak mudah dilalui.
Film ini tidak menyuguhkan narasi dramatis yang tidak berlebihan, melainkan membiarkan penonton ikut larut dalam kesedihan yang senyap namun mengoyak hati.
Kelebihan utama dari film ini terletak pada akting dua pemeran utamanya. Sol Kyung-gu dan Jeon Do-yeon dikenal sebagai aktor papan atas Korea Selatan yang selalu tampil solid.
Dalam film ini, mereka menyampaikan emosi yang dalam tanpa perlu banyak dialog, dan justru dengan ekspresi tertahan yang terasa begitu nyata.
Chemistry antara Jeon Do-yeon dan Sol Kyung-gu terasa kuat dan menyentuh. Mereka memperlihatkan dinamika pasangan yang sama-sama berduka, namun memiliki cara berbeda dalam menyikapi kehilangan.
Konflik internal, ketegangan yang terpendam, dan percakapan yang minim justru memperkuat emosi yang ditampilkan. Akting mereka realistis dan tidak terlihat berlebihan, bahkan dalam momen paling emosional.
Salah satu adegan paling menguras emosi adalah saat keluarga dan kerabat berkumpul untuk merayakan ulang tahun mendiang anak mereka.
Bukan perayaan penuh tawa, melainkan momen mengenang yang sarat kesedihan dan menyesakkan. Air mata penonton mungkin tak tertahan, bukan karena melodrama berlebihan, melainkan karena kesederhanaan dan ketulusan emosi yang begitu nyata. Inilah puncak emosional yang membuat film ini begitu membekas di hati.
Meski begitu, ada beberapa bagian yang terasa kurang dieksplorasi, seperti latar belakang sang ayah selama di Vietnam.
Penjelasan yang diberikan dalam sebuah wawancara kerja terkesan terlalu singkat, dan relasi antara ayah dan putrinya juga tampak belum tergali lebih dalam.
Meskipun demikian, kekurangan tersebut tidak mengurangi kekuatan utama film, yaitu penggambaran realistis tentang kesedihan dan proses penyembuhan yang panjang.
Film Birthday memang bukan film untuk semua orang. Alurnya terasa lambat dan penuh adegan hening. Namun, bagi penonton yang menghargai film dengan tema kemanusiaan dan refleksi kehidupan, film ini menawarkan pengalaman yang menyentuh hati.
Film ini mengingatkan kita bahwa kehilangan tak pernah mudah, dan bahwa duka tak selalu bisa diluapkan dengan kata-kata.
Secara keseluruhan, Birthday adalah karya yang kuat dan penuh empati, yang memperlihatkan betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh tragedi kapal Sewol.
Ini adalah film yang tidak hanya bicara tentang kematian, tetapi juga tentang cinta, keluarga, dan bagaimana manusia bertahan di tengah kehilangan.
Baca Juga
-
Menyelami Simfoni Cinta Lewat Lagu Oh My Girl Bertajuk Closer
-
Kampung Coklat: Wisata Edukasi Menarik di Kota Blitar
-
ONEWE Rayakan Perpisahan dengan Pesta Lewat Lagu Bertajuk 'End of Spring'
-
Mengeksplorasi Musik Estetik Lewat Lagu ONEUS Bertajuk Same Scent
-
Review Lagu Kai Mmmh: Cinta Posesif dalam Balutan R&B yang Elegan
Artikel Terkait
-
Sudah Tayang di Bioskop, Intip Sinopsis Film Lilo & Stitch (2025)
-
Kontroversi Walid Berlanjut: Dee Company Adaptasi Bidaah Jadi Film, Tuai Pro dan Kontra
-
52 Tahun Usai Rilis, Film High Plains Drifter Jadi Tontonan Hits di Netflix
-
4 Film dan Series Indonesia yang Angkat Tema tentang Bahaya Pinjol, Apa Saja?
-
Sinopsis Hi-5, Film Korea yang Dibintangi Lee Jae In dan Ahn Jae Hong
Ulasan
-
Isu Konflik Batin dan Rekayasa Kehidupan Idol di Lagu FIFTY FIFTY Bertajuk Pookie
-
Menyelami Simfoni Cinta Lewat Lagu Oh My Girl Bertajuk Closer
-
Ulasan Lagu Royalty: ENHYPEN Totalitas Tunjukkan Kesetiaan, Bikin Baper!
-
Ulasan Novel The Heiress: Ketika Warisan Menjadi Intrik dan Pengkhianatan
-
Review Film Test: Drama Kehidupan di Tengah Lapangan Kriket
Terkini
-
Sudah Tayang di Bioskop, Intip Sinopsis Film Lilo & Stitch (2025)
-
Kevin Diks, Sandy Walsh dan Cara Semesta Beri Kesempatan Pemain Reserve Berbakti ke Timnas
-
Fly Up oleh RIIZE: Satukan Perbedaan Lewat Musik dan Tari
-
Tampil Menawan Lewat 4 Ide OOTD Elegan ala Shin Se Kyung Ini
-
Kalah di Final Europa League, Tak Ada Kebanggaan yang Dibawa MU dalam Lawatan Asia Tenggara