Kadang-kadang, film datang dengan damai. Alias bisa nggak banyak dialog sok cerdas yang dibuat-buat, nggak ada twist mencengangkan atau scoring heboh yang maksa diselipkan.
Dan ‘Aftersun’ yang tayang di KlikFilm merupakan salah satu dari sedikit film yang memilih santai bermain-main di layar, yang seolah-olah mencoba merangkulmu buat pelan-pelan paham kisah yang disuguhkan, sampai tiba-tiba saja Sobat Yoursay menitikkan air mata tanpa sadar.
Disutradarai Charlotte Wells, ‘Aftersun’ rupanya debut panjangnya yang rilis pertama kali di Cannes Film Festival 2022 dalam sesi Critics Week. Film ini diproduksi Unified Theory, BBC Film, dan A24. Mantap ya? Ketiga PH itu memang rumah produksi langganan film-film indie berkualitas.
Di jajaran pemainnya, ada Paul Mescal (yang meraih banyak pujian dan bahkan nominasi Oscar berkat film ini), serta Francesca Corio, aktris cilik pendatang baru yang langsung mencuri perhatian.
Penasaran dengan kisahnya? Sini merapat dan simak sampai akhir!
Sekilas tentang Film Aftersun
Cerita tertuju pada sosok Calum (Paul Mescal), si ayah muda asal Skotlandia yang mengajak putrinya yang berusia 11 tahun, Sophie (Francesca Corio), untuk liburan ke sebuah resor murah di Turki.
Nggak ada yang istimewa secara kasat mata. Mereka berenang, karaoke, jalan-jalan ke tempat wisata lokal, bahkan berbagi satu ranjang karena pihak agen perjalanan salah pesan kamar.
Lah, menariknya apa sih? Yuklah, sekalian masuk pembahasan utama!
Impresi Selepas Nonton Film Aftersun
Kukasih tahu ya! Film ini sebenarnya diceritakan lewat sudut pandang Sophie dewasa (Celia Rowlson-Hall) yang mencoba mengingat kembali liburan terakhir bersama sang ayah.
Dia menyusun ulang fragmen-fragmen ingatan masa kecil yang samar. Dari rekaman handycam, momen-momen hening, ingatan sebuah senyum yang nggak dijelaskan, dan gestur yang dulu terasa biasa saja, tapi kini jadi terasa seperti petunjuk atas kesedihan yang nggak pernah sempat Sophie pahami.
Sudah kelihatan menariknya, kan?
Nah, aku tuh suka banget sama cara ‘Aftersun’ menceritakan kesedihannya. Bukan dengan cara klise atau melodramatis, tapi dengan kejujuran yang nyaris nggak terlihat dan pahami.
Di sini tuh, Paul Mescal memainkan Calum dengan lapisan-lapisan emosi yang rumit. Di satu sisi dia ayah yang penuh perhatian, lucu, dan penyayang; di sisi lain dia sosok yang menyimpan kesendirian, kelelahan, dan (mungkin) depresi yang nggak pernah benar-benar ditunjukkan.
Francesca Corio juga kece lho di film ini. Dia anak kecil yang pintar akting, erasa natural gitu. Kadang cerewet, kadang diam, kadang marah, kadang hanya menatap ayahnya dengan rasa ingin tahu. Hubungan mereka di layar juga begitu organik sampai rasanya kayak nonton dokumenter keluarga, bukan film fiksi.
Charlotte Wells membungkus semuanya dengan begitu lembut. Nggak ada exposition berlebihan. Alasannya simpel sih, karena memang naskahnya terinspirasi dari hubungan sang sutradara dengan ayahnya yang sudah meninggal. Makanya, banyak momen di film ini terasa personal dan menyentuh. Kamera sering diam atau bergerak pelan, ibaratnya membiarkan penonton mengisi sendiri celah-celah emosinya.
Bahkan saat ada momen yang seharusnya dramatis, misalnya ketika Calum menangis sendirian atau berjalan menjauh di bandara, filmnya nggak dibuat meledak-ledak lho.
Aspek teknis film ini juga kece sih. Tata sinematografinya, (penggunaan cahaya, refleksi, dan video handycam) bikin tiap adegan kayak ingatan samar.
Bisa kubilang, ‘Aftersun’ masuk salah satu film terbaik tentang kenangan dan kehilangan yang pernah aku tonton. Memang terasa nggak memaksa penonton buat nangis, nggak juga mencoba menjadi film paling penting di dunia ini, tapi mungkin justru karena itu, ‘Aftersun’ terasa jujur.
Begitulah. Karena dalam hidup, banyak hal penting yang datang tanpa kita sadari saat itu juga. Baru ketika kita menoleh ke belakang, kita sadar: oh, itu ternyata perpisahan. Hiks!
Cobalah nonton Film Aftersun, minimal sekali seumur hidup. Selamat nonton ya.
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Five Cities Four Women: Saat Para Penyedia Jasa Teman Kencan Butuh Dekapan
-
Review Film Perfect Days: Kebahagiaan Sederhana di Dalam Toilet Umum Tokyo
-
Review Film There's Still Tomorrow: Drama Emansipasi yang Bikin Getir
-
Review Film Angkara Murka: Horor dan Kekuasaan di Balik Gelapnya Tambang
-
Mengenal Lebih Dalam Dunia Film Surealis yang Aneh tapi Memikat
Artikel Terkait
-
Five Cities Four Women: Saat Para Penyedia Jasa Teman Kencan Butuh Dekapan
-
Diangkat dari Kisah Mayat Berjalan, Film Selepas Tahlil Dibintangi Aghniny Haque dan Bastian Steel
-
Bukan Aktris Film Tapi Hadiri Cannes Film Festival, Syahrini Bela Diri: Ini Perayaan Seni
-
Sempat Diungkap Rudy Salim, Bisnis Film Bareng Raffi Ahmad Rugi Puluhan Miliar
-
Gabung Film Spider-Man 4, Sadie Sink Tanggapi Rumor Peran Mayday Parker
Ulasan
-
Five Cities Four Women: Saat Para Penyedia Jasa Teman Kencan Butuh Dekapan
-
The Divorce Insurance: Drama Satir Lee Dong Wook Soal Cinta dan Perceraian
-
Review Way Back Love: Romansa Fantasi tentang Berdamai dengan Masa Lalu
-
James Arthur Tak Mau Ditinggal Sang Kekasih dalam Lagu Say You Wont Let Go
-
Wisata Kebun Gowa, Tempat Liburan Affordable Cocok untuk Wisata Keluarga
Terkini
-
Hugh Jackman Buka Suara soal Kemunculan Wolverine di Avengers: Doomsday
-
Bojan Hodak Perpanjang Kontrak usai Persib Back to Back Juara? Cek Faktanya!
-
Membaca Tak Harus Buku, Saatnya Menggeser Perspektif Literasi yang Kaku
-
Sinopsis Youthful Glory, Drama China Baru Song Wei Long dan Bao Shangen
-
Berhenti Produksi, Serial The Wheel of Time Resmi Tutup Kisah di Season 3