Ada film-film yang membekas karena ceritanya menghibur, ada pula yang menancap dalam karena menyentuh bagian terdalam dari pengalaman seseorang.
‘Sorry, Baby’ termasuk yang terakhir. Sebuah film menyentuh dari Eva Victor, yang nggak hanya menyutradarai, tapi juga memerankan tokoh utamanya. Keren sih! Tentunya, film ini hadir seperti pelukan buat siapa pun yang pernah merasa hancur, tersesat, dan perlahan belajar untuk percaya lagi.
Penasaran dengan kisahnya, kan? Sini merapat dan kepoin bareng, ya!
Sekilas tengah Film Sorry, Baby
‘Sorry, Baby’ datang dengan kisahnya yang tertuju pada Agnes (Eva Victor), si dosen bahasa Inggris yang cerdas, penuh wawasan, dan punya selera humor yang menawan.
Dia tampak seperti sosok yang ‘baik-baik saja’. Gitu deh. Dia profesional, hangat, dan inspiratif. Namun di balik senyumannya yang ramah, tersimpan luka lama yang belum tuntas, yakni trauma akibat pelecehan seksual yang pernah dialaminya saat kuliah. Sebuah luka yang nggak terlihat mata, tapi terus mengendap di dalam hatinya.
Paham, ya? Jadi di sini tuh, Agnes mencoba menjalani hidup seperti biasa; mengajar, berinteraksi, dan tertawa di permukaan. Sayangnya memang, segalanya tetap terasa kosong.
Dunia seolah-olah berjalan tanpa benar-benar menyentuh dirinya. Di titik inilah Lydie (Naomi Ackie) hadir. Sosok yang penuh empati, hangat, dan bersahaja. Lydie bukan pahlawan yang datang membawa solusi lho, melainkan teman yang tahu caranya hadir tanpa menghakimi, mendengar tanpa menyela, dan mencintai tanpa syarat.
Hubungan Agnes dan Lydie menjadi inti dari film ini. Bukan dalam pengertian romantis, ya! Tapi dalam bentuk cinta platonik yang tulus dan sering kali lebih langka. Persahabatan mereka tumbuh perlahan, lewat percakapan sederhana, momen-momen diam yang penuh makna, dan ketulusan yang nggak dibuat-buat.
Lydie menemani Agnes menelusuri kembali rasa sakitnya, bukan untuk menghapus masa lalu, tapi untuk memaknai dan menghadapinya.
Menghanyutkan sekali kisahnya, kan? Kalau Sobat Yoursay penasaran dengan kesan-kesan lebih mendalam terkait film ini, jangan kemana-mana dan baca terus sampai akhir?
Impresi Selepas Nonton Film Sorry, Baby
Eva Victor kelihatan menyutradarai film ini dengan tulus dan penuh kejujuran. Sebab apa? Soalnya nggak ada dramatisasi berlebihan dan nggak ada klimaks artifisial. Yang ada justru plot yang tenang tapi menghantam layaknya penuh dengan emosi. Ibaratnya kayak aliran sungai yang menggerus perlahan tapi pasti.
Di sini, Eva Victor ‘terkesan’ mengizinkan karakternya untuk lemah, bingung, marah, dan kemudian secara perlahan pulih. Pendekatan semacam ini tuh, ngasih ruang buat diriku terhubung secara emosional, bukan karena ceritanya yang bombastis, tapi karena terasa benar-benar hidup.
Penampilan Naomi Ackie sebagai Lydie pun nggak kalah kuat. Dia menampilkan sosok yang sangat manusiawi (bukan sebagai teman sempurna, tapi teman sejati). Dinamika antara Agnes dan Lydie terasa natural, menyiratkan pengalaman banyak perempuan yang pernah merasa hancur dan menemukan penyembuhan lewat kehadiran satu sama lain.
Keberhasilan ‘Sorry, Baby’ nggak hanya terasa sama diriku doang ya. Soalnya film ini saat tayang perdana di Sundance Film Festival pada 27 Januari 2025, mendapat sambutan hangat sampai memenangkan penghargaan berkat kedalaman tematik dan kekuatan aktingnya. Nggak berhenti di situ, ‘Sorry, Baby’ juga mendapat kehormatan diputar dalam sesi Director’s Fortnight di Cannes Film Festival 2025. Mantap deh!
Nah, buat penilaian dari visual, film ini mengandalkan pendekatan minimalis sih. Setting yang nggak terlalu banyak berpindah tempat, pencahayaan yang terasa alami, dan sinematografi yang lebih mengandalkan kedekatan emosional ketimbang lanskap luas. Semua itu memperkuat rasa intim dari kisahnya. Seolah-olah diriku sedang duduk diam di ruang yang sama dengan Agnes dan Lydie, menyimak kisah mereka, dan ikut belajar tentang traumatis.
Beruntungnya, setelah melenggang di berbagai festival, dan tayang terbatas, film ini bisa Sobat Yoursay nikmati di bioskop Indonesia pada 16 Juli 2025. Mantap!
Buat yang penasaran, jangan lewatkan kesempatan untuk menonton dan merasakan pengalaman sinematiknya. Selamat menanti ya.
Baca Juga
-
Review Film Adult Best Friends: Masih Bisa Ketawa Sobatmu Nikah Duluan?
-
Review Film Short Term 12: Luka Enggak Terlihat, dan Harapan yang Tumbuh
-
Review Film Sorry I Killed You: Semua Karakter Sama-Sama Bodohnya!
-
Review Series Squid Game 3: Pengorbanan di Dunia yang Nggak Pernah Adil
-
Review Series Ironheart: Armor Ketemu Sihir, Marvel Makin Nggak Ada Ampun?
Artikel Terkait
-
Review Film Adult Best Friends: Masih Bisa Ketawa Sobatmu Nikah Duluan?
-
Dibintangi Ryan Gosling, Film Project Hail Mary Bawa Misi Penyelamatan Bumi
-
7 Series dan Film Terpopuler di Prime Video Awal Juli 2025, Head Over Heels Tayang Hari Apa?
-
6 Film Horor Tayang di Bioskop Bulan Juli 2025, Penuh Ketegangan dan Teror!
-
Netflix Rilis Teaser Troll 2, Monster Raksasa Siap Kembali untuk Guncang Norwegia
Ulasan
-
Review Film Adult Best Friends: Masih Bisa Ketawa Sobatmu Nikah Duluan?
-
Mengurai Makna Hubungan Toxic Lewat Lagu Treat You Better oleh Shawn Mendes
-
Ulasan Buku Semestaku Semua Tentang Kamu: Monolog soal Kehangatan Cinta
-
Review Series Nevertheless, Adaptasi Versi Jepang yang Lebih Kontemplatif
-
Memahami Karakter Kepribadian Manusia Lewat Buku Seni Membaca Wajah
Terkini
-
Antara Nyaman dan Kebiasaan: Saat Satisficer Bicara Soal Konsistensi Lidah
-
Parade Robot Polisi: Antara Janji Modernisasi dan Kritik Publik
-
Ronaldo Kwateh Bisa Kembali Bersinar di Liga 1 Usai Dikontrak Semen Padang
-
Tokoh Superman, David Corenswet, Nostalgia Jadi Penggemar Spider-Man Saat Kecil
-
4 Rekomendasi Film yang Mirip John Wick, Ada Nobody dan The Equalizer