Lagu “Payphone” dari Maroon 5 feat. Wiz Khalifa adalah salah satu lagu patah hati yang paling menyentuh dan mudah dihubungkan dengan pengalaman banyak orang. Meski terdengar sederhana, lagu ini menyimpan makna yang dalam tentang cinta yang kandas, harapan yang pupus, dan perjuangan untuk move on dari hubungan yang toxic.
Secara garis besar, “Payphone” menceritakan tentang seseorang yang merasa hancur setelah hubungannya berakhir secara tiba-tiba, dan tidak dalam keadaan damai.
Sang penyanyi menggambarkan dirinya sedang berada di sebuah telepon umum, mencoba menghubungi rumah atau lebih tepatnya, mencoba kembali ke masa lalu yang menurutnya indah.
Namun yang ia temukan bukanlah kehangatan atau kenangan manis, melainkan luka, rasa kecewa, dan kehancuran. Beberapa baris lirik dalam lagu ini benar-benar mengena, seperti:
"I'm at a payphone, tryin' to call home, All of my change I spent on you"
Bagian ini menggambarkan betapa ia berusaha menghubungi rumah, yang bisa diartikan sebagai tempat nyaman atau dirinya yang dulu, sebelum hubungannya membuat segalanya berantakan.
Semua usahanya, koin-koin yang ia habiskan di telepon umum, merujuk pada waktu, tenaga, dan emosinya yang ia curahkan untuk sang kekasih, dan sayangnya semua itu sia-sia.
"Where have the times gone? Baby, it's all wrong"
Di sini, ia mempertanyakan ke mana perginya masa-masa indah mereka. Perasaannya campur aduk, antara sedih, kecewa, dan bingung mengapa hubungan itu gagal meskipun ia sudah berusaha keras.
"Where are the plans we made for two?"
Ini adalah pertanyaan yang banyak dari kita pernah tanyakan setelah hubungan berakhir. Semua rencana yang dibangun bersama, seperti menikah, punya anak, atau sekadar menjalani hidup bersama, tiba-tiba lenyap. Seolah-olah semuanya hanya mimpi.
Lagu ini juga menyampaikan bahwa kadang kita tetap mencintai seseorang meskipun tahu bahwa mereka tidak peduli atau bahkan tidak layak untuk diperjuangkan lagi.
Sang penyanyi tahu bahwa hubungan itu sudah berakhir dan tidak sehat, namun ada bagian dalam dirinya yang masih ingin kembali ke masa lalu. Ada ketakutan untuk benar-benar melepaskan dan merasa sendirian.
Namun, bagian akhir lagu yang dinyanyikan oleh Wiz Khalifa memberikan semacam suara dari dalam diri yang penuh dengan kepercayaan diri dan dorongan untuk bangkit. Ia mewakili semangat untuk tidak menoleh ke belakang dan untuk tidak memberikan kesempatan lagi pada orang yang telah menyia-nyiakan kita.
Saya pribadi sangat menyukai bagian chorus dari lagu ini. Penggunaan kata “payphone” di sini sangat simbolis. Bukan hanya tentang telepon umum secara harfiah, tapi lebih kepada usaha untuk menghubungi atau menemukan kembali diri sendiri, namun semua energi dan usaha itu sudah habis karena terlalu fokus pada orang lain.
Lagu ini seolah menyuarakan perasaan banyak orang, ketika kita masih ingin kembali karena rasa cinta yang belum sepenuhnya hilang, tapi hati kecil kita tahu bahwa kita harus melangkah maju. Kita tahu hubungan itu tidak benar lagi, tapi sulit sekali untuk benar-benar melepaskannya.
“Payphone” bukan hanya lagu patah hati biasa. Lagu ini berhasil menyampaikan perasaan kompleks yang sering kita alami setelah putus cinta, rasa kecewa, penyesalan, amarah, dan keinginan untuk kembali meski tahu itu tidak mungkin. Lagu ini sangat relevan dan menyentuh, apalagi untuk mereka yang pernah merasakan cinta yang tidak berakhir bahagia.
Dengan melodi yang kuat dan lirik yang emosional, ditambah dengan bagian rap dari Wiz Khalifa yang memberi energi baru, “Payphone” adalah lagu yang layak dikenang dan dinikmati, terutama saat kita butuh pengingat bahwa kita bisa bangkit setelah terluka.
Jika kamu juga pernah berada di posisi yang sama, lagu ini mungkin bisa jadi pengingat bahwa meskipun hubungan tak selalu berjalan mulus, kamu tetap punya kekuatan untuk sembuh dan melangkah ke depan.
Baca Juga
-
Futsal sebagai Cerminan Ekonomi Mikro di Lingkup Generasi Muda
-
Di Lapangan Futsal, Kami Belajar Menjadi Tim Sejati
-
Masa Depan Lapangan Futsal: Antara Mimpi dan Ambisi di Dunia Maya
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
Menyusuri Struktur Futsal dan Ikatan Sosial Lewat Kacamata Sosiologi
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Wabi Sabi: Filosofi Jepang Menyikapi Hidup Tak Sesuai Rencana
-
The Book of Ichigo Ichie: Bukan Sekadar Hidup, Tapi Menghidupi Setiap Momen
-
Makna Lagu Stray Kids 'Parade': Berani dan Jangan Menyerah dalam Hidup
-
Sirah Cinta Tanah Baghdad, Ketika Balas Budi Harus Tahu Batas
-
Jellyous oleh ILLIT: Perasaan Gugup Setelah Membuat Janji Temu dengan Orang Spesial
Ulasan
-
5 Hal Berharga Dibahas dalam Buku Life is Yours, Hidup Bukan Perlombaan!
-
Ulasan Buku Magic Words: Kata Ajaib untuk Mendapatkan yang Kita Inginkan
-
Ulasan Novel Saujana Cinta: Iman dan Cinta yang Terikat Selamanya
-
Ulasan Novela Sayap-sayap Patah: Kisah Cinta yang Murni, Tragis, dan Puitis
-
Review Buku Life is Yours: Sebuah Pelukan di Tengah Krisis Diri
Terkini
-
4 Drama Korea Genre Komedi Tayang September 2025, Auto Bikin Mood Naik!
-
Uji Coba Gagal Terlaksana, Erick Thohir Layangkan Surat Tegas ke Kuwait
-
4 Exfoliating Toner Korea dengan Kandungan BHA, Ampuh Bantu Lawan Komedo!
-
Upside Down oleh Chanyeol: Tekad Kuat untuk Tak Menyerah pada Diri Sendiri
-
FYP Lagi Aneh, Muncul Tren 'Mama Muda' Menor dan Perang Fans Dadakan di TikTok