Berbicara mungkin terlihat seperti hal yang sederhana, sesuatu yang kita lakukan setiap hari. Namun, berbicara yang efektif, yang mampu menyentuh hati, memengaruhi orang lain, atau bahkan membangun hubungan jangka panjang, adalah keterampilan yang butuh dipelajari. Hal inilah yang dibahas secara menyeluruh dalam buku “Seni dan Teknik Berbicara” karya Tantowi Budiman.
Saya menemukan buku ini saat sedang mencari bacaan tentang komunikasi interpersonal di perpustakaan daerah. Buku ini menyajikan panduan lengkap bagaimana menjadi lawan bicara yang baik, pendengar yang baik, dan komunikator yang dihargai dalam berbagai konteks kehidupan.
Sang penulis membuka bukunya dengan satu prinsip penting, berbicara itu adalah seni yang berpadu dengan teknik. Seni berbicara bukan hanya tentang kata-kata indah, tetapi juga soal perasaan, empati, dan timing yang tepat.
Dalam bab-bab awal, penulis menjelaskan bagaimana komunikasi yang baik dibangun dari kesadaran bahwa berbicara bukan soal siapa yang paling hebat, tapi siapa yang bisa membuat lawan bicara merasa dihargai.
Salah satu poin menarik dari buku ini adalah bagaimana penulis menekankan pentingnya mendengarkan dalam proses berbicara. Sering kali kita hanya menunggu giliran untuk berbicara, bukan benar-benar menyimak.
Padahal, menjadi pendengar yang baik justru membuat kita lebih dihargai. Tantowi mengajak kita untuk melatih active listening, di mana kita tidak hanya menyimak isi pembicaraan, tapi juga menangkap emosi dan pesan yang tersembunyi.
Pernah merasa canggung saat ngobrol dengan orang baru? Dalam buku ini, Tantowi memberikan berbagai strategi sederhana namun efektif untuk memecah kebekuan. Mulai dari mengajukan pertanyaan ringan, membaca bahasa tubuh lawan bicara, hingga menggunakan humor kecil yang tidak berlebihan. Tujuannya bukan untuk tampil mengesankan, tapi menciptakan ruang nyaman bagi percakapan.
Salah satu prinsip komunikasi yang sangat ditekankan dalam buku ini adalah, tempatkan lawan bicaramu di urutan pertama. Artinya, hindari ego dalam berbicara. Jangan selalu ingin jadi pusat perhatian, tapi berikan ruang bagi orang lain untuk bersinar. Terkadang, menjadi pembicara yang menyenangkan justru datang dari keinginan kita untuk membuat orang lain merasa penting.
Buku ini juga dilengkapi dengan banyak teknik praktis, seperti bagaimana menyampaikan pujian yang tulus, bagaimana mengatur intonasi dan ekspresi wajah, serta cara menggunakan bahasa tubuh yang mendukung pesan verbal kita. Sang penulis menekankan bahwa komunikasi yang baik bukan hanya soal isi, tapi juga bagaimana kita menyampaikan isi tersebut.
Satu bab yang cukup menyentil adalah tentang jangan berperan seperti orang tua. Maksudnya, dalam percakapan, jangan merasa harus selalu menggurui, memberi nasihat, atau menyalahkan. Percakapan yang baik adalah dialog, bukan monolog satu arah. Penulis mengingatkan bahwa orang dewasa butuh teman bicara, bukan hakim.
Hal yang saya sukai dari buku ini adalah bahasanya yang ringan, tidak menggurui, dan banyak menggunakan contoh keseharian. Buku ini tidak hanya cocok bagi mereka yang ingin belajar berkomunikasi, tapi juga bagi siapa saja yang ingin membangun hubungan lebih baik melalui komunikasi yang sehat dengan rekan terdekat.
Namun, terdapat kekurangan dalam buku ini, yakni banyak kesalahan ejaan tulisan serta penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, menyebabkan buku ini jadi kurang nyaman saat dibaca.
Membaca buku “Seni dan Teknik Berbicara” mengajarkan saya bahwa berbicara bukan soal banyaknya kata, tapi seberapa dalam pesan itu bisa menyentuh orang lain. Kita bisa mempelajari teknik berbicara seumur hidup, tapi jika tak disertai hati dan empati, komunikasi kita akan hampa.
Tantowi Budiman berhasil meramu teori, praktik, dan nilai-nilai personal dalam satu buku yang sangat aplikatif. Buku ini membuat saya lebih sadar untuk tidak hanya bicara demi didengar, tetapi untuk benar-benar menghubungkan hati lewat kata-kata.
Jika kamu ingin jadi pribadi yang komunikatif, menyenangkan, dan mampu membangun koneksi lewat obrolan, buku ini bisa menjadi titik awal yang sangat baik.
Identitas Buku
Judul: Seni & Teknik Berbicara
Penulis: Drs. Tantowi Budiman
Penerbit: Cemara Publishing
Tahun Terbit: 2010
Tebal Buku: 113 halaman
Tag
Baca Juga
-
Bukan Overthinking Biasa, Ini Makna Lagu Insomnia oleh Craig David
-
The Remarried Empress: Webtoon Selir Kerajaan yang Bikin Greget!
-
4 Rekomendasi Film Jepang yang Penuh Emosi, Sunyi tapi Dalam!
-
Drama Diaspora Indonesia dalam Film Ali & Ratu Ratu Queens, Penuh Makna!
-
Ulasan Drama What Comes After Love, Saat Cinta Datang Lewat Luka Lama
Artikel Terkait
-
Potret Pria 50-an dalam Novel Tube: Menjadi Baik Tak Berarti Berubah Total
-
Ulasan Buku Korea 'Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?'
-
Menjalani Hidup Baik dengan Cara Realistis di Buku The Art of the Good Life
-
Buku Sesunyi Cahaya, Puisi Pendek untuk Luka yang Panjang
-
Melihat Prespektif Berbeda Lewat Buku There Are No Bad People in The World
Ulasan
-
Review Film Seribu Bayang Purnama: Membumi, Menyentuh, dan Menginspirasi
-
Potret Pria 50-an dalam Novel Tube: Menjadi Baik Tak Berarti Berubah Total
-
Bukan Overthinking Biasa, Ini Makna Lagu Insomnia oleh Craig David
-
The Remarried Empress: Webtoon Selir Kerajaan yang Bikin Greget!
-
Ulasan Buku Korea 'Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?'
Terkini
-
Ikat Kontrak dengan Persija, Jordi Amat Bersiap Akhiri Karier Profesional di Negara Leluhur?
-
Gaya Basic Anti-Gagal, 4 Clean Casual Ala Choerry ARTMS yang Mudah Disontek
-
Jordi Amat Ambil Tantangan Berat dengan Gabung Persija, Bisa Adaptasi?
-
Menunda Mimpi demi Bertahan: Realita Sunyi Mahasiswa 'Sandwich Generation'
-
NCT Dream Kunjungi Masa Lalu di Teaser Video Musik Lagu Terbaru 'BTTF'