Baru-baru ini nama Agus Mulyadi banyak disebut dalam dunia perfilman. Pasalnya, salah satu karya bukunya yang berjudul Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih diangkat ke layar lebar dan mampu mengundang banyak penonton.
Agus Mulyadi sendiri lahir di Magelang pada tanggal 3 Agustus 1991. Ia dipanggil sebagai Gus Mul bukan karena putra kiai atau lulusan pesantren, melainkan sebutan 'Gus Mul' hanyalah singkatan dari nama panjangnya.
Agus Mulyadi alias Gus Mul ini sempat bekerja menjadi operator warnet dan layouter di salah satu tabloid lokal di Sukabumi, lalu fokus menekuni dunia tulis menulis yang menurutnya lebih mendatangkan kesenangan tersendiri.
Dalam buku Bergumul dengan Gus Mul, pembaca akan lebih dekat mengenal sosok suami dari Kalis Mardiasih ini beserta dengan segala aktivitas kesehariannya, termasuk saat bekerja sebagai operator warnet, cerita masa muda ayahnya, kisah cinta emaknya, kegiatan Geng Koplo, serta perjalanan hidupnya sebagai tukang edit foto.
Awal November 2013 menjadi titik balik kehidupan saya. Berawal dari keisengan mengedit foto dengan artis, saya akhirnya dikenal luas oleh banyak orang. Berita soal kehebohan edit foto yang saya lakukan dimuat di berbagai media, baik cetak maupun online (Halaman 5).
Gara-gara kehebohan edit foto tersebut, blog pribadi Gus Mul kebanjiran pengunjung. Dikatakan, sehari bisa seratus ribu pengunjung. Padahal sebelum itu, jumlah pengunjung blognya tak pernah beranjak dari kisaran angka ratusan.
Yang membuat Gus Mul tambah gembira, karena banyak pengunjung yang menyukai tulisan-tulisannya. Dari sekian banyak pembaca blog itu, beberapa di antaranya adalah editor dan orang-orang berpengaruh dalam penerbitan, akhirnya tawaran untuk membuat buku mulai berdatangan.
Di balik hidupnya yang terlihat menderita, ternyata Gus Mul menemukan kebahagiaan dari hal-hal kecil di sekitarnya. Kebahagiaan-kebahagiaan kecil itu, meski kadang bermula dari hal-hal yang tidak diharapkan ia bagikan di dalam buku ini.
Dalam buku ini pula, Gus Mul mengajak kita ikut bergumul dengan pendapat jenakanya yang tak jarang absurd dan kocak. Gus Mul selalu ingin menularkan semangat berpikir positif ke semua orang. Salah satunya melalui buku ini.
Buku yang ringan untuk dibaca ini, babnya tidak terlalu panjang, dan gaya bahasanya juga khas banget. Sederhana namun dalam. Tampilan dengan cover warna pink yang cihuy dan font yang berbeda, membuat buku ini semakin menarik perhatian.
Untuk pembuatan cover, Agus Mulyadi memasang dua foto, di bagian atas dan di bawah judul buku. Bagian atas, foto Gus Mul sedang melambaikan tangan seperti foto Presiden Soeharto yang disertai kalimat tanya, "Piye, enak zamanku to?"
Lalu pada foto kedua di sisi bawah, Gus Mul mengenakan kaus putih polos sedang melangkahkan kaki sambil tersenyum lepas yang memang menyiratkan dan menularkan kebahagiaan kepada calon pembaca buku.
Konsep buku Bergumul dengan Gus Mul ini masih sama dengan buku Gus Mul yang pertama, Jomblo tapi Hafal Pancasila, yang mana isinya adalah artikel-artikel yang ia tulis di blog dengan penambahan beberapa artikel baru.
Sementara pada buku Bergumul dengan Gus Mul ini, pembaca akan menemukan 37 artikel, di mana 14 di antaranya adalah artikel yang sengaja tidak ia tayangkan di blog milik pribadinya.
Di dalam buku ini, Gus Mul mencoba untuk lebih terbuka bercerita tentang keluarganya. Jika di blog, ia banyak menulis tentang ayah dan juga emak secara personal, maka khusus di buku Bergumul dengan Gus Mul, ia menuliskan kisah tentang pertemuan sosok ayah dan emaknya sampai bisa menjadi sepasang suami istri.
Masih sama seperti buku Jomblo tapi Hafal Pancasila, buku Bergumul dengan Gus Mul ini juga menampilkan cerita tentang Geng Koplo dan beberapa personilnya yang punya banyak sekali kisah menarik dan lucu.
Terakhir, buku Bergumul dengan Gus Mul ini bisa dibeli di seluruh toko buku, seperti Gramedia Jabodetabek, Jabar, Jateng, Jatim, dan DIY. Untuk pembelian secara online, bisa dibeli via Bukukita.com.
Identitas Buku
Judul: Bergumul dengan Gus Mul
Penulis: Agus Mulyadi
Penerbit: Mediakita
Cetakan:I, 2015
Tebal: 208 Halaman
ISBN: 979-794-494-8
Baca Juga
-
Rentetan Bullying Hingga Kekerasan di Sekolah, Bagaimana Peran Pendidik?
-
Tetap Junjung Etika, Stop Normalisasi Candaan Pakai Sebutan Nama Orang Tua
-
Kisah yang Tertinggal dari Penjual Sate di Pesisir Pasir Putih Situbondo
-
Tetap Bercadar, Mawa Jadi Brand Ambassador Skincare Milik dr. Oky Pratama
-
Cara Mudah dan Efektif Mengembalikan Laptop ke Pengaturan Awal
Artikel Terkait
-
Standar Toxic Literasi: Mengapa Banyak Orang Tak Percaya Diri Jadi Penulis?
-
Review Buku Nanti Juga Sembuh Sendiri: Ketika Buku Bisa Menjadi Teman Baik
-
Ulasan Buku Rahasia Sukses Bekerja Tanpa Kantor, Freelancer Wajib Baca!
-
Realita Profesi Penulis: Dunia Tulisan Tak Semanis Kata-katanya
-
Review Buku Student Guidebook for Dummies: Hidup Pelajar Nggak Seserius Itu
Ulasan
-
Ulasan Film Qorin 2: Mengungkap Isu Bullying dalam Balutan Horor Mencekam
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
-
Review Film Wasiat Warisan: Komedi Keluarga dengan Visual Danau Toba
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
Terkini
-
Fenomena Job Hugging, Tanda Loyalitas atau Karier Stagnan?
-
Cerah Maksimal! 4 Skincare Daily Mask Niacinamide untuk Glowing Setiap Hari
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Ari Lasso Beri Kejutan Romantis untuk Dearly Djoshua, Bantah Rumor Putus?
-
Rentetan Bullying Hingga Kekerasan di Sekolah, Bagaimana Peran Pendidik?