Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Turis mancanegara menyaksikan seara langsung pacu jalur di Kuantan Singingi (Youtube/Kita+)

Kuantan Singingi kembali menunjukkan pesonanya sebagai salah satu pusat kebudayaan dan pariwisata unggulan di Sumatera Barat. Pada tanggal 18 hingga 20 Juli 2025, ratusan ribu pasang mata tertuju pada Kecamatan Kuantan Tengah, khususnya di Tepian Datuak Bandaro Lelo Budi, Kenegerian Kari, tempat berlangsungnya pagelaran Pacu Jalur Rayon IV. Event ini bukan hanya menjadi magnet bagi masyarakat lokal, tetapi juga berhasil menyedot perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan Pacu Jalur di tingkat kecamatan, hadir seorang youtuber internasional, Joe Hattab, yang memiliki lebih dari 17 juta pelanggan di kanal YouTube dan 5,9 juta pengikut di Instagram.

Tentu bukan tanpa alasan jika dunia mulai menoleh ke Kuantan Singingi. Tradisi Pacu Jalur bukan sekadar lomba mendayung di sungai. Ia adalah wajah dari sejarah, kebersamaan, seni, dan semangat juang masyarakat Rantau Kuantan yang telah dijaga sejak ratusan tahun lalu. Dan kali ini, aura kebudayaan yang kuat itu benar-benar menjalar hingga ke penjuru dunia, melintasi batas geografis dan budaya.

Sejak hari pertama pelaksanaan, kawasan Kenegerian Kari telah dipadati oleh lautan manusia. Wisatawan dari berbagai kota di Indonesia tampak berbaur dengan turis dari berbagai negara. Kehadiran mereka bukan semata karena keindahan tepian sungai Kuantan yang alami, tapi lebih kepada daya tarik kultural yang ditawarkan oleh pagelaran Pacu Jalur.

Menurut data panitia, sebanyak 100 buah jalur dari berbagai kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi telah resmi mendaftarkan diri untuk bertarung di lintasan sungai yang penuh sejarah itu. Jumlah ini memecahkan rekor keikutsertaan jalur dalam sejarah pelaksanaan Rayon IV, menunjukkan antusiasme dan semangat yang tak pernah padam dari para pendayung dan masyarakat pendukungnya. Dari jalur legendaris seperti Soriak Sarumpun Tolang Batutu, Puti Mandi Mayang Taurai hingga nama-nama baru yang lahir diantaranya Pendekar Mudo, Lompatan Keramat Panjang dari semangat generasi muda, semuanya bersatu dalam semangat kebudayaan yang kental.

Lismardi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Panitia Pelaksana, menyampaikan apresiasi dan kekaguman atas antusiasme masyarakat serta perhatian dunia terhadap Pacu Jalur tahun ini. Dalam sambutannya saat pembukaan acara, ia mengatakan bahwa kehadiran pengunjung mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Kami menyaksikan lonjakan jumlah pengunjung yang berkali lipat. Jalan-jalan menuju Tepian Datuak Bandaro Lelo Budi penuh sesak sejak pagi. Ini membuktikan bahwa Pacu Jalur bukan hanya milik Kuantan Singingi, tetapi sudah menjadi milik dunia,” ujarnya dengan penuh semangat.

Lebih lanjut, Lismardi juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kelancaran dan keamanan acara. Ia menekankan bahwa kesuksesan event sebesar ini tidak mungkin dicapai tanpa kerja sama dari semua pihak.

“Kami mohon dukungan dari seluruh pihak, baik masyarakat, aparat keamanan, media, dan tentunya seluruh pengunjung agar kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu menyelenggarakan event budaya yang tidak hanya hebat, tetapi juga aman dan berkesan.”

Kehadiran Joe Hattab menjadi kejutan manis dalam pelaksanaan Pacu Jalur tahun ini. Konten kreator asal Yordania ini dikenal dengan video-video perjalanan yang menjelajahi budaya lokal di berbagai belahan dunia. Ia tiba di Kuantan Singingi dua hari sebelum acara dimulai dan langsung jatuh cinta pada atmosfer dan keramahan warga. Dalam beberapa unggahan Instagram Story-nya, Joe terlihat menyapa warga, mencoba makanan tradisional seperti gulai patin, dan tentu saja, merekam detik-detik penuh adrenalin saat jalur melaju kencang di atas air.

Kehadiran tokoh sekelas Joe Hattab tentunya memberikan angin segar bagi promosi pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi. Banyak pihak berharap bahwa kunjungan ini akan menjadi pintu pembuka bagi kolaborasi pariwisata internasional, khususnya dalam mendongkrak nama Pacu Jalur di mata dunia. Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pun dikabarkan tengah merancang program khusus yang melibatkan influencer dan content creator global sebagai bagian dari strategi promosi destinasi berbasis budaya.

Selama tiga hari pelaksanaan, suasana di sekitar tepian sungai benar-benar hidup. Penonton duduk berderet di tepian yang sudah dilapisi tikar dan tenda. Anak-anak berlarian di antara kerumunan sambil membawa balon dan bendera kecil. Pedagang lokal pun turut menikmati berkah ekonomi dari acara ini. Mereka menjajakan aneka kuliner khas Kuansing seperti lempuk durian, batiah, dan air tuak manis. Hotel-hotel dan penginapan di sekitar Taluk Kuantan penuh sesak. Bahkan beberapa wisatawan mancanegara harus menginap di rumah-rumah warga karena kehabisan tempat.

Suasana Pacu Jalur di Tepian Datuak Bandaro Lelo Budi bukan sekadar meriah, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai adat. Setiap jalur yang akan turun berlomba terlebih dahulu dilepas dengan upacara adat, diiringi gong dan tambur, serta sorak-sorai para pendukung yang mengenakan pakaian adat Kenegerian. Tak jarang, para turis yang hadir pun diajak menari bersama dalam tradisi 'baselang' dan menyaksikan penampilan musik talempong dan randai sebagai bagian dari kesenian lokal.

Lomba pun berlangsung sangat kompetitif. Para pendayung tampak mengerahkan seluruh tenaga dan taktik terbaiknya untuk menjadi yang tercepat. Sorak-sorai penonton memekakkan telinga, seolah menjadi energi tambahan bagi para atlit jalur. Tak sedikit juga para ibu-ibu yang khusyuk berdoa di pinggir sungai, berharap jalur andalan dari kampungnya menang dan melaju ke babak final.

Meski Pacu Jalur tingkat Rayon IV ini bukan acara puncak, tetapi atmosfer yang tercipta hampir menyamai perhelatan utama yang akan dilangsungkan pada 20–24 Agustus 2025 di Tepian Narosa Taluk Kuantan. Dalam rangkaian acara itu nanti, akan hadir perwakilan dari Kementerian Pariwisata, serta kemungkinan besar beberapa duta besar negara sahabat. Bupati Kuantan Singingi bahkan tengah mengupayakan agar Presiden Republik Indonesia dapat turut menyaksikan langsung Pacu Jalur tahun ini.

Lismardi berharap bahwa keberhasilan pelaksanaan Rayon IV ini menjadi cermin kesiapan Kuantan Singingi menyambut acara puncak di Taluk Kuantan bulan depan. “Kalau pelaksanaan di Kari saja sudah semeriah ini, saya optimis di Taluk Kuantan nanti akan jauh lebih spektakuler,” ucapnya, optimis.

Dari sisi keamanan, pihak kepolisian dan TNI serta Satpol PP bekerja ekstra keras. Mereka tidak hanya berjaga di lokasi pacu, tetapi juga mengatur lalu lintas yang padat, serta membantu pengamanan kegiatan masyarakat selama tiga hari penuh. Tak ada laporan insiden besar selama acara berlangsung, sebuah catatan positif yang menunjukkan kematangan panitia dan masyarakat dalam menyelenggarakan event akbar.

Tak ketinggalan, media lokal dan nasional turut meliput secara langsung. Bahkan beberapa stasiun TV swasta menyiarkan secara live melalui media daring. Ribuan unggahan Instagram, TikTok, dan Facebook dengan tagar #PacuJalur2025 dan #KuantanSingingi pun membanjiri jagat maya. Ini membuktikan bahwa daya tarik Pacu Jalur tidak hanya terasa di lapangan, tetapi juga menggema di ruang digital yang kini menjadi alat promosi utama.

Masyarakat Kenegerian Kari pun merasa bangga dan tersanjung karena kampung mereka menjadi titik sorotan dunia. Salah seorang tokoh adat, Datuk Rajo Bendang, mengatakan bahwa penyelenggaraan Pacu Jalur di kampungnya adalah bentuk penghormatan atas nilai-nilai adat yang telah mereka jaga turun-temurun. “Ini bukan hanya pesta rakyat. Ini adalah bentuk kebanggaan kami sebagai orang Kuantan,” tegasnya.

Kini, setelah usai tiga hari yang penuh kegembiraan, semua mata beralih ke Taluk Kuantan. Gelora Pacu Jalur masih membekas di hati setiap penonton, dan gairah untuk menyambut babak final di Tepian Narosa terus berkobar. Masyarakat berharap, kehadiran tokoh dunia seperti Joe Hattab hanyalah permulaan dari langkah besar membawa Pacu Jalur ke pentas budaya global.

Dengan modal tradisi yang kuat, masyarakat yang bersatu, serta dukungan pemerintah dan dunia digital, Kuantan Singingi siap menjadi episentrum kebudayaan air Asia Tenggara. Pacu Jalur bukan sekadar lomba. Ia adalah napas kehidupan yang mengalir dari sungai ke generasi. Dan kini, dunia mulai mendengarnya.

Rion Nofrianda