Wall to Wall adalah film thriller psikologis Korea Selatan yang rilis di Netflix pada 18 Juli 2025. Disutradarai oleh Kim Tae-joon, yang sebelumnya sukses dengan Unlocked (2023), film ini langsung mencuri perhatian dengan premis yang relate banget: mimpi punya rumah sendiri yang malah berubah jadi mimpi buruk.
Dibintangi oleh Kang Ha-neul, Yeom Hye-ran, dan Seo Hyun-woo, film berdurasi 1 jam 58 menit ini berhasil menyuguhkan ketegangan yang bikin penonton gelisah, meski nggak luput dari beberapa kekurangan. Yuk, langsung simak ulasan berikut!
Film ini berpusat pada perjalanan Noh Woo-seong (Kang Ha-neul), seorang pekerja kantoran usia 30-an yang akhirnya berhasil membeli apartemen impian seluas 84 meter persegi di Seoul.
Buat orang Korea, punya apartemen itu seperti trofi kehidupan di tengah kerasnya hidup di kota besar. Woo-seong sampai mengeluarkan semua tabungan, cairin saham, mengambil pinjaman, bahkan menjual kebun bawang putih milik ibunya demi apartemen ini.
Tapi, begitu pindah, kebahagiaan dia cuma seumur jagung. Suara-suara aneh dari dinding dan langit-langit mulai menganggu, bikin dia stres berat.
Belum lagi, tetangga-tetangganya mulai mencurigai dia sebagai sumber keributan. Dari situ, Woo-seong terjebak dalam spiral paranoia, konfrontasi dengan tetangga, dan misteri yang bikin bulu kuduk merinding.
Premis Wall to Wall ini super menarik karena mengangkat isu yang dekat banget sama kehidupan urban: tekanan finansial, isolasi sosial, dan rasa nggak aman di tempat yang seharusnya jadi “safe haven”.
Suara bising dari tetangga? Siapa sih yang nggak pernah kesel sama hal kayak gitu? Tapi film ini mengambil konsep sederhana itu dan mengemasnya jadi thriller psikologis yang mencekam, dengan tambahan subplot soal konspirasi properti dan bahkan… kripto! Ya, ada momen soal bitcoin.
Review Film Wall to Wall
Kang Ha-neul sebagai Woo-seong bener-bener jadi tulang punggung di film ini. Dia berhasil menggambarkan karakter yang desperado, stres, tapi tetep punya sisi manusiawi yang bikin aku ikut ngerasain frustrasinya.
Ada satu adegan soal kripto yang, tanpa spoiler, menurutku sih, “Gila, aktingnya totalitas banget!” Yeom Hye-ran sebagai Eun-hwa, ketua penghuni apartemen, juga nggak kalah cemerlang. Dia memberikan nuansa ambigu: keliatan suportif, tapi ada sesuatu yang bikin curiga.
Seo Hyun-woo sebagai Jin-ho, tetangga misterius, juga sukses bikin aku bertanya-tanya, “Ini orang baik apa jahat sih?” Ketiganya bener-bener memberikan penampilan yang kuat, meski kadang ceritanya sendiri agak goyah.
Paruh pertama Wall to Wall bener-bener bikin deg-degan. Visualnya gelap, atmosfernya menyesakkan, dan suara-suara aneh itu dirancang dengan apik buat bikin penonton nggak tenang. Kim Tae-joon pinter banget mainin detail, kayak desain apartemen Woo-seong yang dibuat sengaja terasa sempit dan “menekan” buat ngasih vibe claustrophobic.
Tapi, sayangnya, pas masuk paruh kedua, alurnya mulai terasa kayak roller coaster tanpa sabun pengaman. Plot twist-nya memang bikin kaget, tapi jujur sih aku ngerasa ending-nya agak membingungkan dan “dipaksakan”. Ada subplot soal konspirasi properti dan kripto yang, meskipun menarik, bikin cerita agak kebanyakan ide dan kurang fokus.
Bisa kubilang film ini slow burn di awal, tapi tiba-tiba ngebut di akhir. Buat yang suka thriller psikologis yang pelan-pelan membangun ketegangan, paruh pertama bakal jadi highlight.
Tapi, buat yang ngarepin resolusi yang rapi, mungkin bakal sedikit kecewa karena beberapa teka-teki nggak terjawab dengan jelas. Durasi 1 jam 58 menit juga terasa agak kepanjangan, dan kurasa film ini bisa lebih pendek buat bikin impact-nya lebih nendang.
Salah satu kekuatan Wall to Wall adalah caranya nyentil isu sosial. Film ini nggak cuma soal suara bising, tapi juga ngomongin tekanan hidup di kota besar, utang, dan mimpi punya rumah yang sering jadi beban.
Film ini “menyentil kondisi sosial hidup di kota besar”. Apartemen, yang seharusnya jadi simbol kesuksesan, malah jadi jebakan psikologis buat Woo-seong. Ini bikin film ini terasa realistis dan relevan, terutama buat yang ngerasain struggle hidup di kota metropolitan.
Wall to Wall adalah thriller psikologis yang sukses bikin penonton ikut ngerasain sesak dan paranoid bareng Woo-seong. Akting Kang Ha-neul dan tim, ditambah visual serta atmosfer yang mencekam, bikin film ini layak banget ditonton buat fans genre thriller.
Tapi, jangan harap film ini bakal bikin kamu rileks—ini bukan film buat healing, tapi buat ngerasain sesaknya hidup. Kekurangannya ada di pacing yang nggak konsisten dan ending yang mungkin bikin beberapa orang garuk-garuk kepala. Meski begitu, film ini tetep punya daya tarik kuat, apalagi buat yang suka cerita yang bikin mikir dan nggak takut stres.
Ratin dari aku: 8/10
Buat yang suka thriller psikologis kayak Parasite atau Unlocked, Wall to Wall wajib masuk watchlist. Siapin gorengan atau makanan lain, matiin lampu, dan bersiap buat gelisah sepanjang 2 jam! Tapi, kalau lagi depresi atau punya utang, mending skip dulu, deh—soalnya, “Bisa bikin stres makin parah!”
Film ini udah bisa ditonton di Netflix dengan subtitle bahasa Indonesia.
Baca Juga
-
Review Film Almost Cops: Hadirkan Duo Komedian Paling Absurd!
-
Ulasan Film Kitab Sijjin & Illiyyin: Horor Religi yang Bikin Bulu Kuduk Berdiri!
-
Review Film Gerbang Setan: Horor Mistis dengan Sentuhan Humor!
-
Ulasan Serial Too Much: Komedi Romantis yang Berantakan tapi Menyentuh
-
Review Film Arti Cinta: Kisah Cinta yang Bikin Hati Remuk Redam!
Artikel Terkait
-
Sinopsis Film Singsot: Siulan Kematian, Peringkat 1 dari 10 Film Teratas di Netflix Indonesia
-
Review Film Almost Cops: Hadirkan Duo Komedian Paling Absurd!
-
Main Drama Korea Baru 'Variety', Son Ye-jin Jadi Bos Agensi di Industri Kpop
-
Untamed di Netflix: Luka Lama dan Rahasia Kelam di Taman Nasional
-
7 Rekomendasi Film dan Drama Korea Thriller Berlatar Apartemen, Wall to Wall Trending di Netflix
Ulasan
-
Review Drama Good Boy: Ketika Mantan Atlet 'Babak Belur' Ungkap Kejahatan
-
Ulasan Novel Don't Let Go: Permainan Takdir yang Tidak Masuk Akal
-
Ulasan To Live, Novel Karya Yu Hua yang Ajarkan Arti Keberuntungan Sebenarnya
-
Ulasan Novel The Labyrinth House Murders: Kejutan di Balik Rumah Labirin
-
3 Rekomendasi Novel China Menelusuri Makna Keberuntungan yang Tak Terduga
Terkini
-
Tampil Kece dengan 4 Outfit Simpel ala Hoshi SEVENTEEN yang Mudah Ditiru
-
Pajak UMKM Digital: Negara Sigap Memungut, tapi Lupa Melindungi
-
Bintang Timnas Indonesia U-23, Yardan Yafi Akui Idolakan Bambang Pamungkas
-
Thailand Jadi Ujian Berat, Timnas Indonesia U-23 Harus Antisipasi Tiga Hal Ini
-
Futsal: Menempa Karakter, Memanusiakan Manusia di Era Digital