Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Novel To Live, Novel Brothers, dan Novel Balzac and the Little Chinese Seamstress (goodreads.com)

Dalam budaya Tionghoa, keberuntungan tidak selalu berkaitan dengan nasib baik saja. Ia sering kali dikaitkan dengan keseimbangan, karma, bahkan keputusan kecil yang berujung besar dalam hidup.

Keberuntungan dalam budaya Tionghoa sering kali menjadi inspirasi dalam sebuah novel, yang dibalut dalam kisah fiksi yang tak hanya seru, tapi juga sarat dengan makna mendalam.

Berikut ini 3 rekomendasi novel China tentang takdir dan keberuntungan yang bisa membuat kalian memandang hidup jauh lebih indah dan bermakna.

1. To Live – Yu Hua

Novel To Live – Yu Hua (goodreads.com)

To Live adalah salah satu karya paling menggetarkan dari sastra modern Tiongkok. Novel ini tentang seorang pria kaya bernama Fugui. Karena suatu kejadian, ia harus beralih profesi menjadi petani karena kehilangan seluruh hartanya.

Saat itu, kondisi politik dalam keadaan kacau dan kemiskinan melanda. Tapi, Fugui tetap bertahan. Bukan karena mendapatkan keburuntungan, tapi ia harus melakukannya untuk bertahan hidup.

Keberuntungan dalam novel ini hadir dalam bentuk yang sangat tak biasa. Bukan uang, bukan status, tapi kesempatan untuk terus bernapas, menyaksikan matahari terbit, dan tetap memiliki sesuatu yang bisa dicintai.

Melalui buku ini, kita semua bisa belajar bahwa keberuntungan bisa saja datang setelah banyaknya masalah yang datang.

Sebuah buku yang sunyi namun menggugah, sangat manusiawi.

2. Brothers – Yu Hua

Novel Brothers (goodreads.com)

Masih dari Yu Hua, Brothers adalah novel satir yang membentang antara dua era besar di Tiongkok: Revolusi Kebudayaan dan masa kapitalisme modern.

Novel ini mengangkat kisah dua orang saudara tiri bernama Baldy Li dan Song Gang. Dalam novel ini, takdir dan keberuntungan bisa saja berubah karena perubahan zaman.

Baldy Li, si anak nakal dan keras kepala, justru menjadi miliarder sukses. Sedangkan Song Gang, yang baik dan bersikap lembut, mengalami keterpurukan. Ironi besar inilah yang membuat cerita terasa getir tapi juga lucu dalam cara yang pahit.

Buku ini menyentil masalah keberuntungan yang terkadang tidak ada hubungannya dengan kebaikan dan moralitas. Ia menggambarkan dunia yang absurd, tapi terasa sangat nyata.

3. Balzac and the Little Chinese Seamstress – Dai Sijie

Novel Balzac and the Little Chinese Seamstress (goodreads.com)

Berlatar pada masa Revolusi Kebudayaan, novel ini menceritakan dua remaja laki-laki yang dikirim ke desa terpencil untuk “direedukasi” karena latar belakang keluarga mereka dianggap borjuis.

Di desa itu, mereka bertemu seorang gadis penjahit muda dan menemukan koper berisi buku-buku terlarang karya Balzac dan penulis Barat lainnya.

Keberuntungan dalam kisah ini muncul dari hal yang sangat sederhana: menemukan buku.

Buku-buku itu tidak hanya mengubah cara mereka memandang dunia, tapi juga membuka kemungkinan-kemungkinan baru, termasuk cinta, kebebasan, dan pilihan untuk menentukan jalan hidup sendiri.

Buku ini layak dibaca karena ia menunjukkan bahwa keberuntungan bisa datang dalam bentuk cerita. Dan bahwa dalam keterbatasan, imajinasi bisa menjadi pelarian sekaligus penyelamat.

Keberuntungan dalam novel-novel China ini tidak selalu datang dengan cara yang gemerlap. Kadang ia tersembunyi di balik penderitaan, di antara ironi, atau dalam keheningan di malam yang panjang. Tapi justru di sanalah kekuatannya.

Kita bisa memaknai bahwa keberuntungan bukan selalu soal mendapat apa yang kita mau, tapi tentang bisa menemukan arti dalam apa yang sudah kita punya. Melainkan kita yang bisa memberikan makna di setiap kejadian yang terjadi di dalam hidup.

Kalau kamu sedang mencari bacaan yang tidak hanya menarik, tapi juga meninggalkan bekas, tiga novel ini bisa jadi pilihan yang tepat.

Ardina Praf