Kalau kamu ingat kisahnya Mas Satria di novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit, nah di novel satu inilah Satrya akhirnya menemukan tambatan hatinya. Gak cuma temu kangen sama geng Radhi dan kawan-kawannya yang gokil abis, di sini bakal ada spoiler tipis-tipis pasangan para anggota geng kocak satu ini!
Identitas Buku
- Judul: Satu Ruang
- Penulis: Aqessa Aninda
- Penerbit: Elex Media Komputindo
- ISBN: 9786020433554
- Tebal Halaman: 460
- Genre: Fiksi
Aqeesa Anindya kembali menyapa pembaca lewat novel “Satu Ruang”, yang masih berada dalam satu semesta dengan Secangkir Kopi dan Pencakar Langit. Kali ini, ia menyuguhkan kisah cinta yang tidak sederhana—tentang empat hati yang saling berpapasan, tiga pintu yang mengetuk masa lalu, dua orang yang terjebak kenangan, dan satu pertanyaan tentang ruang: adakah tempat untuk cinta baru jika hati belum benar-benar kosong?
Satrya dan Tiga Perempuan di Hidupnya
Tokoh utama dalam novel ini, Satrya, adalah sosok laki-laki dengan luka masa lalu yang masih membekas. Setelah ditinggal menikah oleh Athaya—yang lebih memilih Ghilman—Satrya mencoba menyembuhkan hatinya. Namun, bayang-bayang Alisha, sahabat lama yang diam-diam disukainya, masih menghantui. Sampai akhirnya ia bertemu Kinan, seorang perempuan lembut, tenang, dan tampak rapuh.
Kinan sendiri bukan sosok yang sepenuhnya "baru." Ia juga tengah berjuang dengan masa lalunya, setelah ditinggal oleh Prana—cinta sejatinya yang sudah lebih dulu dipanggil Tuhan. Di sisi lain, hadir pula sosok Sabrina yang lebih enerjik, jenaka, dan penuh semangat. Sabrina hadir sebagai angin segar, terutama ketika ia membantu Satrya menemukan kembali sisi kreatifnya lewat fotografi—hobi yang sempat dilupakan Satrya karena luka hatinya.
Kisah Realistis dengan Nuansa Melankolis
Yang membedakan “Satu Ruang” dari chicklit-romance lainnya adalah kedalaman emosinya. Cerita ini tidak berfokus pada cinta manis dan berbunga-bunga, melainkan pada bagaimana seseorang belajar berdamai dengan bayangan. Cinta dalam novel ini terasa seperti proses penyembuhan, bukan sekadar perasaan sesaat.
Alur cerita mengalir lambat namun terasa hidup karena gaya bahasa Aqeesa yang ringan dan kasual. Penuturannya menggunakan sudut pandang orang ketiga, yang membuat perasaan para tokohnya tergambarkan dengan cukup imbang. Pembaca bisa melihat dinamika antara Satrya dan Kinan yang canggung dan pelan-pelan tumbuh, serta kontrasnya hubungan Satrya dengan Sabrina yang lebih spontan dan hangat.
Karakternya Dekat dan Familiar
Salah satu kekuatan utama novel ini adalah tokoh-tokoh pendukung yang hidup dan menghibur. Geng Fogging—terutama Radhi dan Ganesh—menjadi pelengkap yang mencairkan nuansa sendu dari konflik utama. Radhi sendiri bahkan bisa dibilang menjadi karakter yang paling mencuri perhatian. Ia slengean tapi punya empati, dan sering kali menjadi suara logis di antara kekacauan emosional para tokoh lainnya.
Catatan Kritis: Alur yang Sedikit Berputar
Meski menyentuh dan realistis, novel ini tidak lepas dari kekurangan. Beberapa bagian terasa terlalu berputar-putar, terutama ketika tokoh-tokohnya belum juga mengambil keputusan yang jelas. Kadang, konflik terasa hanya berputar di soal “siapa yang benar-benar siap melepaskan masa lalu”—yang walau relevan, bisa membuat pembaca kurang sabar.
Namun, humor tipis yang diselipkan, interaksi yang natural, dan refleksi emosional yang kuat membuat kekurangan ini bisa dimaklumi.
“Satu Ruang” bukan sekadar kisah cinta. Ini adalah potret tentang hati yang belum selesai dengan masa lalu, tentang bagaimana manusia berjuang meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka pantas untuk bahagia kembali. Novel ini cocok untuk kamu yang sedang mencari bacaan ringan namun sarat makna, atau kamu yang pernah merasa: "Kenapa menyayangimu rasanya begitu menyesakkan?"
Bagi penggemar Secangkir Kopi, novel ini akan menjadi pelengkap sempurna. Bagi pembaca baru, kamu tetap bisa menikmati ceritanya tanpa harus membaca buku sebelumnya. Dan bagi kamu yang suka romance yang tidak lebay, tapi menyentuh hati—“Satu Ruang” layak diberi tempat di rak buku kamu.
Baca Juga
-
Solidaritas di Dunia Futsal: Tentang Rasa, Dukungan, dan Persaudaraan
-
Edukasi di Indonesia: Bukan Lagi Soal Pengetahuan, Tapi Pola Pikir!
-
Ulasan Novel Ana Uhibbuka Fillah Ustaz: Mencari Makna Cinta Untuk Tuhan
-
Mengupas Novel The Siren: Sudut Pandang Penulis dan Editor
-
Generasi Z & Alfa Terancam Brain Rot, Bisakah RUU Sisdiknas Jadi Solusi?
Artikel Terkait
-
3 Novel Tentang Perjuangan Perempuan Jepang, Ternyata Relate dengan Kita!
-
Ulasan Novel Please Pay Attention: Suara dan Harapan Seorang Gadis Difabel
-
Ulasan Novel Fan Favorite: Pertarungan Hati dan Reputasi di Acara Televisi
-
Ulasan Novel Don't Let Go: Permainan Takdir yang Tidak Masuk Akal
-
Ulasan To Live, Novel Karya Yu Hua yang Ajarkan Arti Keberuntungan Sebenarnya
Ulasan
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
Terkini
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!
-
Kalahkan BLACKPINK, NCT Dream Raih Trofi Pertama Lagu BTTF di Music Bank
-
Payment ID: Awal dari Negara Polisi Finansial?
-
Oppo Reno 14 Pro 5G Resmi Hadir, Bawa Desain Premium ala Flagship