Perempuan dalam sastra Jepang kerap digambarkan dalam bayang-bayang sunyi, kesetiaan, atau pengorbanan. Namun di balik semua itu, ada lapisan-lapisan realitas yang lebih rumit.
Keinginan untuk hidup bebas, keterasingan dalam masyarakat, serta keberanian untuk menolak menjadi apa yang diharapkan orang lain.
Dari pekerja minimarket yang dianggap "aneh", ibu tunggal yang mencoba bertahan di kota besar, hingga perempuan muda yang merasa nyaman dalam diam dan jarak, semua tokoh ini mewakili sisi lain dari kehidupan perempuan Jepang yang jarang disuarakan secara langsung, tapi begitu lekat dengan kenyataan.
Berikut ini tiga rekomendasi novel Jepang yang mengusung tema perempuan Jepang.
1. Breasts and Eggs – Mieko Kawakami
Buku ini cukup mewakilkan banyak suara wanita Jepang dengan cara yang cukup berani dan lantang. Tidak hanya wanita Jepang, mungkin kisah disini juga dialami banyak perempuan di dunia.
Lewat kisah dua saudari, yang satu ingin melakukan operasi pembesaran payudara, sementara yang lain tengah mempertimbangkan inseminasi buatan untuk menjadi ibu tunggal, novel ini menyentuh berbagai isu yang dekat dengan tubuh dan pilihan hidup perempuan.
Banyak sekali gambaran dari berbagai aspek yang dialami wanita Jepang, mulai dari tekanan ekonomi, hingga standar kecantikan.
Semua tuntutan itu memberi dampak yang cukup signifikan dalam kehidupan seorang perempuan, terutama di kalangan menengah ke bawah.
Dengan gaya yang tajam namun penuh empati, cerita ini menggugah kita untuk melihat ulang apa makna kebebasan dalam tubuh dan kehidupan seorang perempuan.
Mieko Kawakami menolak untuk menyederhanakan kompleksitas menjadi jawaban, justru ia menghadirkan ruang refleksi yang tajam dan sangat personal.
2. Territory of Light – Yuko Tsushima
Ditulis dengan narasi puitis dan tenang, novel ini mengikuti seorang ibu muda yang baru bercerai, mencoba membangun kembali hidupnya bersama anak perempuannya di sebuah apartemen kecil.
Dalam sunyi dan cahaya yang berubah sepanjang musim, kita menyelami perasaan rapuh, marah, dan juga harapan dari seorang perempuan yang tidak lagi bisa kembali ke hidup lamanya.
Territory of Light menjadi kisah yang cukup untuk menggambarkan perjuangan perempuan dalam bertahan di atas kakinya sendiri, meski selalu dianggap remeh oleh banyak orang.
3. Convenience Store Woman – Sayaka Murata
Novel ini bercerita tentang Keiko Furukura, seorang perempuan yang bekerja di minimarket. Novel ini mungkin sangat relate dengan banyak perempuan di Jepang atau bahkan di manapun, tentang ekspektasi yang harus dibentuk oleh perempuan.
Bahwa perempuan di usia tertentu harus memiliki karir yang layak, sudah menikah, dan dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial.
Selama ini, kebanyakan laki-laki yang selalu dituntut untuk memiliki karir dan kondisi finansial yang layak. Sebaliknya, di novel ini sangat menggambarkan tekanan yang dialami perempuan dari berbagai aspek.
Tapi Keiko menolak itu semua. Dengan gaya penulisan yang sederhana namun nyentrik, Sayaka Murata mengangkat suara yang jarang terdengar dari perempuan Jepang: hasrat untuk menjalani hidup sesuai pilihan sendiri, meskipun itu berarti menjadi berbeda dan dinilai tak wajar oleh masyarakat.
Sastra Jepang punya cara unik dalam menyampaikan pergulatan batin, halus, lambat, tapi menghujam. Dan lewat tokoh-tokoh perempuan ini, kita diingatkan bahwa menjadi perempuan bukan sekadar tentang peran, tapi tentang bertahan, berdamai, dan menemukan makna dari hal-hal yang kerap dianggap sepele.
Kesembilan novel ini tidak memberi jawaban yang pasti, tapi menghadirkan ruang renung yang jujur: bahwa setiap perempuan punya jalannya sendiri, seaneh atau sesunyi apa pun itu.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Belajar Self-Love dari Buku Korea 'Aku Nggak Baper, Kamu Yang Lebay'
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Please Pay Attention: Suara dan Harapan Seorang Gadis Difabel
-
5 Desain Kamar Anak Perempuan Sederhana Sekali, Nyaman dan Bikin Betah!
-
Up All Night oleh xikers: Kegundahan Para Jiwa Muda Hadapi Lika-Liku Hidup
-
Ironi 41 Tahun CEDAW, LPSK Beberkan Fakta Pilu: Perempuan Korban Kekerasan Malah Dikriminalisasi
-
Ulasan Novel Fan Favorite: Pertarungan Hati dan Reputasi di Acara Televisi
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali
-
Vivo X200T Siap Meluncur Awal Tahun 2026, Ukuran Compact dan Performa Kencang
-
Bukti Nyata Seni Inklusif: Arif Onelegz dan Lauren Russel Buktikan Setiap Tubuh Bisa Menari
-
Jalani Laga Genting untuk Lolos, Garuda Muda Harapkan Keajaiban Timnas Era STY Kembali Terjadi!
-
Ketika Meme Menjadi Senjata Bullying Digital: Batas Antara Lucu dan Melukai