Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Shufya Nida
Cover Buku Jakarta 24 Jam karya Putra Perdana, Wandy Ghani, Faisal Reza, dan Feddy F. Bayusegara (goodreads.com)

Jakarta 24 Jam merupakan buku fiksi karya gabungan tiga penulis, yaitu Putra Perdana, Wandy Ghani, dan Faisal Reza. Tak lupa, illustrator dengan desainnya yang unik, Feday Fm Bayusegara juga ikut bergabung atas novel ini. 

PT. Gramedia Pustaka Utama berhasil menerbitkan buku fiksi dengan halaman sejumlah 256 di tahun 2014. Buku ini berbeda dengan buku-buku lainnya, lantaran penceritaannya yang unik dan penuh plot twist.

Seperti judulnya, Jakarta 24 Jam menceritakan kisah mengenai berbagai sisi manusia penghuni Jakarta dalam waktu 24 jam. Mereka bergantung hidup, mengikuti arus hidup, hingga mengakhiri hidup. Dalam penceritaannya, kisah mereka tidak luput dari kafe di Jalan Sabang.

Banyak kisah dalam buku ini. Dari cinta tak terbalas, ambisi yang digelapmatakan oleh materi, hingga dendam kesumat yang terpendam. Diiringi denting lembut lonceng kecil yang terdengar kala pintu kafe dibuka, pembaca diajak mengarungi 24 jam yang terbagi dalam tiga penggal waktu, menyelami relung-relung hati yang kelam, menuju endapan emosi yang menyisakan pertanyaan: "Seperti inikah kehidupan Jakarta?"

Buku ini berisi kumpulan cerpen yang sekilas tampak berdiri sendiri, namun sebenarnya saling terhubung melalui latar kafe di Jalan Sabang. Setiap cerpen menghadirkan tokoh yang berbeda, seperti pemain saksofonis, gadis SMA, hingga tukang parkir, namun mereka sering muncul di cerita lain sebagai tokoh latar atau sekedar disebutkan namanya. Keterhubungan ini menciptakan kesan bahwa pembaca sedang mengintip kehidupan orang-orang Jakarta dari berbagai jendela rumah.

Tiga penulis membaginya menjadi tiga waktu. Jam 06.00-14.00 memiliki 7 kisah, jam 14.00-22.00 memiliki 6 kisah, dan jam 22.00-06.00 memiliki 7 kisah. Kisah-kisah yang diceritakan juga beragam. Mulai dari pemabuk yang tidak mengingat kejadian malam itu, orang yang pergi menjelajah lewat mesin waktu, pembunuhan demi harta, juru parkir yang memenangkan hadiah kuis, dan masih banyak lagi. 

Kumpulan cerpen ini menarik karena berhasil membangun dunia fiksi yang utuh meskipun disajikan dalam bentuk cerita pendek sehingga terasa seperti membaca buku mozaik. Tapi, ada kekurangan dalam buku ini, yaitu beberapa cerita membuat saya bingung. Kenapa bisa seperti itu? Alasannya apa? Itu membuat saya bertanya-tanya.

Penulis juga menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti. Pembaca harus berpikir keras maksud dari tulisan tersebut. Ciri khas dari buku ini adalah adanya ilustrasi gambar di awal cerita. Pembaca jadi dapat membayangkan bagaimana kehidupan Jakarta sesungguhnya.

Ada salah satu cerita dalam buku ini yang menceritakan terjadinya interogasi diakibatkan polisi yang menembak namun salah sasaran. Jenis font yang dipakai membuat saya berpikir sedang berada di tahun setelah kemerdekaan. Memang benar, buku ini banyak memiliki ciri yang unik dan dikemas secara apik.

Ada beberapa kutipan yang saya suka pada buku ini. Berikut adalah beberapa kutipan yang saya suka.

  • Aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya... Padanya... Lagi. —dikutip dari cerpen berjudul "Berlayar"
  • Dia mengizinkanku untuk tetap hidup dengan membiarkan jiwanya lenyap ditelan semesta untuk kembali sebagai cahaya penuntunku. —dikutip dari cerpen berjudul "Berlayar"
  • Terkadang manusia harus bisa menjadi egois, menjadi seperti hewan buas yang egois, tanpa harus mengorbankan orang lain dan meraih kemenangan untuk dirinya sendiri. —dikutip dari cerpen berjudul "Assist"
  • Ada kalau nya seseorang yang telah mati akan kembali, demi menyelesaikan apa-apa saja yang belum diselesaikannya selama hidup di dunia. —dikutip dari cerpen berjudul "Pesan"

Itu adalah 4 kutipan dengan makna mendalam yang paling saya suka. Untuk cerita pendek, tentunya ada beberapa yang menarik perhatian saya. Saya suka dengan cerita pendek berjudul Sting dan Rooney. Sting menceritakan plot twist seorang pemain saksofonis yang tertembak dan Rooney menceritakan cerita bohongan yang menjadi kenyataan.

Secara keseluruhan, buku dengan konsep seperti ini dibaca saat waktu senggang. Karena saya harus berpikir keras untuk memahaminya, jadi buku ini tidak akan saya rekomendasikan pada pembaca yang ingin bacaan ringan. Tapi, kalau pembaca sedang mencari buku yang unik dan penuh plot twist, saya akan merekomendasikan buku ini untuk dibaca.

Shufya Nida