Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Poster film Relay (IMDb)
Ryan Farizzal

Halo Sobat Yoursay! bayangkan kamu lagi nyantai di bioskop, popcorn di tangan, dan tiba-tiba layar membawa kamu ke dunia penuh intrik, paranoia, dan ketegangan yang bikin bulu kuduk merinding. Itulah Relay, film thriller korporasi terbaru garapan sutradara David Mackenzie yang rilis di bioskop Indonesia pada 27 Agustus 2025.

Film ini dibintangi Riz Ahmed sebagai Ash, seorang fixer misterius, dan Lily James sebagai Sarah, ilmuwan yang terjebak dalam situasi hidup-mati. Dengan durasi 112 menit, Relay menghadirkan pengalaman yang intens, meski nggak sempurna. Yuk, langsung simak ulasannya!

Relay mengambil setting di New York modern, tapi dengan vibes thriller ala tahun '70-an yang bikin nostalgik. Ceritanya berpusat pada Ash, seorang fixer ultra-rahasia yang bekerja di balik bayang-bayang untuk perusahaan-perusahaan korup.

Tugasnya? Jadi perantara pembayaran tanpa jejak, pakai teknologi relay telekomunikasi analog yang biasanya dipakai untuk tunarungu. Keren, 'kan, konsepnya? Ini bikin Ash seperti hantu, nggak bisa dilacak.

Di sisi lain, ada Sarah, ilmuwan cerdas yang punya bukti pelanggaran hukum perusahaan tempatnya bekerja. Ketika nyawanya terancam, Sarah cuma bisa mengandalkan Ash, tapi masalahnya: bisa nggak sih percaya sama orang yang hidupnya penuh rahasia?

Alur ceritanya penuh teka-teki, dengan pacing yang bikin aku nggak bisa memejamkan mata dari layar. Film ini nggak mengandalkan aksi tembak-tembakan, melainkan strategi cerdas: pengiriman dokumen rahasia, tipuan digital, sampai jebakan psikologis.

Adegan di Times Square dan stasiun kereta disajikan dengan sinematografi yang ciamik banget—bikin aku ngerasa ikut lari-larian bareng karakternya. Tapi, ada catatan nih: di bagian klimaks, plotnya agak kehilangan greget. Beberapa keputusan karakter, terutama Sarah, terasa kurang logis.

Misalnya, seorang ilmuwan jenius kok kayak nggak punya insting bertahan hidup yang lebih cerdas? Twist di akhir juga terasa agak datar, kayak kehabisan bensin setelah perjalanan yang seru.

Review Film Relay

Salah satu adegan di film Relay (IMDb)

Riz Ahmed sebagai Ash? Dia bener-bener steal the show! Aktingnya tenang tapi intens, cuma lewat pandangan mata dan gestur, dia bisa bikin aku merasakan ketegangan karakternya.

Ash digambarkan sebagai sosok yang bermasalah, dengan latar belakang perjuangan di Alcoholics Anonymous (AA), yang nambahin dimensi emosional ke karakternya.

Jujur sih aku ngerasa simpati, tapi juga bingung: ini orang baik atau cuma main aman buat dirinya sendiri? Lily James sebagai Sarah juga oke, tapi sayangnya chemistry antara dia dan Ash kurang nendang. Interaksi mereka kadang terasa kaku, jadi momen-momen yang seharusnya emosional malah jadi agak hambar.

Salah satu kekuatan Relay adalah cara Mackenzie nge-blend gaya noir klasik dengan nuansa modern. Bayangin film seperti The Conversation atau Michael Clayton, tapi dengan teknologi relay yang bikin cerita ini terasa relevan di zaman sekarang.

Sinematografi dari Giles Nuttgens patut diacungi jempol—setiap frame di New York, dari gedung-gedung pencakar langit sampai lorong-lorong gelap, bikin suasana semakin tegang.

Musik dari Tony Doogan juga nambahin vibes paranoid yang bikin jantungan, meski kadang terasa sedikit berlebihan di beberapa scene sih.

Kelebihan Relay jelas ada di atmosfernya yang intens dan akting Riz Ahmed yang bikin merinding. Konsep fixer yang pakai teknologi kuno buat ngelupain jejak digital itu cerdas banget dan bikin cerita ini beda dari thriller pada umumnya.

Adegan-adegan strategi dan intriknya juga bikin kamu ngerasa kayak lagi main catur raksasa. Tapi, kekurangannya nggak bisa diabaikan. Klimaks yang lemah dan kurangnya chemistry antara Ash dan Sarah bikin film ini nggak sepenuhnya memenuhi ekspektasi.

Beberapa plot point juga terasa klise, seperti balik ke formula film B-movie di bagian akhir, yang agak ngurangin kesan cerdas yang dibangun di awal.

Jadi, apakah Relay wajib masuk watchlist kamu? Kalau kamu suka thriller yang lebih main di otak ketimbang aksi fisik, film ini cocok banget. Riz Ahmed bawa performa yang bikin kamu lupa kedip, dan suasana noir-nya bakal bikin kamu betah. Tapi, jangan harap ending yang bakal bikin kamu ternganga—film ini lebih tentang perjalanan ketimbang tujuan.

Buat yang pengjn nonton sesuatu yang bikin mikir dan ngerasa tegang, Relay adalah pilihan yang solid, meski nggak bakal jadi masterpiece abad ini. Rating dari aku 7.5/10. Ajak teman, siapin popcorn, dan nikmatin ketegangannya di bioskop mulai 27 Agustus 2025!

FYI: Film ini debut di Toronto International Film Festival 2024 dan diproduksi oleh Black Bear serta Thunder Road Pictures. Oh ya, kalau kamu suka film dengan tema korupsi korporasi atau thriller psikologis, Relay bakal jadi tambahan yang asik buat koleksi tontonan kamu di akhir pekan! Selamat menonton ya!