Lintang Siltya Utami | Ryan Farizzal
Poster film Timur (IMDb)
Ryan Farizzal

Film Timur menandai debut penyutradaraan Iko Uwais, aktor aksi kenamaan dari The Raid. Diproduksi Uwais Pictures, karya ini memadukan aksi militer dengan drama persahabatan mendalam. Diilhami peristiwa asli Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma 1996 di Papua, Timur menyuguhkan narasi konflik batin, kesetiaan, serta survival di rimba Indonesia. Film ini rilis serentak di bioskop Indonesia pada 18 Desember 2025. Pasca penayangan, langsung menyedot minat fans aksi, walau kritik atasnya beragam.

Persahabatan Terpecah di Tengah Misi Penyelamatan Sandera Papua

Salah satu adegan di film Timur (IMDb)

Sinopsis film ini berpusat pada tiga sahabat masa kecil: Timur (diperankan oleh Iko Uwais), Sila (Jimmy Kobogau), dan Apolo (Aufa Assagaf). Mereka tumbuh bersama di wilayah Jayawijaya, Papua Tengah, di era 1990-an.

Namun, nasib memisahkan mereka. Timur dan Sila menjadi prajurit TNI yang tangguh dan disiplin, sementara Apolo terjerumus ke dunia gelap dan bergabung dengan kelompok separatis bersenjata.

Kisah mencapai klimaks ketika Timur dan Sila ditugaskan untuk membebaskan sekelompok sandera yang diculik oleh kelompok teroris tersebut. Tak disangka, salah satu pemimpin kelompok itu adalah Apolo sendiri.

Misi penyelamatan ini bukan hanya tentang tugas militer, tapi juga pertarungan emosional antar sahabat yang kini berada di sisi berlawanan. Latar belakang pegunungan Jayawijaya yang indah tapi berbahaya menambah intensitas cerita, dengan elemen survival di hutan rimba yang penuh jebakan alam dan musuh.

Dari segi penyutradaraan, Iko Uwais berhasil menunjukkan visi artistiknya. Sebagai debutan, ia mampu menyajikan adegan aksi yang bombastis dan rapi. Koreografi laga yang ditangani oleh Uwais Team terasa autentik, mengingatkan pada gaya The Raid dengan pertarungan jarak dekat yang brutal dan realistis.

Angle kamera yang dinamis, seperti pengambilan dari sudut rendah saat baku tembak, membuatku merasakan ketegangan langsung. Sound mixing juga menjadi kekuatan utama; suara tembakan, hembusan angin hutan, dan musik latar oleh Aghi Narottama yang menggelegar, semuanya menyatu untuk menciptakan imersi total. Musik tema Nyanyian Timur yang dinyanyikan oleh Audy Uwais menambah nuansa emosional, meski terkadang terasa sedikit berlebihan.

Review Film Timur

Salah satu adegan di film Timur (IMDb)

Akting para pemain patut diacungi jempol. Iko Uwais sebagai Timur tidak hanya mengandalkan kemampuan fisiknya, tapi juga menunjukkan kedalaman emosi. Ekspresinya saat menghadapi dilema moral antara tugas dan persahabatan terasa tulus.

Jimmy Kobogau sebagai Sila memberikan dukungan solid, dengan chemistry yang kuat bersama Uwais, membuat hubungan brotherhood mereka believable. Aufa Assagaf sebagai Apolo berhasil memerankan antagonis yang kompleks; bukan sekadar penjahat, tapi karakter dengan latar belakang tragis yang membuat penonton bersimpati.

Pemain pendukung seperti Yasamin Jasem sebagai istri Timur, Fanny Ghassani, Kiki Narendra, Andri Mashadi, Yusuf Mahardika, Stefan William, Amara Angelica, Arnold Kobogau, Macho Hungan, dan Adhin Abdul Hakim juga memberikan performa yang konsisten, meski beberapa peran terasa underutilized. Naskah oleh Titien Watimena berhasil menyelipkan dialog-dialog yang menyentuh tentang identitas nasional dan konflik di Papua, tanpa terlalu preachy.

Akan tetapi, film ini bukan tanpa kekurangan. Plotnya terasa klise, mirip dengan film-film Hollywood seperti Black Hawk Down atau Lone Survivor, di mana misi penyelamatan sandera menjadi formula standar. Beberapa transisi antar adegan terasa lompat-lompat, seolah ada bagian cerita yang dipotong untuk menjaga durasi.

Di pertengahan film, alur menjadi agak draggy, dengan fokus berlebih pada flashback masa kecil yang memperlambat tempo. Pengembangan karakter pendukung juga kurang mendalam; misalnya, motivasi kelompok teroris terasa simplistik, tanpa eksplorasi lebih lanjut tentang isu sosial-politik di Papua.

Ini membuat cerita kurang solid dan menyimpan celah logika, seperti bagaimana Timur dan timnya bertahan di medan ekstrem tanpa dukungan logistik yang jelas. Secara visual, meski indah, beberapa efek CGI di adegan ledakan terlihat kurang halus, mungkin karena anggaran produksi yang terbatas.

Secara keseluruhan, Timur adalah film aksi Indonesia yang ambisius dan menghibur, terutama bagi penggemar genre militer. Ia berhasil menggabungkan elemen lokal dengan standar internasional, menyoroti keindahan alam Papua sambil menyentuh tema persahabatan dan pengorbanan.

Kekuatan utamanya ada pada aksi intens dan akting yang hidup, meski dibayangi oleh plot yang familiar dan alur yang kurang mulus. Aku beri rating 7.5 dari 10 bintang – layak ditonton untuk adrenalin tinggi, tapi jangan harap inovasi besar. Dengan durasi sekitar 101 menit, film ini cocok untuk akhir pekan di bioskop.

Produser seperti Ryan Santoso, Yentonius Jerriel Ho, Nagita Slavina, dan Iko Uwais patut diapresiasi atas upaya membawa cerita berbasis sejarah ini ke layar lebar. Kalau kamu mencari film yang memadukan drama emosional dengan pertarungan sengit, Timur adalah pilihan tepat. Tayang di seluruh bioskop seperti Cinema XXI, CGV, dan Cinepolis sejak 18 Desember 2025, pastikan untuk menontonnya sebelum kehabisan tiket di akhir tahun ini.