Bagi manusia, lisan adalah sesuatu yang harus dijaga dengan baik. Sebab, sekali kita telanjur mengatakan sesuatu, ucapan tersebut tidak bisa ditarik kembali. Jika kita tidak berhati-hati, lisan kita bisa menyakiti hati orang lain atau membuat keadaan menjadi buruk. Manusia memang tidak luput dari kesalahan, termasuk salah berucap. Karenanya, penting bagi kita untuk tetap menjaga lisan kita. Demikian pula yang tercermin dalam film Jepang “The Anthem of The Heart”.
Film The Anthem of The Heart diangkat dari anime berjudul sama. Film yang memiliki judul bahasa Jepang “Kokoro ga Sakebitagatterunda” ini berkisah tentang seorang gadis bernama Jun Naruse (diperankan oleh Kyoko Yoshine). Ketika kecil, ia melihat sang ayah keluar dari sebuah hotel bersama wanita lain. Bentuk hotel itu menyerupai istana. Jun yang masih belum mengerti apa-apa, mengira ayahnya adalah seorang pangeran yang tinggal di istana bersama tuan putri.
Jun menceritakan apa yang dilihatnya kepada ibunya. Tentu saja, sang ibu yang mengetahui perselingkuhan suaminya dari mulut anaknya, terkejut dan meminta Jun untuk tidak mengatakan hal itu kepada siapa pun. Ibunya bahkan memintanya untuk tidak pernah berbicara apa pun lagi.
Pernikahan ayah dan ibu Jun pun hancur. Sang ayah yang merasa marah berkata kepada Jun bahwa perpisahan kedua orang tuanya terjadi gara-gara ia cerewet dan terlalu banyak bicara pada sang ibu.
Ternyata, ucapan ayah dan ibu Jun berpengaruh besar pada dirinya. Sejak saat itu, Jun selalu merasa sakit perut setiap kali ia hendak bicara. Jun menganggap hal itu sebagai hukuman dari kesalahannya, kutukan bagi dirinya karena ia telah menyebabkan orang tuanya bercerai. Keadaan itu terus berlanjut sampai ia beranjak remaja dan duduk di bangku SMA. Ia tidak mampu berbicara dan berteman layaknya siswa-siswi lainnya.
Suatu hari, Jun terpilih menjadi komite kelas bersama ketiga teman sekelasnya, Takumi Sakagami (diperankan oleh Kento Nakajima), Natsuki Nito (diperankan oleh Anna Ishii) dan Daiki Tasaki (diperankan oleh Kanichiro). Namun, tentu saja, Jun kesulitan berbaur dan menyampaikan pendapatnya. Ketika ia ingin mengutarakan sesuatu, ia harus menuliskannya di buku catatan atau mengetiknya di ponsel dan memperlihatkannya kepada orang yang dituju.
Takumi dan Nito sebetulnya selalu berusaha mengajaknya bicara, tapi usaha mereka tidak membuahkan hasil. Meski begitu, berkat mereka, Jun mulai bersedia membuka diri. Ia lantas menceritakan masa lalunya pada Takumi. Mendengar cerita Jun, Takumi pun memberi saran kepadanya untuk menyampaikan apa yang ingin dikatakannya dengan cara bernyanyi. Apakah ide Takumi akan berhasil? Saksikan kelanjutannya dalam film The Anthem of The Heart.
Selain mengandung amanat pentingnya memelihara lisan, film The Anthem of The Heart juga mengajarkan kepada kita bahwa berdamai dengan masa lalu dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan. Karena itu, film ini tentunya sayang untuk dilewatkan. Selamat menonton!