Review Film Sekawan Limo, Komedi-Horor Mitos Pendakian Garapan Bayu Skak

Hernawan | Indah Wulan Sari
Review Film Sekawan Limo, Komedi-Horor Mitos Pendakian Garapan Bayu Skak
Poster Film Sekawan Limo.[Instagram/@skakstudios]

Beberapa waktu terakhir, industri film Indonesia kerap kali menayangkan film-film bergenre horor. Karena terlalu sering, tak sedikit penonton yang mulai malas dengan genre ini. Saat poster-poster dari film horor yang akan tayang, sering dibanjiri dengan komentar “horor lagi, horor lagi. Bosan dengan horor terus,” singkatnya seperti itu.

Munculnya film bergenre komedi-horor agaknya menjadi solusi bagi para pencinta film yang ingin menonton film dengan konsep yang fresh. Film komedi terbaru “Sekawan Limo” yang dirilis pada 4 Juli 2024 ini rupanya menarik perhatian banyak penonton. Film ini menjadi karya ke-6 Bayu Skak yang tayang di bioskop. Sebelumnya ia telah sukses dengan beberapa judul film, seperti Yowis Ben.

Film Sekawan Limo dibintangi oleh Bayu Skak, Benedictus Siregar, Nadya Arina, Keisya Levronka, Dono Pradana, Indra Pramujito, Firza Valaza, Cak Kartolo, dan lain-lain.

Film ini menceritakan tentang perjalanan Bagas bersama Lenni, Dicky, Juna, dan Andrew yang mendaki Gunung Madyopuro. Selama perjalanan mendaki, mereka tidak mematuhi peringatan yang disampaikan penjaga pos di Gunung Madyopuro untuk tidak menoleh ke belakang selama menuju puncak dan rombongan harus berjumlah genap. Larangan itu harus ditaati agar tidak ada makhluk lain yang ikut rombongan.

Sepanjang perjalanan, mereka dihantui makhluk halus dengan wujud yang berbeda-beda. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju puncak dengan berbagai halangan yang mereka alami. Masing-masing mulai menaruh curiga satu sama lain jika salah satu diantara mereka adalah hantu yang menyamar. Ditambah mereka harus tersesat saat malam 1 suro.

Kondisi semakin menakutkan dengan adanya makhluk halus yang menyertai mereka. Akan tetapi, akhirnya mereka menyadari bahwa salah satu dari kelima orang tersebut bukan manusia melainkan hantu. Siapakah yang menjadi hantu dari rombongan tersebut? Buat yang kepo, silakan menonton filmnya di bioskop, ya.

Ulasan:

Film Sekawan Limo menggambarkan komedi drama dengan mitos khas bagi para pendaki, seperti jangan menoleh ke belakang saat mendaki, rombongan tidak boleh dalam jumlah ganjil, dan jangan mendaki saat malam 1 suro. Film ini menarik perhatian penonton dengan penggunaan bahasa Jawa dengan aksen khas Jawa Timur-an yang kental. Meskipun dialognya tidak seutuhnya menggunakan bahasa daerah.

Bukan tanpa sebab, Bayu Skak sebagai sutradara dan penulis scenario dalam setiap film yang dibuatnya selalu menggunakan bahasa Jawa. Film ini sangat lucu dan kocak sehingga saat menonton membuat seluruh penonton bioskop tertawa terbahak-bahak. Teater yang dipadati penonton menjadi bukti bahwa film ini mencuri perhatian penonton.

Sebagai penonton, menurutku film ini sudah cukup bagus hanya saja ada beberapa visual dari hantu-hantu itu kurang menyeramkan, malah terkesan aneh. Ya, aku tau jika film ini film komedi jadi mungkin saja film ini tidak ingin menonjolkan visual hantu-hantu yang horor banget.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, skor dariku 9/10. Buat yang belum nonton, buruan ke bioskop!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak