Keputusan mengejutkan datang dari Rose, anggota BLACKPINK, yang resmi mengundurkan diri dari Korean Music Copyright Association (KOMCA) pada awal 2025. Langkah ini sontak menjadi sorotan publik dan memicu perbincangan hangat mengenai sistem distribusi royalti musik di Korea Selatan yang dinilai tidak adil bagi para pencipta lagu.
Melansir dari Sportskeeda pada Senin (26/5/2025), penyanyi 'Messy' tersebut secara resmi mengajukan pengunduran diri dari KOMCA pada 31 Oktober 2024. Setelah masa tunggu selama tiga bulan, keanggotaannya berakhir pada 31 Januari 2025. Ia menjadi artis Korea pertama yang melakukan hal ini sejak Seo Taiji pada 2002.
Mengapa Rose memilih untuk mundur?
Melansir dari Allkpop pada Senin yang sama, keputusan ini didasari oleh ketimpangan pembagian pendapatan dari layanan streaming musik di Korea. KOMCA mengungkapkan bahwa hanya 10,5% dari pendapatan streaming yang diterima pencipta lagu di Korea Selatan. Sebagai perbandingan, angka ini lebih rendah dari Amerika Serikat (12,3%), Inggris (16%), dan Jerman (15%).
Selain itu, platform streaming domestik seperti Melon disebut mengambil sekitar 35% dari total pendapatan, angka yang lebih tinggi dari rata-rata global yang berada di bawah 30%.
Meskipun sudah ada perbaikan dari tahun 2008—ketika platform seperti Melon mengambil hingga 57% dari pendapatan—struktur pembagian saat ini tetap dinilai merugikan para kreator.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah banyaknya pihak perantara (middlemen) dalam proses distribusi royalti.
Di Korea, pendapatan musik harus melalui distributor, beberapa organisasi hak cipta, dan manajemen perusahaan sebelum sampai ke pencipta lagu.Berbeda dengan negara lain, di mana artis seringkali hanya bekerja sama dengan satu penerbit musik, sehingga pembagian menjadi lebih efisien dan menguntungkan.
Bagi Rose, yang musiknya juga dinikmati secara internasional, sistem ini menjadi semakin rumit. Ia harus membayar biaya manajemen tidak hanya ke penerbit musik internasional, tetapi juga ke KOMCA. Proses ini dapat mengurangi pendapatannya hingga 30%.
Sebaliknya, jika ia melakukan kerja sama langsung dengan layanan global seperti Apple Music, ia berpotensi mendapatkan hingga 100% dari pendapatan streaming-nya.
Keputusan Rose ini pun menuai pujian dari banyak penggemar dan pengamat industri. Banyak yang menyebutnya sebagai langkah berani dan cerdas yang bisa menjadi katalis perubahan di industri musik Korea.
Di media sosial, penggemar menyebutnya sebagai "Taylor Swift-nya K-Pop" karena keberaniannya memperjuangkan hak-hak kreator.
"Rose tahu nilai dirinya. Seorang pebisnis yang cerdas," tulis seorang pengguna X (sebelumnya Twitter). Ada pula yang berharap bahwa langkah ini dapat memicu revisi kebijakan KOMCA demi mendukung ribuan artis lain yang selama ini tidak mendapatkan bagian layak dari pendapatan musik mereka.
Pada 27 September 2024, Rose mengumumkan telah bergabung dengan Atlantic Records, label musik ternama yang menaungi nama besar seperti Bruno Mars dan Ed Sheeran. Album debut solonya bertajuk 'rosie,' dengan lagu utama 'APT.' yang berkolaborasi dengan Bruno Mars, telah dirilis di bawah label tersebut.
Lagu tersebut bahkan dianugerahi sebagai Japan's Top Global Pop Track oleh Music Awards Japan pada Mei 2025.
Lewat akun Instagram @vampirehollie, tim solo Rose kini rutin membagikan cuplikan di balik layar serta kabar terbaru dari kegiatannya. Ini menunjukkan bahwa Rose tidak hanya serius mengembangkan karier musiknya, tapi juga memperjuangkan sistem yang lebih adil bagi seluruh pelaku industri kreatif.
Langkah Rose menjadi sinyal kuat bahwa perubahan besar mungkin akan datang di industri musik Korea. Jika lebih banyak artis mengikuti jejaknya, bukan tidak mungkin sistem distribusi royalti akan dirombak agar lebih berpihak kepada para pencipta karya.
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI SINI