Perjalanan Ji Chang Wook dalam Abracadabra! The Galaxy of Ultimate Healing, yang tayang di Viu, menunjukkan bagaimana Indonesia menawarkan suasana yang begitu menenangkan baginya.
Dalam perjalanannya ke Bali, Yogyakarta, dan Sumba, ia menampilkan sisi yang jarang terlihat di layar: lebih rileks, lebih hangat, dan lebih terbuka. Setiap destinasi menawarkan suasana yang berbeda, tetapi semuanya memberikan ruang bagi Ji Chang Wook untuk bernapas lebih dalam.
Momen-momen sederhana yang mungkin tampak kecil justru menghadirkan dampak emosional yang kuat. Lima momen inilah yang menunjukkan betapa alam dan budaya Indonesia terasa selaras dengannya.
1. Matahari Terbit di Gunung Batur yang Mencuri Hatinya
Perjalanan Ji Chang Wook di Indonesia dimulai di Bali, dan salah satu momen paling berkesan terjadi ketika ia menyaksikan matahari terbit di Gunung Batur. Ia bangun pada pukul dua pagi, menembus udara dingin sambil menanti perubahan langit sebelum fajar.
Ketika cahaya pertama muncul di balik siluet gunung, ia tersenyum dan berkata, “Ini adalah matahari terbit terindah yang pernah aku lihat.” Kalimat itu terdengar jujur, seakan muncul dari kelegaan yang ia temukan di tengah kesunyian pagi.
Bali menawarkan suasana yang langsung membuatnya tampak lebih rileks. Gerakannya melambat, tatapannya menjadi lebih lembut, dan cara ia menikmati udara pagi memberikan kesan bahwa ia merasa diterima apa adanya di pulau ini.
2. Prambanan dan Keheningan yang Menyentuh
Perjalanan berlanjut ke Yogyakarta, yang menawarkan suasana lebih pelan dan lembut. Saat berada di sekitar Candi Prambanan, langkahnya tampak berubah. Ia berdiri lebih lama, memperhatikan detail bangunan, dan membiarkan dirinya larut dalam kebesaran candi yang berdiri sejak berabad-abad lalu.
Ada kesan bahwa tempat ini memberinya ruang untuk menenangkan pikiran, bukan hanya perasaan.
Yogyakarta juga memperlihatkan sisi Ji Chang Wook yang lebih akrab melalui momen ketika ia mencicipi makanan jalanan (street food) bersama Maxime Bouttier. Cara ia tersenyum dan bereaksi pada makanan lokal menunjukkan bahwa ia menikmati interaksi yang hangat.
Momen ini menjadi bukti bahwa ia mudah menyatu dengan cara hidup yang santai dan bersahaja.
3. Sumba: Tempat Ia Benar-Benar Tenang
Di Sumba, Ji Chang Wook terlihat memberikan dirinya waktu untuk benar-benar berhenti. Hamparan alam yang luas menghadirkan rasa lapang yang membuka ruang untuk melihat sesuatu dengan tempo yang lebih pelan. Anda dapat melihat bagaimana ia menikmati setiap langkahnya.
Lanskap Sumba yang terbuka juga memberikan kelegaan yang sulit ditemukan di tempat-tempat yang lebih ramai.
Dalam suasana seperti ini, ia tampak hadir sepenuhnya. Melihat ekspresinya, Anda bisa merasakan bahwa ia menemukan kenyamanan yang datang secara alami.
4. Chemistry Hangat yang Terjadi Begitu Saja
Selama perjalanan di Bali, Yogyakarta, dan Sumba, Ji Chang Wook ditemani oleh Dikta, Agung Karmalogy, Bryan Domani, Pevita Pearce, Maxime Bouttier, dan Vanesha Prescilla, enam "Genie" yang membawakan warna berbeda di setiap destinasi.
Momen-momen bersama Dikta di Bali terasa tenang dan mengalir, seolah-olah keduanya langsung menemukan ritme yang serupa. Ketika Agung menyusul, suasana berubah menjadi lebih ceria, sementara kehadiran Bryan memperlihatkan kenyamanan yang membuat tawa mereka mengalir alami, seperti dua teman yang sudah lama saling mengenal.
Memasuki Yogyakarta, interaksi dengan Pevita dan Maxime menambahkan dinamika yang lebih akrab dan hangat. Kemudian, di Sumba, Vanesha membawa kelembutan yang berpadu dengan atmosfer pulau yang tenang.
Melihat rangkaian interaksi ini, Anda dapat merasakan bahwa Ji Chang Wook mudah menyatu dengan cara orang Indonesia berinteraksi, yaitu santai, hangat, dan tanpa jarak.
5. Indonesia yang Membuatnya Lebih Tulus
Ketika Anda mengikuti perjalanan Ji Chang Wook dari Bali ke Yogyakarta lalu ke Sumba, terlihat bagaimana ia perlahan menunjukkan sisi dirinya yang paling alami. Tatapannya lebih hangat, geraknya lebih pelan, dan caranya berinteraksi terasa lebih tulus.
Indonesia bukan hanya latar perjalanannya, melainkan ruang yang membiarkan ia hadir tanpa beban.
Healing terasa lebih natural baginya karena setiap destinasi menawarkan bentuk ketenangan yang berbeda. Bali mengajaknya menikmati kesederhanaan, Yogyakarta menghadirkan kehangatan dan ruang untuk berpikir lebih jernih, dan Sumba membuat hatinya terasa lebih ringan.
Ketika semua pengalaman itu menyatu, Anda dapat melihat mengapa perjalanan ini terasa utuh dan bermakna.