Senang Menimbun Barang? Waspadai Gangguan Hoarding Disorder!

Ayu Nabila | Dream Praire
Senang Menimbun Barang? Waspadai Gangguan Hoarding Disorder!
Ilustrasi ruangan berantakan (Unsplash) / Eleonora

Menyadur dari Mayoclinic.org, hoarding disorder merupakan keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan secara terus-menerus untuk membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan mereka.

Seseorang dengan hoarding disorder merasakan kesulitan yang amat parah memikirkan untuk menyingkirkan barang-barang tersebut. Akibatnya terjadi akumulasi berang-barang yang berlebihan, terlepas dari nilai barang itu sendiri.

Berikut beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang hoarding disorder. Simak, ya!

1. Mengapa seseorang mengalami gangguan hoarding disorder?

Ilustrasi tumpukan kardus (Pixabay/Public Domain Pictures)
Ilustrasi tumpukan kardus (Pixabay/Public Domain Pictures)

Penyebab gangguan hoarding disorder belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa hal yang dipercayai menjadi latar belakang seseorang mengalami hoarding disorder. Berikut beberapa di antaranya.

  • Mereka percaya barang-barang ini unik atau akan dibutuhkan suatu saat nanti karena bisa menjadi pengingat momen bahagia, sebagai representatif seseorang, atau bahkan hewan peliharaan tercinta
  • Ada perasaan lebih aman ketika dikelilingi oleh benda-benda  atau hal-hal yang  mereka selamatkan
  • Perasaan tidak  ingin menyia-nyiakan apa pun

2. Apa akibat yang ditimbulkan oleh gangguan hoarding disorder?

Ilustrasi frustrasi (Pexels/Sofia Alejandra)
Ilustrasi frustrasi (Pexels/Sofia Alejandra)

Walau sering tidak disadari, tetapi hoarding disorder memiliki dampak negatif yang mengganggu kualitas hidup penderita dan orang-orang di sekitarnya, seperti berikut ini.

  • Ruangan kehilangan fungsi sebenarnya karena banyaknya barang di sana sini. Semua sisi penuh dengan tumpukan barang simpanan.
  • Tempat tinggal dan lingkungan sekitar menjadi kotor dan tidak sehat.
  • Ancaman keamanan, karena bisa saja penghuni rumah tersandung ataupun tertimpa barang, bahkan berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran.
  • Dapat memicu konflik dengan orang atau keluarga yang tinggal bersama. Juga menimbulkan masalah baru ketika penderita menjadi kesal kepada orang  yang mencoba membereskan apalagi mengurangi barang-barang timbunannya.
  • Timbul  kesulitan  mengatur barang dan adanya kemungkinan kehilangan barang yang justru penting dan diperlukan karena tenggelam di antara barang-barang lain.

3. Hoarding disorder tidak sama dengan kolektor

Ilustrasi koleksi perangko (Pixabay/Cornella. T)
Ilustrasi koleksi perangko (Pixabay/Cornella. T)

Perbedaan besar antara gangguan hoarding disorder dengan kolektor adalah kolektor secara sengaja hanya menyimpan satu jenis barang tertentu dan melakukan perawatan serta penyimpanan yang terorganisir dengan cermat dan baik. Sementara, hoarding disorder hanya menumpuk dan sering membiarkannya terbengkalai.

4. Apa itu hoarding animal?

Ilustrasi  hewan peliharaan (Pixabay/Huoadg5888)
Ilustrasi hewan peliharaan (Pixabay/Huoadg5888)

Seseorang dikatakan mengalami hoarding animal ketika ia mengumpulkan binatang-binatang karena perasaan ia harus menyelamatkan mereka. Sebenarnya tujuan tersebut baik, tapi masalahnya mereka mengumpulkan terlalu banyak lebih dari yang sanggup mereka urus. Akibatnya, binatang-binatang tersebut seringkali malah terlantar, tidak sehat lalu sakit dan bahkan bisa mati.

5. Bagaimana  sebaiknya jika ditemui gejala hoarding disorder?

Ilustrasi konsultasi medis (Pexels/Cottonbro)
Ilustrasi konsultasi medis (Pexels/Cottonbro)

Gangguan hoarding disorder yang dibiarkan berpotensi meningkatkan level keparahannya. Memang tidak mudah memastikan, apakah seseorang menderita gangguna hoarding disorder atau tidak, karena sering kali penderitaya tidak menyadari dan merasa normal-normal saja. Dibutuhkan kesadaran pribadi yang lebih besar daripada rasa malu yang mungkin menghalangi seseorang untuk mencari bantuan .

Untuk itu, apabila ada kecurigaan kamu atau orang yang kamu kenal mengalami beberapa gejala-gejalanya, sebaiknya segera berkonsultasi kepada ahlinya.

Jika orang lain yang kamu kenal mengalami hal tersebut, diperlukan pendekatan persuasif agar orang tersebut mau memeriksakan diri untuk didiagnosa dan diberikan perawatan intensif  dengan tepat oleh ahli yang kompeten.

Dengan demikian, penderita dapat memahami bahwa keyakinan dan perilaku mereka tersebut dapat diubah agar hidupnya menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak