Sejak resmi diperkenalkan sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia pada Januari lalu, nama Patrick Kluivert langsung mencuri perhatian. Mantan striker top asal Belanda itu dipercaya menggantikan Shin Tae-yong, pelatih yang sebelumnya menorehkan banyak pencapaian bersama skuad Garuda.
Langkah PSSI menunjuk Kluivert bukan tanpa perhitungan. Dengan rekam jejak yang panjang di level elite Eropa, baik sebagai pemain maupun pelatih, Kluivert dianggap mampu memberikan sentuhan baru untuk Timnas. Dalam empat laga pertamanya, Kluivert membukukan dua kemenangan dan dua kekalahan, catatan yang membantu Indonesia lolos ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 usai susah payah diangkat oleh Shin Tae-yong.
Presiden LALIGA, Javier Tebas turut buka suara. Ia mengaku mengenal Kluivert secara personal sejak lama, terutama ketika sang pelatih masih aktif bermain di Barcelona.
“Saya kenal Patrick Kluivert dan saya pikir dia adalah seorang profesional yang hebat dan dia pasti akan mengerahkan upaya terbaiknya untuk membantu tim nasional Indonesia maju sejauh mungkin,” ujar Tebas dalam sebuah wawancara eksklusif di Singapura, sebagaimana menyadur Antara News, Senin (23/6/2025).
Tebas yang telah mengelola LALIGA sejak awal 2000-an menyaksikan sendiri bagaimana kualitas Kluivert sebagai pemain elite Eropa. Di mana Kluivert nampak bersinar saat membela Barcelona sejak 1998 hingga 2004, mencetak 122 gol dan 62 assist dari 257 laga. Musim pertamanya begitu impresif dengan koleksi 16 gol dan 14 assist serta gelar Liga Spanyol.
Beban Berat di Pundak Patrick Kluivert
Namun, menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Target yang dipasang tinggi, bahkan terkesan ambisius, yakni membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026. Lawan-lawan yang akan dihadapi di babak kualifikasi pun tidak main-main.
Kehadiran Kluivert menggantikan Shin Tae-yong turut memantik harapan besar sekaligus tekanan yang tak ringan. Shin meninggalkan warisan yang cukup solid, termasuk membawa tim lolos ke Piala Asia dan mencapai final SEA Games. Maka dari itu, ekspektasi publik kini otomatis berpindah ke pundak Kluivert.
Banyak yang berharap ia bisa melampaui pencapaian pendahulunya. Tapi Kluivert tidak diberi waktu panjang untuk memoles tim. Jadwal padat dan minimnya laga uji coba membuat proses adaptasi berlangsung dalam tekanan.
Kluivert sendiri menyatakan ia tidak tertekan. Dalam beberapa pernyataan, ia justru mengaku menikmati tantangan ini. Namun realita di lapangan tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. Kekalahan dari Australia pada laga debutnya bersama Garuda sempat membuat sejumlah kritik mulai berdatangan.
Sorotan dari media dan desakan dari suporter menambah berat tugasnya. Meski belum sepenuhnya mengenal karakter pemain Indonesia, Kluivert dituntut segera membangun tim yang tangguh dan kompetitif untuk laga-laga besar ke depan.
Beban itu tidak hanya datang dari luar, tapi juga dari dalam. Kluivert harus mampu meramu strategi yang pas dengan materi pemain yang beragam. Ia harus mengenali karakter khas sepak bola Indonesia yang cepat, dinamis, tapi kadang tidak konsisten.
Namun di balik tantangan itu, publik masih menyimpan harapan besar. Nama besar Kluivert sebagai legenda Belanda dan mantan bintang Barcelona membawa aura positif bagi ruang ganti Timnas. Ia diharapkan bisa mentransfer pengalaman dan mental juara kepada para pemain muda Garuda.
Kluivert pun tidak datang dengan tangan kosong. Selain pengalaman melatih di berbagai level tim, ia juga dikenal memiliki filosofi bermain menyerang yang dinamis. Hal ini cocok dengan karakter mayoritas pemain muda Indonesia yang eksplosif dan penuh energi.
Ditambah lagi, ia memiliki jaringan luas di dunia sepak bola Eropa. Bukan tidak mungkin, ke depan, kehadiran Kluivert bisa membuka pintu bagi pemain Indonesia untuk menjajal kompetisi di luar negeri.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS