Berawal dari Hobi, Komunitas Satwa di Medan Ini Lawan Stigma dengan Edukasi

Bimo Aria Fundrika
Berawal dari Hobi, Komunitas Satwa di Medan Ini Lawan Stigma dengan Edukasi
Komunitas Hobi Satwa Medan Mengedukasi Publik soal Satwa Liar. (Dok. Istimewa)

Satwa liar seperti musang, ular, iguana, dan biawak masih kerap dipersepsikan sebagai ancaman oleh masyarakat. Stigma negatif yang melekat ini membuat mereka sering dicap berbahaya, bahkan disetarakan seperti musuh alami bagi manusia.

Minimnya literasi tentang satwa liar turut memperkuat stigma negatif mereka, interaksi antara manusia-satwa kini lebih banyak didasari rasa takut dibandingkan pengetahuan. Tak jarang tindakan represif seperti pengusiran hingga kekerasan juga muncul ketika mereka hadir dalam ruang lingkup hidup manusia.

Dari keresahan cara pandang inilah pemantik awal sekelompok anak muda di Medan membentuk komunitas Hobi Satwa Medan (HSM) pada Oktober 2024 lalu.

“Awalnya kami cuma sama-sama punya hobi memelihara satwa. Lama-lama kepikiran, kenapa nggak sekalian dibentuk komunitas aja, supaya bisa jadi wadah berkumpul dan sarana edukasi bagi masyarakat,” ujar Farhan saat diwawancarai bersama tim Yoursay.id. 

Penulis: Muhammad Ryan Sabiti

Farhan menceritakan bahwa sebelum terbentuk sebagai komunitas, aktivitas ia dan kawan-kawan sudah lebih banyak dilakukan dengan berkeliling ke pameran, jambore, serta ruang publik seperti CFD (Car Free Day) dan taman kota, dari ruang-ruang inilah edukasi mengenai satwa liar mulai tumbuh.

Di tengah banyaknya komunitas pecinta satwa, Farhan menilai Komunitas HSM ini mempunyai ciri khas yang menonjol pada isu satwa dilindungi. Komunitas ini tidak mengizinkan adanya kepemilikan maupun praktik jual beli satwa langka yang masuk dalam daftar perlindungan hukum.

Bagi HSM, kegiatan dalam komunitas tidak boleh menjadi ruang pembenaran atas eksploitasi satwa.

“Kalau satwa dilindungi jelas nggak kita bolehin ada dalam komunitas. Itu risikonya udah main ke hukum,” tegasnya.

Kesadaran ini menjadi bagian dari etika tidak tertulis yang dijaga bersama oleh para anggota.

Saat ini kegiatan komunitas HSM berlangsung rutin digelar pada Minggu sore dengan suasana yang tercipta begitu santai dan terbuka. Masyarakat yang datang juga dipersilakan berinteraksi dan berswafoto bersama satwa yang dibawa.

“Ini menjadi hiburan akhir pekan yang seru bagi para pengunjung yang datang, kegiatan kami juga tidak dipungut biaya, cuma minta untuk dibantu follow Instagram komunitas (@/komunitashewanmedan) saja sebagai syarat untuk berfoto,” tutur Farhan.

Dalam setiap kegiatan mingguan, aspek keamanan dan kenyamanan satwa menjadi perhatian utama komunitas ini. Anggota komunitas akan secara sigap menangani satwa mereka agar tidak bersikap agresif di tempat umum.

“Kami jelasin dulu cara megangnya. Nggak boleh asal sentuh, karena binatang juga bisa stres dan resiko kecelakaan nya juga besar,” jelas Farhan.

Kedepannya, Farhan berencana akan tetap konsisten mempertahankan identitasnya sebagai komunitas berbasis hobi. Ia menyebut, keterbatasan waktu dan kesibukan masing-masing anggota menjadi pertimbangan utama untuk merubah misi mereka kearah advokasi satwa.

“Kami fokus ke hobi aja. Sederhana, tapi positif,” katanya.

Menutup wawancara, Farhan berpesan kepada masyarakat yang tertarik bergabung agar tidak terburu-buru. Menurutnya, pemahaman dasar tentang karakter dan penanganan satwa menjadi hal penting sebelum terlibat langsung.

“Kami terbuka menerima siapapun yang ingin bergabung. Tapi, penting untuk memahami teori, pengalaman, dan risikonya terlebih dahulu,” ujarnya.

Baginya, kecintaan pada satwa tidak harus selalu diwujudkan dalam gerakan besar. Edukasi sederhana, perlakuan yang benar, serta kepatuhan pada hukum sudah menjadi langkah awal agar hobi terhadap satwa dapat berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak