Ignasius Jonan atau yang kerap dikenal dengan sapaan Jonan. Ia merupakan seorang kristiani yang lahir di Singapura pada tanggal 21 Juni 1961. Ia dulu pernah menempuh kuliah di beberapa universitas. Jonan pernah kuliah di Universitas Tufs, Universitas Airlangga, Universitas Harvard, Columbia Bussiness School, dan Universitas Stanford.
Seperti yang kalian tahu, sebelum Jonan dilantik sebagai Mentri Perhubungan pada tanggal 27 Oktober 2014 oleh Jokowi, ia merupakan seorang pemimpin direktur di PT KAI. Pada awal ia menjabat, banyak orang yang meragukan kemampuannya untuk menjadi pemimpin di PT KAI, karena ia dulunya adalah seorang akuntan dan tidak berhubungan dengan dunia transportasi, khususnya perkeretaapian.
Banyak berita yang mengatakan, sebelum Jone menjadi direktur PT KAI, anggaran di perusahaan tersebut tidak karuan. Tetapi, setelah Jone menjabat sebagai direktur di PT KAI, anggaran yang dikeluarkan menjadi lebih jelas karena ia melakukan banyak perubahan pada sistem di PT KAI. Perubahan-perubahan yang dilakukan mengubah citra PT KAI yang buruk menjadi lebih baik dengan langkah-langkah perbaikan secara menyeluruh dan mendasar yang dilakukan oleh Jonan (Khafifah, 2015; Joeliono, n.d.).
Sebagai pemimpin, Jonan merupakan sosok yang konsisten terhadap visi dan misi yang telah dibawa dan mengajak orang lain untuk bersama-sama mewujudkan visi dan misinya hingga ke level organisasi terendah (Didu dalam Paripurno, 2014). Jonan menjadi agent of change PT KAI yang memberikan energi baru dalam membentuk nilai dan perilaku yang baru dalam organisasi. Hal ini sangat penting dalam usahanya mencapai visi dan misi organisasi.
Gaya Kepemimpinan sosok Ignasius Jonan
Gaya kepemimpinan Jonan ketika menjabat sebagai direktur utama PT KAI dikategorikan sebagai gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional yang merupakan model kepemimpinan bersifat mengubah, baik budaya maupun strategi dalam organisasi menjadi lebih sehat dan memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan (Ali dalam Paripurno, 2014).
Gaya kepemimpinan Jonan ini dikategorikan sebagai kepemimpinan transformasional karena adanya perubahan yang telah Jonan bawa ke PT KAI, baik secara internal maupun eksternal.
Kepemimpinan transformasional ini lebih menitikberatkan pada kepemimpinan yang kharismatik dan menginspirasi atau memotivasi para karyawannya. Dalam hal ini, Jonan merupakan sosok pemimpin yang sangat inspiratif, menarik bukan?
Dalam memimpin Jonan menggunakan prinsip leading by example atau memberikan keteladanan. Hal ini bertujuan agar para karyawannya mampu mengerjakan dan mengikuti arahan dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai (Harususilo, 2018).
Perubahan Organisasi Pada PT KAI
Dalam kepemimpinan Ignasius Jonan, PT KAI mengalami perubahan transformational change yang mana terjadi pada keseluruhan organisasi diantaranya strategi, sistem, pola pikir, budaya dan penggunaan teknologi. Perubahan pada segi strategi dibawah kepemimpinan Jonan yang paling terlihat, yaitu penghapusan Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ) ekonomi non-AC menjadi KCJ full AC pada Juli 2013.
Hal ini dilakukan karena KCJ ekonomi sudah tidak layak secara operasional dan keselamatan penumpang. Ketika KCJ non-AC beroperasi, seringkali mengalami kerusakan akibat sudah tua. Hal tersebut mengakibatkan, perjalanan kereta yang terganggu atau dibatalkan karena ada kereta ekonomi non-AC yang menghalangi rel (bisnis.temp.co, 2013).
Strategi lain juga dilakukan oleh Jonan pada tahun 2010 sampai 2014 seperti, terjadi peningkatan kenaikan gaji sejumlah pegawai, perubahan pada sistem PT KAI dengan melakukan transparansi internal dengan adanya code of conduct untuk meningkatkan perbaikan kinerja melalui sistem reward and punishment kepada pegawai, perubahan dari segi pola pikir yang terjadi kepada masyarakat melalui penggunaan teknologi dari pergantian sistem tiket konvensional menjadi sistem tiket e-ticketing.
Namun di era kepemimpinan Jonan, ia mampu mengubah budaya untuk dibiasakan mengantri dan tertib masuk dan keluar stasiun melalui satu pintu. Sebagaimana adanya penurunan jumlah free rider, dilihat melalui meningkatnya jumlah penumpang KRL, yaitu dalam jangka waktu sebulan dari e-ticketing diberlakukan, terjadi kenaikan jumlah pengguna sebesar 20%, yaitu 575.134 pengguna KRL per harinya (telkomsolution, 2013).
Namun adapun sikap yang sempat terjadi penolakan oleh masyarakat loh!. Sikap tersebut yaitu sikap tegas Jonan pada perubahan besar yang terjadi pada PT KAI. PT KAI melalui PT KCJ melakukan penertiban stasiun di Jabodetabek yang dimulai pada Desember 2012. Namun penertiban pedagang liar di stasiun tersebut menjadi tantangan bagi PT KAI, sebab adanya ketidakpahaman masyarakat yang tidak utuh terhadap peraturan yang menyangkut commuter atau KCJ sebagai BUMN.
Manajemen lama commuter memberikan kontrak kepada para pedagang untuk berjualan di dalam stasiun sudah dari waktu yang sangat lama. Sehingga, masyarakat khususnya yang berdagang di stasiun lupa dengan kontrak tersebut yang berbunyi, “Bersedia mengembalikan (aset stasiun) apabila dibutuhkan oleh kereta api sewaktu-waktu.”. Sehingga, kapanpun PT KAI meminta aset mereka, yaitu stasiun dikembalikan, pedagang wajib untuk memberikan kembali. Namun kembali lagi, bahwa kepentingan pihak PT KAI untuk menghentikan pedagang liar dan bangunan di stasiun kereta, guna membuat fasilitas kereta api yang lebih nyaman.
Dimana dalam upaya menciptakan kualitas pelayanan publik yang baik, beliau dalam melaksanakan seluruh aktivitas dalam PT KAI sudah menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatis, kesamaan hak, dan keseimbangan hak & kewajiban, sehingga terciptanya kualitas pelayanan publik yang baik dari PT KAI.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa gaya kepemimpinan Ignasius Jonan sudah sangat mencerminkan atau mengimplementasikan gaya kepemimpinan transformasional itu sendiri, seperti ia telah menjadi pemimpin yang karismatik, memotivasi, mendorong potensi yang dimiliki anggota.
Dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, Jonan dapat dikatakan telah melakukan perubahan yang sangat menyeluruh dalam PT KAI contohnya seperti perubahan pola pikir, budaya, strategi, sistem, dan pemanfaatan teknologi. Dengan perubahan secara mendasar tersebut Ignasius Jonan mampu mengubah citra perkeretaapian di Indonesia.
Referensi:
- Banyumas. (2015). “Tinjauan Kasus Reformasi Pelayanan Publik Best Practice Pada PT Kereta Api Indonesia Era Kepemimpinan Ignasius Jonan”. https://www.banyumaskab.go.id/read/16857/tinjauan-kasus-reformasipelayanan-publik-best-practice-pada-pt-kereta-api-indonesia-erakepemimpinan-ignasius-jonan#.XNHceY4za02.
- Bisnis Tempo. (2013). “Juli, Kereta Api Non AC Ditiadakan”. https://bisnis.tempo.co/read/466876/juli-kereta-api-non-ac-ditiadakan/full&view=ok.
- Harususilo, Y. E. (2018). “Ini 5 Poin Penting Gaya Kepemimpinan Menurut Ignasius Jonan”. https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/17/23283751/ini-5-pon-penting-gaya-kepemimpinan-menurut-ignasius-jonan.
- Khafifah, Nur. (2015). “Kisah Jonan Perbaiki KAI: Dari Rapor Merah Hingga Untung Hampir Rp 1 T”. https://detik.com/news/berita/d-2938862/kisah-jonan-perbaiki-kai-dari-rapor-merah-hingga-untung-hampir-rp-1-t.
- Official Admin. (2012). “Nama Jonan Identik dengan Transformasi di KAI”. https://bisnis.tempo.co/read/450247/nama-jonan-identik-dengan-transformasi-di-kai/full&view=ok.
- Paripurno, Wahyu R (2014). Kepemimpinan Transformasional Ignasius Jonan di PT Kereta Api Indonesia (Persero). Universitas Indonesia: FISIP.
- Telkom Solution. (2013). “Telkom Siap Implementasikan E-Ticketing KCJ Jakarta”. https://www.telkomsolution.com/news/it-solution/telkom-siap-implementasikan-e-ticketing-kcj-jakarta.